Title : Kioku Reunion ~ Bloody Island~
Author : Uchiha Ryuko, Nakahara Ningsih, Aerish Lee
Genre : Comedy / Adventure/Mystery
Summary : Ryuko, Nakahara, Aerish dan 4 temannya
semasa sekolah bertemu kembali dalam liburan yang tak terduga. Mereka pikir
liburan di Bloody Island akan menjadi liburan yang tenang dan mengasyikan. Tapi
yang menunggu mereka adalah liburan yang penuh dengan masalah.
Cerita ini memiliki 4 sudut pandang berbeda, Ryuko
POV, Nakahara POV, Aerish POV dan Normal POV.
CHAPTER 7
NORMAL POV
Tatapan Akashi terhenti pada sebuah pemandangan mencurigakan di pojok
ruangan. Seorang pria muda dan wanita yang tak lain adalah dua pemilik saham
Bloody Island tengah mengobrol dengan salah satu pelayan keluarga Miura,
Vallery. Tak lama kemudian, Vallery
meninggalkan kedua pemilik saham itu yang kemudian memasuki ruangan itu. Tunggu?
Bukankah itu adalah ruang TKP tempat Tn Miura menghilang? Apa yang mereka
berdua lakukan di sana? Seharusnya tak seorang pun diperbolehkan memasuki
ruangan TKP, bahkan pemilik saham sekalipun.
Akashi mengendap perlahan mendekati ruangan itu. Ia mencoba mendengarkan
pembicaraan dengan mendekatkan telinganya pada pintu, namun sial baginya pintu
itu justru terbuka dan membuatnya terjatuh tepat di depan Mr Arystar dan Miss
Karina. Sontak kedua pemilik saham itu langsung terkejut.
“Etto, aku bisa jelaskan,” ujar Akashi tanpa dosa.
“Kau... bukannya laki-laki yang selalu bersama Miss Ashihara?” tanya
Karina-san.
“Hm, ya begitulah,” jawab Akashi sambil tertawa paksa, tatapannya terpaku
pada sosok Ryuko yang sedang tertidur di sebuah sofa. “ Etto, ngomong2 kenapa
Ryuko-san tidur di sini?” tanya Akashi.
“Ah itu, kebetulan sekali, sepertinya Miss Ashihara kelelahan dan dia
ketiduran di sini,” jawab Mr Arystar.
“Ah begitu. Kalau begitu aku akan membawa Ryuko-san ke kamarnya,” ucap
Akashi sambil mendekati Ryuko dan menggendongnya ala bridal style. “Ah, maafkan
saya sebelumnya, tapi bukankah tempat ini dilarang untuk dikunjungi untuk
sementara waktu guna penyelidikan? Jadi akan lebih baik jika anda tidak berada
di sini,” ujar Akashi santai sambil melirik tajam ke arah kedua pemilik saham
itu. Tak berapa lama kemudian Akashi membuka pintu dan pergi dari ruang TKP.
“Tch, sial! Kita hampir berhasil mendapatkan golden card dari si Ashihara
itu,” ujar Mr Arystar kesal.
“Tak apa Mr Arystar, kita masih memilik kesempatan.”
Sementara itu Akashi yang sudah sampai di kamar Ryuko pun segera
menempatkan Ryuko pada tempat tidur dan membiarkannya tidur. Ia hendak pergi
Namun tatapannya terhenti pada sebuah patung kecil yang tak lain adalah benda
yang digunakan untuk melukai Yuuki malam itu.
“Maaf Ryuko-san, aku pinjam benda inI sebentar.” Tanpa ragu Akashi
mengambil patung kecil itu dan memasukannya ke dalam tas lalu kemudian pergi.
Sekitar empat jam berlalu, sekarang hampir pukul 4 sore. Ryuko bangun dai
tidur panjangnya karena dering HP yang mengganggu telinganya.
“Hmm? Kenapa aku ada di sini?” Ryuko masih berusaha mengumpulkan
kesadarannya. Berusaha mengingat apa yang terjadi. Namun, dering HP yang sangat
mengganggu memaksanya untuk mengangkat telepon terlebih dulu.
Ryuko : Halo? Siapa? Ada apa? (Ryuko bertanya dengan satu helaan nafas)
Takano : Its me, Takano. Kau bilang akan menemuiku siang ini? Dan
sekarang sudah jam berapa? Oh ya ada berita penting untukmu. (Takano pun membalas dengan tak kalah cepat)
Ryuko : Menemuimu? Ah, benar juga, sebentar lagi aku akan menemuimu. Tunggu
sebentar, aku akan ambil patungnya dulu. Oh ya, berita penting itu apa?
Takano : Aerish dan Makio sudah berhasil menemukan Tn Miura dan
sepertinya mereka sedang menemui Robert sekaligus melaporkan Miss Karina dan Mr
Arystar tentang keterlibatan mereka dalam kasus penculikan itu.
Ryuko : Hmm, begitu ya? Ne, Takano bisa kau hentikan Aerish dan Makio
agar tak menemui Robert terlebih dahulu? Aku baru saja menemukan bukti yang
bisa membuat kedua pemilik saham itu agar tak bisa mengelak. Belum saatnya Tn Miura
muncul ke permukaan. Aku ingin memberi mereka sedikit kejutan.
Takano : Hm, rencana aneh apa lagi yang ada di otakmu?
Ryuko : Ck, sudahlah, kau sendiri yang bilang ingin mengikuti
permainanku.
Takano : Tch, wakatta yo. (pada detik berikutnya Takano sudah menutup
telponnya)
Ryuko membuka semua laci yang ada di kamarnya, tapi dia tak bisa
menemukan patung itu di manapun. Ck, bisa gawat kalau patung itu ada di tangan
orang yang salah. Sial!
“Hn, sebaiknya aku cek rekaman ini saja.” Ryuko mengambil rekaman CCTV
yang di dalam sakunya kemudian memainkannya pada laptop di depannya.
“Sesuai dugaan. Denga begini mereka tak bisa mengelak lagi,” ucap Ryuko
puas. Tak berapa lama kemudian tiba-tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.
Ia segera menutup layar laptopnya dan berjalan menuju pintu kamarnya.
“Ck, siapa lagi sih yang mau menggangguku?”
@@@
Nakahara
Sudah hampir tiga jam aku menjelajah
di dalam kastil setelah pertemuanku dengan Ryuko. Mengelilngi ruang bawah tanah
yang ternyata luas, hingga ke atap kastil. Aku menemukan beberapa kenyataan
yang cukup mengejutkan. Kastil ini mungkin sama tuanya dengan istana milik
Vland Dracul, atau mungkin ini memang salah satu kastil miliknya? Seperti yang
aku dengar dari Yuuki, kastil ini dulunya merupakan satu-satunya bangunan yang
ada di pulau.
Ada banyak ruangan di kastil ini, dan
kebanyakan justru ruangan kosong kecil tidak lebih dari 5 x 5 meter persegi.
Berbekal denah rumit di tanganku, aku memasuki kastil semakin ke dalam. Untuk
bangunan tua, Kastil ini terlihat sangat terawat. Mungkin para pemegang saham
sudah melakukan beberapa perbaikan di sana-sini tanpa meninggalkan bentuk asli
dari kastil.
Beruntung aku masih membawa Golden
card bersamaku. Dengan mudah aku bisa membuka semua ruangan yang ada di kastil.
“Fuh, lagi-lagi ruang kosong,” keluhku menutup ruangan
yang lagi-lagi kosong. Saat ini aku sedang
menjelajah ruang bawah tanah. Jika diperhatikan dengan seksama denah kastil
terlihat sangat tidak beraturan. Tidak seperti bangunan tua pada umumnya yang
biasanya dibangun rapi sesuai kepercayaan pada jaman itu.
Biar kujabarkan, bentuk kastil ini
persegi dengan menara di setiap sudutnya. Ruangan bagian luar tertata rapi
keculai lapisan kedua dan seterusnya. Ini seperti persegi di dalam persegi.
“Hmm… jadi ini patung ke empat?” Aku menekan mata patung yang ternyata adalah sebuah
tombol. Ada empat patung sebelumnya di lantai empat, lantai dua, lantai satu
dan ruang bawah tanah, di sebuah ruangan kosong.
Beberapa saat setelah aku menekan
tombol sesuatu mulai terjadi. Tanah yang kupijak mulai begetar. Bagus, apa ini
artinya aku akan merubuhkan kastil bersejarah? Dan daftar kriminalitasku pun
akan semakin panjang.
Aku mencoba untuk keluar menuju pintu
tiba-tiba tembok di sampingku mulai bergerak, sebenarnya aku tidak yakin
yang bergerak itu tembok atau lantainya.
“Wait…” Aku berteriak saat tembok semakin mendekat dan siap
menerjangku. Tapi tentu saja, apa gunanya aku berteriak pada tembok? Ini tidak
seperti mereka memiliki telinga bukan? Dengan sigap aku langsung berlari ke
arah yang lainnya dimana tembok semakin mejauh. Perlahan pintu juga mulai
bergeser dan menghilang dari pandangan.
“Great!” Sekarang aku berada di ruangan tertutup tanpa pintu
dan jendela. Tembok masih terus bergerak dan aku masih berlari diantara kedua
tembok. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku berlari, satu jam? Seharian? #padahal
cuma satu menit. Aku akui, aku memang bukan pelari yang baik. Lututku mulai
terasa sakit tapi jika aku berhenti sekarang tembok di belakangku akan segera
menerjangku tanpa pemberitahuan.
BUUKK
“Ouch!” Dan tentu saja mereka juga tidak akan memberitahuku kapan akan berhenti.
Aku mengusap keningku yang berdenyut. Aku harap tidak akan bengkak nantinya.
Selama beberapa detik semua kembali
tenang kemudian tembok di bagian sisi yang lain lah yang kini bergerak mendekat
“You must be kidding me…” Dan aku harus berlari kembali. Kemudian tanpa
pemberitahuan lagi mereka berhenti. Tenang kembali dan Wuzzz…. Aku seperti
sedang naik lift yang bergerak ke atas dengan kecepatan yang mengejutkan.
Baiklah, setidaknya aku masih hidup,
tapi mungkin tidak akan lama lagi jika aku tidak segera menemukan pintu keluar.
Tapi sepertinya itu akan sulit karena aku kini berada di ruangan tertutup tanpa
jendela maupun pintu. Lubang kecilpun mungkin tidak ada. Aku meraba-raba tembok
berharap ada keajaiban dengan munculnya pintu atau paling tidak lubang yang
cukup untuk kulewati.
Aku merasakan getaran lagi tapi tidak
sekeras getaran sebelumnya dan salah satu tembok pun bergerak. Dari pojokan
muncul sebuah pintu.
“Hei berhenti!” Pintu itu terus berjalan dan kemudian menghilang di
sudut lainnya. Aku rasa aku sudah mulai gila. Beberapa menit lalu aku bicara
pada tembok dan sekarang aku bicara pada pintu. Beberapa detik kemudian pintu
muncul kembali. Tanpa banyak bicara aku langsung melompat melewati pintu dan
mendarat dengan sempurna di sisi sebaliknya. Jika memang kastil ini seperti
persegi di dalam persegi maka mungkin saat ini aku sedang berada di lapisan
terluarnya. Dan persegi bagian dalamlah yang saat ini sedang bergerak.
Tembok bagian dalam Kastil masih
bergerak. Aku ingat pasti seharusnya aku berada di ruang bawah tanah, tapi
setelah keluar melalui pintu tadi kini aku berada di lantai tiga. Aku rasa
ruangan bagian dalam kastil ini memang bisa berpindah. Itu menjelaskan mengapa
ada banyak ruangan kosong dan serupa di dalam kastil. Jika sudah seperti ini, aku sama sekali tidak memerlukan denah.
Aku kembali berkelana mencari kitab
suci dalam kastil, dan ada satu kesimpulan yang bisa aku ambil. Semua jalan
yang ada dalam kastil saat ini hanya mengarah pada satu tempat. Tangga yang
menuju ke bawah #yah itu karena aku ada di atas. Aku menuruni tangga
yang sepertinya menuju ke ruang bawah tanah. Di ujung tangga aku melihat sebuah
ruangan yang terkunci. Aku mencoba membukanya menggunakan Golden card yang
kubawa.
“Aneh,” gumamku saat pinru itu masih tidak
terbuka saat aku menggunakan Golden card. Seharusnya aku bisa mengakses semua tempat yang ada di pulau ini
kan? Aku melihat ada tiga lampu kecil, dan salah satunya menyala setelah aku
menggunakan Golden card.
“Tiga lampu? Apa mungkin…”
Suara musik pemakaman mulai dimainkan. Ah, itu nada dering
handphoneku.
Me: What?
Aerish: Darimana saja kau? Aku berusaha menghubungimu dari tadi.
Me: Aku terjebak dan mungkin tidak ada sinyal. Kenapa?
Aerish: Aku menemukan Tn Miura.
Me: Oh kupikir ada apa, baiklah aku akan segera menemuimu.
Beep demikian aku menutup percakapan.
Beberapa detik kemudian Aerish menghubungiku lagi.
Me: Apa lagi?
Aerish: Gezz setidaknya tanya dulu aku ada di mana.
Me: Ups, maaf aku lupa. Dimana?
Aerish: Aku ada di kamarku.
Me: Nethian?
Aerish : Bukan! Kamar hotel!
Me: oh, Ok.
Beep sekali lagi aku menutup
percakapan.
Sebenarnya aku masih penasaran dengan
ruangan di hadapanku ini. Tapi aku
juga harus segera menemui Tn. Miura dan memastikan keadaannya.
@@@
“Dimana dia?” Aku bertanya pada Aerish sesaat setelah menerobos ke dalam kamarnya. Tanpa perlu menunggu
jawaban dari Aerish aku sudah dapat melihat sosok Tn.Miura yang terduduk di
sofa sambil menonton TV. Wow, santai sekali dia. Apa dia tidak tahu kalau
karena dia dan anaknya itu aku jadi dikejar-kejar detective?
“Aku sedikit menyesal melihat anda
masih hidup…” kataku kesal. Tn. Miura melihatku dengan ekspresi bingung.
“Siapa kau?” tanya Makio yang
tiba-tiba muncul dari kamar kecil. Kenapa dia ada di tempat ini? Aku
melemparkan pandanganku pada Aerish berharap dia bisa segera menjelaskan kenapa
Makio ada di kamarnya.
“Mmm, ano…” Aerish terlihat sedikit
bingung harus mulai darimana.
“Aku sepupunya,” jawabku cepat dan berjalan
menghampiri Makio. Dengan satu gerakan aku menuntun Makio ke arah pintu.
“Aku ada pembicaraan penting dengan
Aerish, jadi bisakah kau pergi sekarang?” lanjutku membukakan pintu untuk
Makio. Belum sempat Makio menjawab aku sudah mendorongnya keluar dan menutup
pintu.
“Apa ada selain Makio yang sudah tahu
kalau Pria tua itu sudah bebas?” tayaku sambil menujuk kearah Tn. Miura.
“Hei siapa yang kau sebut Pria tua, Nona?”
“Aku dengar dari Makio, dia sudah
memberitahu Takano dan sepertinya Takano sudah memberitahu Ryuko,” jawab Aerish.
Sigh, sial…. Aku kecolongan lagi.
Aku menghampiri Tn. Miura dan duduk di
hadapannya mengahalangi TV.
“Berhubung Anda ada di sini, bisa bantu aku untuk menyelesaikan
masalah yang sudah Anda buat?”
“Kau siapa?”
“Its me,” kataku membuka rambut palsu dan kacamata.
“Nakahara!” Tn. Bangkit untuk
memelukku.” Aku benar-benar tidak mengenalimu dengan dandanan seperti itu. Tapi
aku akui kau terlihat manis,” celoteh Tn. Miura.
“Aku tidak peduli soal yang itu. Besok
adalah Grand opening, dan Yuuki memintaku untuk menhancurkannya karena kupikir Anda juga menginginkan hal itu. Yang angin aku
tanyakan, bagaimana sekarang? Apa yang akan Anda lakukan dengan Grand openingnya?”
“Besok? Berarti mereka mengundurnya
ya?” Tn. Miura terlihat sedang berfikir.
“Daripada memikirkan grand opening
bukankah seharusnya kita menangkap penculik Tn. Miura?” tanya Aerish.
“Aku tidak peduli dengan penculik itu.
Lagipula Pria tua ini pantas mandapatkannya,” kataku ketus.
“Waa.. kau kejam sekali Naka-chan.
Siapa yang kau bilang tua?” Yah aku akaui Tn. Miura memang terlihat masih muda
dan tampan. Tapi dia tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa sebenarnya dia itu
sudah TUA. Aku hanya memberikan tatapan malas padanya.
“Masalah Grand Opening aku akan
menghadirinya,” kata Tn. Miura santai.
“Baiklah kalau begitu. Aerish aku
minta kau jauhkan Tn. Miura dari jangkauan Ryuko. Bisa dibilang saat ini Ryuko
berada di pihak Vallery dan dua pemegang saham lainnya. Aku sedikit curiga pada
mereka. Aku tidak ingin berita bebasnya Tn. Miura sampai ke telinga mereka.”
“Hei tunggu.” Tn. Miura memotong
kata-kataku dengan ekspresi yang serius.
“Dimana Yuuki?” lanjutnya.
“Entahlah, coba cari di gang sempit.
Mungkit kau bisa menemukan mayatnya di sana,” kataku masa bodoh.
“Naka-chan!” Aerish terlihat tidak
suka dengan apa yang aku katakan. Ada apa dengannya?
“Ini tidak bagus,” kata Tn. Miura murung.
“Lihat kau melukai perasaannya,” kata Aerish.
“No Way!.” Aku sangat tahu
sifat asli Tn. Miura.
“Ini tidak baik karena akan sedikit
merepotkan jika aku harus mencari anak yang baru. Yah setidaknya aku bisa
memilih yang lebih bagus dari Yuuki haha…” lanjut Tn. Miura.
“Tuan Miura!” kali ini Tn. Miura yang
kena semprot.
“Apa kalian tidak khawatir padanya? Kudengar saat ini dia dijaga ketat seperti tawanan
oleh Vallery dan Robert,” lanjut Aerish.
“Well, dia pantas
mendapatkannya!” Tn. Miura dan aku berkata secara bersamaan. Wow, pemikiran
kami memang sama.
@@@
Aerish
Beruntung sebelum grand opening
Bloody Island aku sudah menemukan Tn. Miura seperti yang diminta Nakahara.
Meskipun dengan sedikit bantuan Makio. Tapi, kalau tidak ada dia, aku tidak
tahu bagaimana caranya bisa masuk rumah itu. Jadi, mungkin aku akan berterima
kasih padanya, nanti.
“ Kemana kita akan membawanya
pergi?” tanya Makio berbisik di sampingku.
“ Hmm... Kemana, ya? Aku juga
tidak tahu,” jawabku sembari berpikir. Sementara Tn. Miura yang masih berdiri
di dekat kami hanya diam.
“ Apa perlu minta bantuan yang
lain?”
“ Aku rasa mereka tidak akan
mau membantu,” jawabku.
“ Kalau kita minta bantuan
Robert serta melaporkan Karina-san dan Mr. Arystar yang terlibat dalam kasus
penculikan Tn. Miura, bagaimana?” saran Makio.
“ Hmm... melaporkan mereka?”
Aku berpikir sejenak. “ Apa tidak beresiko kalau kita melaporkan mereka berdua
dan memberitahukan penemuan Tn. Miura? Aku tidak mau berurusan dengan mereka
dan diinterogasi untuk penemuan ini,”
jawabku entah kenapa aku merasa dengan melibatkan Robert, berarti akan
ada banyak masalah tak terduga nantinya yang muncul.
“ Kalau begitu....” Belum
sempat Makio meneruskan kalimatnya, tiba-tiba dering handphonenya berbunyi dan
Makio segera mengangkatnya.
Makio : Ya, Takano. Ada apa?
Takano : Kau dimana? Aku membutuhkanmu sekarang.
Makio : Aku sedang bersama Aerish dan.....
Takano : Maafkan kelancanganku yang mengganggu
kalian. (Memotong kata-kata Makio)
Makio : (Mengabaikan ucapan Takano) Kenapa kau
membutuhkanku? Oh, ya. Ada berita penting dan sepertinya aku juga membutuhkan
bantuanmu. Itu pun kalau kau mau.
Takano : Berita apa? Dan bantuan apa yang kau
butuhkan? Mungkin kita bisa barter.
Makio : Aku dan Aerish sudah menemukan Tn. Miura.
Sekarang kami bingung mencari tempat persembunyian untuk Tn. Miura. Dan kami
juga sudah tahu siapa penculiknya. Menurutmu apa kita harus melaporkan
penculiknya dan meminta Robert untuk membantu menyembunyikan Tn. Miura?
Takano : Sebaiknya jangan melaporkan mereka dulu.
Bagaimana kalau sementara kau sembunyikan Tn. Miura di tempat Nakahara
bersembunyi sebelumnya?
Makio : Maksudmu ruang bawah tanah itu?
Aku hanya mengernyitkan
keningku mendengar Makio menyebut ruang bawah tanah tempat kami menyembunyikan
Nakahara dulu. Apa mungkin....
Takano : Hmm... aku rasa itu tempat yang aman.
Makio : Aku akan membicarakannya dengan Aerish dulu.
Sambungan telepon putus.
“ Bagaimana?” tanyaku begitu
Makio sudah memasukkan teleponya ke dalam saku.
“ Takano menyarankan kita untuk
membawa Tn. Miura ke ruang bawah tanah tempat kita menyembunyikan Nakahara
sebelumnya,” jawab Makio.
“ Ruang bawah tanah itu?” Aku
kembali memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika Tn. Miura
bersembunyi di sana. “ Aku rasa itu bukan tempat yang bagus. Tapi... mungkin
kita bisa mencari tempat itu nanti. Kita harus memberitahu Nakahara dulu kalau
kita sudah menemukan Tn. Miura. Setidaknya dia pasti ingin bertemu dengan Tn.
Miura,” lanjutku.
“ Mungkin kau benar. Robert dan
yang lain sudah tahu tempat itu. Lalu, dimana kau akan membawa Tn. Miura untuk
sementara ini?”
“ Ke kamarku. Kita harus bisa
menyelundupkan Tn. Miura ke sana. Yah, hanya sementara sampai dia bertemu
dengan Nakahara,” jawabku yang langsung memikirkan cara untuk menyelundupkan
Tn. Miura.
Aku, Makio dan Tn. Miura
kembali berjalan menuju hotel tempat kami menginap. Dan tentunya kami sudah
menyamarkan Tn. Miura dengan penampilan seperti tamu-tamu yang lainnya. Dengan
susah payah Makio menemukan satu set kaos lengan pendek berwarna biru muda dan
celana jeans yang sedikit kekecilan untuk ukurannya Tn. Miura, topi hitam, kaca
mata hitam, dan kumis palsu (yang ini aku tidak tahu dimana dia
mendapatkannya).
Begitu sudah mulai dekat dengan
hotel, aku deg-degan dan takut setengah mati kalau nanti Tn. Miura ketahuan.
Namun, kuyakinkan hatiku kalau tidak akan ada orang yang akan mencurigai kalau
orang yang bersamaku adalah Tn. Miura. Dan dengan keyakinan itu, aku berjalan
bersama dengan Makio dan Tn. Miura memasuki lobi hotel. Oke, di lobby tidak ada
yang menyadari kalau dia adalah Tn. Miura. Selanjutnya kami mulai naik lift.
Tapi, sialnya kami melihat Karina-san dan Mr. Arystar sedang berjalan menuju
lift yang kami naiki dan dengan cepat aku menekan tombol untuk menutup lift.
Tapi, sialnya lagi, Mr. Arystar menahan pintu lift itu dan masuk bersama dengan
Karina-san.
“ Aerish-chan?” sapa Karina-san
yang mungkin terkejut melihatku di lift itu.
“ Karina-san. Apa kabar?”
tanyaku basa-basi untuk menyembunyikan kegugupanku.
“ Seperti yang kau lihat. Kau
dari mana?” tanya Karina-san sedikit melirik pada Tn. Miura yang sedang
menyamar. Begitu juga dengan Mr. Arystar yang sedari tadi melirik Tn. Miura
yang berdiri di belakangnya.
“ Hmmm... Habis jalan-jalan
dengan temanku,” jawabku sembari menunjuk Makio yang kebetulan berdiri di
sebelahku.
“ Ah... begitu rupanya,” ujar
Karina-san yang langsung berbalik dan diam.
Untunglah suasana yang begitu
menegangkan di dalam lift bersama dengan Karina-san, Mr. Arystar dan Tn. Miura
segera berakhir begitu pintu lift terbuka. Aku, Makio, dan Tn. Miura segera
keluar dan dengan menundukkan kepala kecil aku berpamitan dengan Karina-san.
Dengan cepat kami bertiga melangkah menuju kamarku. Huh.... beruntunglah mereka
berdua tidak menyadari penyamaran Tn. Miura.
“ Kau kenapa? Sejak tadi
terlihat tegang sekali?” tanya Makio begitu kami bertiga sudah masuk ke dalam
kamarku.
“ Apa kau tidak tegang setelah
satu lift dengan Karina-san dan Mr. Arystar? Aku takut setengah mati
kalau-kalau mereka mengenali Tn. Miura,” jawabku yang langsung pergi mengambil
minum di atas meja samping tempat tidurku dan memberikannya pada Tn. Miura
serta Makio.
“ Tapi, buktinya mereka tidak
mengenalinya, kan? Justru dengan sikapmu yang seperti itu yang akan membuat
mereka curiga dan nantinya bisa mengenali Tn. Miura,” ujar Makio sembari
meneguk minumannya.
“ Aku tahu itu. Tapi, aku
benar-benar takut,” jawabku sedikit menyesal. “ Ah, aku rasa aku harus
memberitahunya sekarang.” Aku segera mengeluarkan handphoneku dan menelepon
seseorang. Tapi, tidak ada jawaban. Setelah berulang kali menghubunginya,
akhirnya terdengar suaranya yang menjawab dengan datar.
Nakahara : What?
Me : Darimana saja kau? Aku
berusaha menghubungimu dari tadi.
Nakahara : Aku terjebak dan mungkin tidak ada sinyal. Kenapa?
Me : Aku menemukan Tn Miura. (Aku melirik Tn. Miura yang sedang mengobrol dengan
Makio)
Nakahara : Oh kupikir ada apa, baiklah aku akan segera menemuimu.
Dengan seenaknya Nakahara
menutup teleponnya padahal aku belum selesai bicara dengannya. Dasar Nakahara.
Apa dia tidak ingin tahu dimana aku dan Tn. Miura sekarang? Dengan enggan,
kuhubungi dia lagi.
Nakahara : Apa lagi?
Me : Gezz setidaknya tanya
dulu aku ada di mana.
Nakahara : Ups, maaf aku lupa. Dimana?
Aku hanya bisa menepuk keningku mendengar
jawabannya.
Me : Aku ada di kamarku.
Nakahara : Nethian?
Apa dia lupa kalau aku masih di
bloody island membantunya? Aku rasa, amnesianya kambuh lagi.
Me : Bukan! Kamar hotel!
Nakahara : oh, Ok.
Lagi-lagi dengan seenaknya dia
menutup teleponnya. Aku hanya menghela nafas dan bergabung bersama Tn. Miura
dan Makio.
“ Bagaimana? Kapan dia akan
datang?” tanya Makio begitu aku sudah duduk di kursi.
“ Mungkin sebentar lagi,”
jawabku.
“ Siapa yang datang?” tanya Tn.
Miura.
“ Nakahara. Dia ingin bertemu
dengan Anda. Anda tidak keberatan bukan?” jawabku.
“ Tentu saja tidak. Aku juga
ingin bertemu dengan Naka-chan,” jawab Tn. Miura sedikit tersenyum kecil. “ Yah,
setelah mendengar cerita dari Makio, sepertinya aku harus meminta maaf
padanya.”
Tak lama kemudian, terdengar
seseorang mengetuk pintu kamarku dan begitu pintu itu kubuka, orang itu
langsung menerobos masuk.
“ Dimana dia?” tanya Nakahara
begitu sudah masuk ke kamarku.
Sebelum aku menjawabnya,
Nakahara sudah melihat sosok Tn. Miura yang duduk di sofa menonton tv. Dengan
kata-kata dinginnya, dia menyapa Tn. Miura. Namun, Tn. Miura tidak menjawabnya
dan menatapku bingung. Aku tahu, dia pasti tidak mengenali Nakahara yang sedang
menyamar dengan rambut palsu dan kacamatanya. Sebelum Nakahara melanjutkan
kata-katanya yang pedas dan dingin ke Tn. Miura, Makio keluar dari kamar mandi
dan bertanya siapa Nakahara. Lagi-lagi penyamaran Nakahara berhasil. Makio tidak
mengenali Nakahara dan dengan cepat Nakahara mengusirnya keluar. Kasihan Makio.
Melihat keberadaan Makio,
Nakahara meminta penjelasanku dan kujelaskan kalau dia membantuku menemukan Tn.
Miura dan perihal Takano dan Ryuko yang juga tahu mengenai Tn. Miura yang sudah
ditemukan.
Setelah kepergian Makio, aku
hanya menjadi pendengar setia pembicaraan yang pedas dan penuh sindiran antara
Nakahara dan Tn. Miura. Hingga akhirnya mereka membahas Yuuki, putra Tn. Miura
yang saat ini seperti tawanan Vallery dan selalu dijaga ketat olehnya dan
Robert. Tapi, aku benar-benar tidak menyangka dengan jawaban Tn. Miura yang
mengatakan kalau anaknya pantas mendapatkan itu. Benar-benar ayah yang aneh.
Dan tak lama kemudian, Nakahara
keluar dari kamarku dan kembali ke kastil tempat Robert menyekapnya. Tapi,
seperti sebelumnya Nakahara memintaku untuk tidak mempertemukan Tn. Miura
dengan Ryuko. Rasanya ada yang aneh dengan mereka berdua. Kenapa aku merasa
seperti berada di tengah-tengah antara dua orang yang sedang bertarung, ya? Di
satu sisi, Nakahara yang menjadi tersangka berusaha untuk menghancurkan grand
openingnya, meski aku berharap itu tidak terjadi karena aku sudah menantikan
acara itu. Sementara yang satunya, Ryuko berusaha untuk membuat grand opening
tetap berjalan sesuai rencana. Ah, aku benar-benar tidak mengerti dengan
pikiran mereka berdua.
Daripada memikirkan mereka
berdua yang tidak penting, sekarang yang harus aku pikirkan adalah kemana aku
akan menyembunyikan Tn. Miura? Karena tidak mungkin di kamarku, kan? Di ruang
bawah tanah juga tidak mungkin. Di kastil juga tidak. Ah, dimana, ya?
“ Ano.... Tn. Miura, apa ada
tempat di pulau ini yang tidak memerlukan golden card untuk memasukinya?”
tanyaku pada Tn. Miura yang kembali asyik dengan televisi di depannya begitu
Nakahara pergi.
“ Hmm... aku rasa ada,” jawab
Tn. Miura tanpa mengalihkan pandangannya dari tv.
“ Dimana? Apa Anda tahu
lokasinya?”
“ Tentu saja tahu. Karena
sekarang aku sedang berada di tempat itu,” jawab Tn. Miura santai.
“ Di tempat itu? Maksud Anda
tempat yang tidak memerlukan golden card untuk mengaksesnya hotel ini?”
“ Hemm...” Tn. Miura
menganggukkan kepalanya. LOL. Aku hanya bisa menghela nafas mendengarnya. Kalau
hotel ini, sih aku udah tahu dari awal kalau tidak diperlukan golden card untuk
mengaksesnya.
“ Selain hotel ini, apa ada
tempat lain?” tanyaku lagi masih berharap kali ini Tn. Miura menjawabnya dengan
benar.
“ Aku rasa tidak ada,” jawab
Tn. Miura. Well, berarti semua tempat di sini harus diakses dengan
golden card? Jadi, untuk bisa menyembunyikan Tn. Miura di tempat yang aman, aku
harus mempunyai golden card? So, how to get that golden card?
Tiba-tiba terdengar pintu
kamarku diketuk seseorang ketika aku sedang memikirkan tempat persembunyian Tn.
Miura. Dan dengan cepat kubuka pintu kamarku dan seulas senyum kecil
tersungging di bibirku begitu melihat siapa yang datang.
Dia datang diwaktu yang tepat.
@@@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Stop being silent reader and write your comments.......