Sebelumnya di part 1
Part 2 ( It is more precious...)
“Sekarang,
Bagaimana rasanya kehilangan benda milikmu yang berharga ?” tanyaku sinis,tanpa
rasa menyesal sedikitpun.
“Kau ini !
Bukannya minta maaf malah bertanya seperti itu.” Respon si mata hitam sinis.
Aku hanya
memalingkan kepalaku untuk mengejeknya.
“Cepat minta maaf
!” serunya.
“Tidak akan
pernah.” Ucapku dingin.
“Kau ini....” si
mata hitam berkata dengan penuh emosi.
“Ck, kau hanya
kehilangan sebuah batu biasa dan kau semarah ini ? Benar-benar bodoh.” Ucapku
santai.
Si mata hitam
tersenyum aneh setelah mendengar ucapanku. Entah kenapa, semua raut wajah penuh
emosinya sirna begitu saja. Aku pun tersadar bahwa ucapanku sama persis seperti
yang diucapkan si mata hitam sebelumnya.
“Batu biasa,huh
?. Tak lebih ?” ejek si mata hitam.
“Ya, sangat
biasa.” Responku tak mau kalah.
“Lalu, charm
‘biasa’ itu bagaimana ?” ejek si mata hitam. Ia memberikan intonasi lebih pada
kat ‘biasa’.
“Uhm...itu..” aku
kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan si mata hitam. Aku hanya menundukan
kepalaku. Sebisa mungkin menghindari tatapan aneh dan senyum ejekan dari
wajahnya.
“Kalian sedang
apa ?” seru si mata perak sembari menghampiri kami berdua. Kali ini, aku merasa
lega karena kedatangan si mata perak bisa mencairkan keadaan yang kurang
menguntungkan bagiku.
“Hm..tidak ada.”
Jawabku sambil tersenyum pada si mata perak.
Si mata perak
tertegun sejenak melihatku tersenyum. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan,
tetapi dengan cepat ia segera tersenyum balik kepadaku.
“Lihat apa yang
kutemukan.” Ucap si mata perak sambil memperlihatkan charm bintang milikku.
“Itu..”
“Ini milikmu.”
Ucap si mata perak sambil memberikannya padaku.
Aku melihat charm
itu sejenak, lalu aku menatap si mata hitam yang masih dengan senyum mengejek
menghiasi wajahnya. Aku menggenggam erat charm bintang milikku, menghela nafas
dan dengan sekuat tenaga melemparnya ke sungai.
Si mata perak
sangat terkejut dengan apa yang kulakukan. Si mata hitam justru sebaliknya,
ekspresinya tidak berubah, seolah dia sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi
sebelumnya.
“Maaf, kau sudah
repot-repot mencarinya tapi aku malah membuangnya lagi. Tapi aku tak ingin
merepotkan orang lain lagi karena charm itu. Dan juga terima kasih sudah
membantuku.” Ucapku sambil tersenyum tipis pada si mata perak.
“Tentu saja.”
Balasnya sambil tersenyum tipis.
“Kita impas !”
ucapku sambil menjulurkan lidahku, mengejek si mata hitam.
“Like I care.”
Balasnya dingin.
“Cih.” Aku hanya
merespon sambil terus menatapnya dengan tatapan sinis.
“Hei, Kau
yakin kau baik-baik saja ?” tanya si
mata perak sambil menatapku khawatir.
Aku mengangguk
dengan mantap.”Aku yakin, Sankyu.” Aku berusaha tersenyum semanis mungkin agar
tak membuatnya khawatir.
Aku kembali pada
tatapan sinisku pada si mata hitam. Jujur saja,aku masih menunggunya bicara.
Si mata hitam
tidak bicara, ia justru melepas sarung tangannya dan melemparnya ke arahku. Aku
menerima sarung tangan berwarna hitam polos miliknya sambil menatapnya heran.
“Apa ini ?”
tanyaku.
“Sarung tangan.”
Jawab si mata hitam singkat.
“untuk apa ?”
tanyaku lagi.
“Untuk
menghangatkan tangan agar tak kedinginan.” Jawabnya datar.
“Kenapa kau
berikan padaku ?”
“Bukan apa-apa,
aku hanya kalah ber-..” belum sempat si mata hitam selesai bicara, tangan si
mata perak sudah membungkam mulut si mata hitam dan membisikan sesuatu.
“Kau mau bilang
apa ?” tanyaku.
Si mata perak
mendekatiku sambil tersenyum samar.
“Pakai sarung
tangan itu agar tanganmu tak kedinginan.” Ucap si mata perak sambil menatapku
dengan tatapannya yang melelehkan.
Sementara si mata
hitam masih dengan tatapan ‘cueknya’ yang menyebalkan. Ia mengalihkan
pandangannya pada si mata perak, memberi tanda untuk segera pergi dari tempat
mereka berdiri.
“Teri ma kasih.
Sepertinya temanmu sudah tak sabar untuk segera pergi. Kau bisa pergi sekarang,
aku tidak apa-apa.” ucapku seolah mengerti dengan isyarat si mata hitam.
“Tapi kau
sendirian dan..” si mata perak masih ragu meninggalkanku sendirian.
“Sudahlah, dia
bilang kan tidak apa-apa.” Si mata hitam memotong ucapan si mata perak.
“Dia benar, aku
tidak apa-apa. Tolong jangan buat aku berhutang lebih dari ini.” Ucapku serius.
“Baiklah, aku
percaya padamu.” Ucap si mata perak sambil tersenyum padaku.
Aku tersenyum. “
Terima Kasih.”
Kedua bocah
laki-laki itu segera beranjak pergi dari tempatnya berdiri. Si mata perak
sesekali berbalik sambil melambaikan tangannya padaku. Sedangkan si mata hitam,
dia hanya sedikit memalingkan wajahnya sambil tersenyum padaku. Aku sempat
terkejut melihatnya tersenyum, senyum yang sangat berbahaya, bisa membuat siapa
saja terpesona. Senyum yang memancingmu untuk tersenyum balik padanya.
Aku tidak tahu
siapa dua bocah laki-laki itu. Meskipun secara fisik, mereka sangatlah berbeda
tapi ada satu ikatan yang sama diantara mereka berdua. Seperti ikatan antara
aku dan onii-chan. Mungkinkah mereka berdua bersaudara ?. Tapi siapa yang
menjadi kakaknya ?
Si mata perak
terlihat lebih tenang, lembut, tenang dan bijaksana. Mungkin dia bisa menjadi
kakak yang lembut dan bijaksana seperti onii-chan. Tetapi si mata hitam,
meskipun dingin,cuek,sinis,keras kepala dan terlihat sangat menyebalkan. Aku
merasakan sisi lembut, rasa sayang yang mendalam, kesetiaan, dan keinginan
melindungi yang kuat dari dirinya. Hanya saja ia tak mau orang lain melihat
sisi baiknya. Mungkin dia bisa menjadi kakak yang akan melindungi adiknya
apapun yang terjadi.
Entahlah, tapi
setidaknya dua bocah laki-laki itu membuatku
sadar akan satu hal. Charm bintang dari onii-chan memang berharga. Tapi ada hal
yang jauh lebih berharga yang harus kujaga daripada charm bintang itu. Ikatan
antara aku dan onii-chan jauh lebih berharga daripada charm bintang itu.
Arigatou na, a boy with sylver eyes and a boy with
dark eyes. Now, I understand what was important.
*****
“Hei Sasuke,
Sebenarnya apa yang kau katakan pada gadis itu ? Kenapa tiba-tiba dia membuang
charm nya begitu saja.” Tanya Shun penaasaran.
“Kau tidak perlu
tahu. Bukan sesuatu yang penting.” Respon Sasuke singkat.
“Dasar pelit.”
“Terima kasih.”
Respon Sasuke sinis.
“Itu bukan
pujian.”
“Terserah.”
“Hei, Kau kan
kalah taruhan, sekarang kau harus memberikan benda berhargamu padaku.” Ucap
Shun.
“Benda ?
Sebenarnya itu sudah tidak ada.” Ucap Sasuke sambil tertawa.
“Hei-hei kau
sedang tidak berusaha menngingkari perjanjian kan ?” ujar Shun.
“Tenang saja, Aku
tidak pernah mengingkari janjiku.” Ucap Sasuke.
“Lalu ?”
“Untuk sementara,
aku akan memamggilmu senpai sebgai
gantinya. Bagaimana ?” tawar Sasuke.
“Tidak usah. Aku
tahu, sebenarnya kau tidak benar-benar serius dengan pertandingan tadi kan ?”
tanya Shun.
“Apa maksudmu ?”
“Sebenarnya kau
sudah tahu dimana harus menemukan charm
bintang milik gadis itu, tetapi kau malah sengaja mengalah dan memberikan
sarung tanganmu pada gadis itu,kan ?” ucap Shun.
“Baka !. Untuk apa aku melakukannya ?”
“Agar gadis itu
menyimpan sarung tanganmu sebagai kenang-kenangan. Kau bahkan membiarkan batu
kesayanganmu dibuang oleh gadis itu.” Ucap Shun sambil tersenyum mengejek
Sasuke.
“Dasar sok tahu.”
Respon Sasuke.
“Ternyata benar,
gadis itu sudah menggantikan posisi batu kesayanganmu. Itu berarti, suatu saat nanti
kau harus memberikan gadis itu padaku sebagai ganti batu berharga yang
seharusnya kau berikan padaku karena kalah bertaruh.” Ucap Shun sambil tertawa
puas.
“Dasar bodoh ! Mana ada batu disamakan dengan gadis ?”
respon Sasuke.
“Tapi gadis itu
benar-benar keras kepala seperti batu, bukan ?” ucap Shun lagi.
“Ya, sangat keras
kepala seperti batu.Sudahlah, ayo cepat pulang , tanganku hampir membeku !”
ucap Sasuke mempercepat langkahnya.
Shun
memperhatikan Sasuke yang sedang mengusap-usapkan kedua telapak tangannya yang
kedinginan. Shun melepas sarung tangan dari sebelah tangan kirinya dan
melemparkannya pada Sasuke.
“Pakai itu di
tangan kirimu.” Ucap Shun.
“Kalau mau
berbuat baik jangan setengah-setengah.” Sasuke mengeluh sambil memakai sarung
tangan di tangan kirinya.
Shun menggenggam
tangan kanan Sasuke yang tidak memakai sarung tangan dengan tangan kirinya yang
juga tidak memakai sarung tangan.
“Dengan
bergandengan tangan kita tak akan kedinginan.” Ucap Shun
“Menggelikan,
kita seperti pasangan yaoi.” Respon
Sasuke.
Shun tertawa. “
Tenang saja, dalam kegelapan tidak ada yang melihat.”
“Crazy as always.” Respon Sasuke.
*****
Minta komentarnya ya minna ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Stop being silent reader and write your comments.......