Rabu, 20 Februari 2013

The precious thing is...(Part 2)


Sebelumnya di part 1
Part 2 ( It is more precious...)

“Sekarang, Bagaimana rasanya kehilangan benda milikmu yang berharga ?” tanyaku sinis,tanpa rasa menyesal sedikitpun.
“Kau ini ! Bukannya minta maaf malah bertanya seperti itu.” Respon si mata hitam sinis.
Aku hanya memalingkan kepalaku untuk mengejeknya.
“Cepat minta maaf !” serunya.
“Tidak akan pernah.” Ucapku dingin.
“Kau ini....” si mata hitam berkata dengan penuh emosi.
“Ck, kau hanya kehilangan sebuah batu biasa dan kau semarah ini ? Benar-benar bodoh.” Ucapku santai.
Si mata hitam tersenyum aneh setelah mendengar ucapanku. Entah kenapa, semua raut wajah penuh emosinya sirna begitu saja. Aku pun tersadar bahwa ucapanku sama persis seperti yang diucapkan si mata hitam sebelumnya.
“Batu biasa,huh ?. Tak lebih ?” ejek si mata hitam.


“Ya, sangat biasa.” Responku tak mau kalah.
“Lalu, charm ‘biasa’ itu bagaimana ?” ejek si mata hitam. Ia memberikan intonasi lebih pada kat ‘biasa’.
“Uhm...itu..” aku kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan si mata hitam. Aku hanya menundukan kepalaku. Sebisa mungkin menghindari tatapan aneh dan senyum ejekan dari wajahnya.
“Kalian sedang apa ?” seru si mata perak sembari menghampiri kami berdua. Kali ini, aku merasa lega karena kedatangan si mata perak bisa mencairkan keadaan yang kurang menguntungkan bagiku.
“Hm..tidak ada.” Jawabku sambil tersenyum pada si mata perak.
Si mata perak tertegun sejenak melihatku tersenyum. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tetapi dengan cepat ia segera tersenyum balik kepadaku.
“Lihat apa yang kutemukan.” Ucap si mata perak sambil memperlihatkan charm bintang milikku.
“Itu..”
“Ini milikmu.” Ucap si mata perak sambil memberikannya padaku.
Aku melihat charm itu sejenak, lalu aku menatap si mata hitam yang masih dengan senyum mengejek menghiasi wajahnya. Aku menggenggam erat charm bintang milikku, menghela nafas dan dengan sekuat tenaga melemparnya ke sungai.
Si mata perak sangat terkejut dengan apa yang kulakukan. Si mata hitam justru sebaliknya, ekspresinya tidak berubah, seolah dia sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi sebelumnya.
“Maaf, kau sudah repot-repot mencarinya tapi aku malah membuangnya lagi. Tapi aku tak ingin merepotkan orang lain lagi karena charm itu. Dan juga terima kasih sudah membantuku.” Ucapku sambil tersenyum tipis pada si mata perak.
“Tentu saja.” Balasnya sambil tersenyum tipis.
“Kita impas !” ucapku sambil menjulurkan lidahku, mengejek si mata hitam.
“Like I care.” Balasnya dingin.
“Cih.” Aku hanya merespon sambil terus menatapnya dengan tatapan sinis.
“Hei, Kau yakin  kau baik-baik saja ?” tanya si mata perak sambil menatapku khawatir.
Aku mengangguk dengan mantap.”Aku yakin, Sankyu.” Aku berusaha tersenyum semanis mungkin agar tak membuatnya khawatir.
Aku kembali pada tatapan sinisku pada si mata hitam. Jujur saja,aku masih menunggunya bicara.
Si mata hitam tidak bicara, ia justru melepas sarung tangannya dan melemparnya ke arahku. Aku menerima sarung tangan berwarna hitam polos miliknya sambil menatapnya heran.
“Apa ini ?” tanyaku.
“Sarung tangan.” Jawab si mata hitam singkat.
“untuk apa ?” tanyaku lagi.
“Untuk menghangatkan tangan agar tak kedinginan.” Jawabnya datar.
“Kenapa kau berikan padaku ?”
“Bukan apa-apa, aku hanya kalah ber-..” belum sempat si mata hitam selesai bicara, tangan si mata perak sudah membungkam mulut si mata hitam dan membisikan sesuatu.
“Kau mau bilang apa ?” tanyaku.
Si mata perak mendekatiku sambil tersenyum samar.
“Pakai sarung tangan itu agar tanganmu tak kedinginan.” Ucap si mata perak sambil menatapku dengan tatapannya yang melelehkan.
Sementara si mata hitam masih dengan tatapan ‘cueknya’ yang menyebalkan. Ia mengalihkan pandangannya pada si mata perak, memberi tanda untuk segera pergi dari tempat mereka berdiri.
“Teri ma kasih. Sepertinya temanmu sudah tak sabar untuk segera pergi. Kau bisa pergi sekarang, aku tidak apa-apa.” ucapku seolah mengerti dengan isyarat si mata hitam.
“Tapi kau sendirian dan..” si mata perak masih ragu meninggalkanku sendirian.
“Sudahlah, dia bilang kan tidak apa-apa.” Si mata hitam memotong ucapan si mata perak.
“Dia benar, aku tidak apa-apa. Tolong jangan buat aku berhutang lebih dari ini.” Ucapku serius.
“Baiklah, aku percaya padamu.” Ucap si mata perak sambil tersenyum padaku.
Aku tersenyum. “ Terima Kasih.”
Kedua bocah laki-laki itu segera beranjak pergi dari tempatnya berdiri. Si mata perak sesekali berbalik sambil melambaikan tangannya padaku. Sedangkan si mata hitam, dia hanya sedikit memalingkan wajahnya sambil tersenyum padaku. Aku sempat terkejut melihatnya tersenyum, senyum yang sangat berbahaya, bisa membuat siapa saja terpesona. Senyum yang memancingmu untuk tersenyum balik padanya.
Aku tidak tahu siapa dua bocah laki-laki itu. Meskipun secara fisik, mereka sangatlah berbeda tapi ada satu ikatan yang sama diantara mereka berdua. Seperti ikatan antara aku dan onii-chan. Mungkinkah mereka berdua bersaudara ?. Tapi siapa yang menjadi kakaknya ?
Si mata perak terlihat lebih tenang, lembut, tenang dan bijaksana. Mungkin dia bisa menjadi kakak yang lembut dan bijaksana seperti onii-chan. Tetapi si mata hitam, meskipun dingin,cuek,sinis,keras kepala dan terlihat sangat menyebalkan. Aku merasakan sisi lembut, rasa sayang yang mendalam, kesetiaan, dan keinginan melindungi yang kuat dari dirinya. Hanya saja ia tak mau orang lain melihat sisi baiknya. Mungkin dia bisa menjadi kakak yang akan melindungi adiknya apapun yang terjadi.
Entahlah, tapi setidaknya dua bocah  laki-laki itu membuatku sadar akan satu hal. Charm bintang dari onii-chan memang berharga. Tapi ada hal yang jauh lebih berharga yang harus kujaga daripada charm bintang itu. Ikatan antara aku dan onii-chan jauh lebih berharga daripada charm bintang itu.
Arigatou na, a boy with sylver eyes and a boy with dark eyes. Now, I understand what was important.
*****
“Hei Sasuke, Sebenarnya apa yang kau katakan pada gadis itu ? Kenapa tiba-tiba dia membuang charm nya begitu saja.” Tanya Shun penaasaran.
“Kau tidak perlu tahu. Bukan sesuatu yang penting.” Respon Sasuke singkat.
“Dasar pelit.”
“Terima kasih.” Respon Sasuke sinis.
“Itu bukan pujian.”
“Terserah.”
“Hei, Kau kan kalah taruhan, sekarang kau harus memberikan benda berhargamu padaku.” Ucap Shun.
“Benda ? Sebenarnya itu sudah tidak ada.” Ucap Sasuke sambil tertawa.
“Hei-hei kau sedang tidak berusaha menngingkari perjanjian kan ?” ujar Shun.
“Tenang saja, Aku tidak pernah mengingkari janjiku.” Ucap Sasuke.
“Lalu ?”
“Untuk sementara, aku akan memamggilmu senpai sebgai gantinya. Bagaimana ?” tawar Sasuke.
“Tidak usah. Aku tahu, sebenarnya kau tidak benar-benar serius dengan pertandingan tadi kan ?” tanya Shun.
“Apa maksudmu ?”
“Sebenarnya kau sudah tahu dimana harus menemukan  charm bintang milik gadis itu, tetapi kau malah sengaja mengalah dan memberikan sarung tanganmu pada gadis itu,kan ?” ucap Shun.
Baka !. Untuk apa aku melakukannya ?”
“Agar gadis itu menyimpan sarung tanganmu sebagai kenang-kenangan. Kau bahkan membiarkan batu kesayanganmu dibuang oleh gadis itu.” Ucap Shun sambil tersenyum mengejek Sasuke.
“Dasar sok tahu.” Respon Sasuke.
“Ternyata benar, gadis itu sudah menggantikan posisi batu kesayanganmu. Itu berarti, suatu saat nanti kau harus memberikan gadis itu padaku sebagai ganti batu berharga yang seharusnya kau berikan padaku karena kalah bertaruh.” Ucap Shun sambil tertawa puas.
“Dasar bodoh  ! Mana ada batu disamakan dengan gadis ?” respon Sasuke.
“Tapi gadis itu benar-benar keras kepala seperti batu, bukan ?” ucap Shun lagi.
“Ya, sangat keras kepala seperti batu.Sudahlah, ayo cepat pulang , tanganku hampir membeku !” ucap Sasuke mempercepat langkahnya.
Shun memperhatikan Sasuke yang sedang mengusap-usapkan kedua telapak tangannya yang kedinginan. Shun melepas sarung tangan dari sebelah tangan kirinya dan melemparkannya  pada Sasuke.
“Pakai itu di tangan kirimu.” Ucap Shun.
“Kalau mau berbuat baik jangan setengah-setengah.” Sasuke mengeluh sambil memakai sarung tangan di tangan kirinya.
Shun menggenggam tangan kanan Sasuke yang tidak memakai sarung tangan dengan tangan kirinya yang juga tidak memakai sarung tangan.
“Dengan bergandengan tangan kita tak akan kedinginan.” Ucap Shun
“Menggelikan, kita seperti pasangan yaoi.” Respon Sasuke.
Shun tertawa. “ Tenang saja, dalam kegelapan tidak ada yang melihat.”
Crazy as always.” Respon Sasuke.

*****
Minta komentarnya ya minna ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stop being silent reader and write your comments.......