SCENE 1
GOODNIGHT
KISS ( SHUN X RYUKO )
“KIRYUU-SENPAI ! Kau belum menjawab pertanyaanku !” ucapku kesal.
“Hmm,
Kenapa kau begitu ingin tahu, nona ?” respon Shun tanpa dosa.
“Itu
tidak penting, jawab saja !”
“Aku
menolak,” jawab Shun seenaknya.
Geez ! This guy is seriously pissed me off !
“Tch !”
Aku
benar-benar tak mengerti dengan satu cowok ini. Selalu berbuat seenaknya
kepadaku. Kau tahu aa yang baru saja ia lakukan ? Ia baru saja mencuri ciuman pertamaku ! Well, ya
seingatku ini ciuman pertamaku.
“Hei
Ryuko,” panggil Shun datar.
“Hm ?”
Dengan enggan aku menghentikan langkahku. Masih dengan ekspresi marah aku
menoleh padanya.
“Tentang
pertanyaanmu tadi..Kau percaya jika itu ciuman pertamaku ?” ujar Shun pelan.
“Wh-What
?” Ujarku tak percaya tanpa sadar wajahku juga ikut blushing karena mendengar
jawaban Shun. Aku memalingkan wajahku kemudian berdehem untuk mencairkan
suasana.
“Ehem ,
ya...yasudah kalau begitu,” ujarku seadanya karena tak tahu harus merespon apa.
“Bagaimana
denganmu ? Itu ciuman petamamu ?” tanya Shun tiba-tiba.
“Isnt it obvious ?” jawabku segera. “ Kau
pikir kenapa aku sangat kesal setelah kau menciumku ?”
“Benarkah
? Tapi kenapa rasanya tidak seperti ciuman pertama.....”
“What do
you mean ? You pervert !!!” seruku kesal.
“Hm,
nothing,” respon Shun tanpa dosa.
“Tch,
terserahlah. Lagipula ciuman tanpa cinta tak berarti apa-apa,” responku segera.
Aku hendak
berjalan pergi dan meninggalkan Shun karena aku sangat kesal padanya hari ini.
Tapi lagi-lagi ia seenaknya menarik tanganku dan menarikku mendekatinya membuat
kedua mata kami bertemu.
DEG !
What ? What is it ? Whats wrong with my
heartbeat ?
“Jadi
yang tadi itu, hanya ciuman tanpa arti ?” tanya Shun serius.
“Well,
aku anggap itu hanya seperti ciuman selamat malam yang biasa dilakukan nii-san
dan okaa-san.....” ujarku berbohong. Jujur saja, nii-san atau orang tuaku tak
pernah sekalipun memberiku ciuman karena aku memang tidak suka dicium tanpa
ijin.
Shun
masih menatapku dalam-dalam, menarikku semakin mendekat padanya. Ia
mengalungkan tangan kirinya pada leherku. Mata kami semakin dekat....
Wait ! What is it ? What will he do ?
Tapi
tubuhku tak bisa bergerak sedikitpun. Bahkan karena terlalu tegang aku hampir
lupa untuk bernapas, tapi....
SRET ! Shun
meletakkan kedua tangannya di pundakku. Menarik dirinya dan malah menunduk
menjauhi tatapanku dan kemudian perlahan ia... tertawa ?
What ? Is he trying to make fun of me ?
“What are you laughing at ? BakaShun !!!!”
ucapku kesal sambil menarik diriku dengan kasar dari pelukannya.
“Kenapa
tadi wajahmu begitu tegang, nona ? Jangan bilang kau...”
“Idiot !
Im going home !” ujarku kesal.
“Wait !”
Shun menarikku dan....
Chu ~
Sebuah
ciuman singkat mendarat di bibirku. Lagi-lagi Shun berhasil mendapatkan sebuah
ciuman tanpa ijin dariku.
“That was a goodnight kiss,” ucap Shun
sambil tersenyum tanpa dosa. “Ah, It was
different from before, okay ? See you...” ujar Shun melambaikan tangannya
sambil berjalan pergi meninggalkanku yang masih membeku. Masih berpikir...
Ciuman
yang tadi itu berbeda dari sebelumnya ? Isnt
it just a simple kiss ? Is it because
I put a love into it ? Even its just a little ? Love....
Satu
lagi, kenapa ciuman ini malah membuatku tersenyum ?
Arrrgghhhh.....That Stupid Shun ! Im gonna
kill him !!!!!
Well, I never think about love before.
If it is something that will make me smile..
I dont mind about it.
EVERYBODY NEEDS SOMEBODY'S LOVE
Ai ga hitsuyou nano
Aisareru koto de mata egao ni nareru kara
EVERYBODY WANTS TO BE HAPPY
Anata no shiawase wo inorinagara watashi ha utatteru
Ai ga hitsuyou nano
Aisareru koto de mata egao ni nareru kara
EVERYBODY WANTS TO BE HAPPY
Anata no shiawase wo inorinagara watashi ha utatteru
EVERYBODY NEEDS SOMEBODY’S LOVE
Cinta itu diperlukan
Karena cinta dapat membuatMU tersenyum
kembali
Semua orang ingin bahagia
Aku akan
berdoa untuk kebahagianmu selama aku bernyanyi
Wish- OST D Gray-Man
Wish- OST D Gray-Man
@@@@
SCENE 2
NAME
CURSED (NAKAHARA X OTANI )
Serpihan
salju masih terus berjatuhan menutupi seluruh pemandangan menjadi warna putih.
Udara dingin menjadi pelengkapan menunjukan betapa kosong dan matinya tempat ini. Seorang gadis berambut hitam panjang
memandang ke sebuah pohon besar tanpa arti. Helaan nafas kesalnya memperjelas
bahwa ia tidak sedang menikmati hujan salju.
“Oi !”
seorang cowok dengan tatapan polos dan
tanpa dosa menepuk pundak si cewek yang masih fokus menatap pohon tanpa
arti.
“Berhenti
menggangguku, Otani. “ respon si cewek yang bernama Nakahara.
Otani
mendekati pohon besar di depannya dengan santai. Tatapan terfokus pada sesuatu
yang ada di batang besar pohon di depannya. Ia mengerutkan keningnya sejenak
kemudian menatap Nakahara dengan tatapan aneh.
CRAT !
Sebuah firasat buruk terlintas di pikiran Nakahara.
“Tatapan
itu... Sesuatu yang buruk akan terjadi,” bisik Nakahara pada dirinya sendiri.
Bukan tanpa alasan, tatapan bodoh Otani lah yang membuatnya merasakan firasat
itu. Seolah ide bodoh dan tindakan bodoh Otani lah yang menjadi ‘hal buruknya’.
“Oi
Nakahara ! Matte !” seru Otani menyadari bahwa Nakahara mulai berjalan pergi.
“NAKAHARA
! TUNGGU ! ADA SESUATU YANG MENARIK !” Seru Otani sambil mulai mengejar. Namun
seperti biasa, Nakahara tetap fokus berjalan ke depan, tanpa melihat samping
apalagi ke belakang.
Otani
menarik nafas panjang. “ATSUKO !!! Tungguuuuuu...” seru Otani sekuat tenaga.
Nakahara
menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap Otani dengan tatapan horor.
“Kau...
apa kau sadar apa yang barusan kau katakan ?” tanya Nakahara dengan suara yang
ikut terdengar horor diikuti oleh aura dewa iblis yang ada di sekitar Nakahara.
“Hiii..a
aku sadar Atsuko-ccchan, eh ah,ma maksudku Nananakahara,” jawab Otani terbata
bata.
Sigh.
“Kau akan
dikutuk seumur hidupmu,” ujar Nakahara datar.
SRINGGG.
Angin dingin menyerang otak Otani , seketika membuatnya merinding.
“Hei-hei,
kau bercanda kan ? Mana mungkin hanya karena aku memanggilmu dengan nama
belakangmu akan membuatku dikutuk,ya kan ? ya kan ?” ujar Otani sambil
‘berusaha’ tertawa.
Nakahara
hanya menghela nafas. “AHOU!”
Otani
tersenyum mendengar respon Nakahara. Ia meraih tangan Nakahara dan menariknya
mendekati pohon besar yang sempat menjadi pusat perhatian keduanya.
“Oi, Stupid Otani ! What are you doing ?”
tanya Nakahara.
Otani
tidak menjawab. Ia hanya merespon dengan memberikan senyuman yang sering
membuat Nakahara merinding. Perlu diketahui, hal hal menyilaukan sering membuat
Nakahara merinding.
“Kau
lihat ? Ini adalah pohon kebahagian, Jika kau ukir namamu di sini, maka kau
akan mendapat kebahagian di sepanjng hidupmu,” ujar Otani santai. Otani
menunjuk ke arah batang pohon yang ada di depannya. Nampak berbagai macam nama
yang terukir di bawahnya.
“Tidak
kusangka kau ini memang pure idiot,”
respon Nakahara dingin.
“Kejam
sekali,” respon Otani.
“Jika kau
mengukir namamu di sini, kau hanya akan merusak ekosistem alam. Kau hanya akan
menyebabkan pohon ini cepatmati karena kau merusak batangnya dengan ukiran
bodohmu. Ditambah lagi bla bla bla....”
“As
expected from Nakahara, seorang pecinta alam...” respon Otani datar sambil
berusaha mengabaikan ceramahan Nakahara.
“Kalau
kau sudah mengerti, sebaiknya kita pergi,” ujar Nakahara yang tanpa sadar telah
menyelesaikan pidatonya. Entah kenapa jika di depan Otani membuatnya harus
berbicara lebih banyak dari biasanya. Dan itu melelahkan.
“Tunggu !
Coba lihat ini,” Otani menunjuk sebuah nama yang ada di pojok pohon itu.
“Otani ?”
“Jangan
salah sangka, Otani Itu nama ayahku. Dia bertemu ibuku setelah menuliskan
namanya di pohon ini. Dengan kata lain, dia benar2 mendapatkan kebahagian
setelah menuliskan namanya di sini. Dan kau tahu ? Itu sudah lama sekali dan
pohon ini tidak mati tapi malah semakin besar dan kuat. Jadi aku rasa pohon ini
benar-benar istimewa,” ujar Otani bersemangat. “Ah, kalau aku boleh memanggilmu
Atsuko, kau juga boleh memanggilku Atsushi hehehehe,”
“Ahou !”
respon Nakahara lagi.
Sigh. Otani mengabaikan Nakahara dan mulai
menuliskan namanya. ATSUSHI.
“Kau ini
benar-benar keras kepala,” keluh Nakahara.
“Uhm...
Selanjutnya Naka- ah tidak ! Nama ini lebih baik,” ujar Otani mulai mengukir
nama ATSUKO di samping namanya.
“Kau
benar-benar ingin dikutuk,” respon Nakahara kesal.
“Dikutuk
? Mungkin maksudmu adalah dianugerahi.. Nama itu adalah sebuah anugerah, kau
tidak boleh menganggapnya sebagai kutukan, Atsuko,” ujar Otani sambil tersenyum
lebar. “Hm, Atsuko dan Atsushi ? ternyata nama kita mirip,” gumam Otani.
Aku tak mengerti, orang ini benar-benar aneh.
Menganggap kutukan sebagai anugerah. Dan entah kenapa, keanehan orang ini
membuatku tanpa sadar melengkungkan sebuah senyum. Inikah firasat buruk yang
kurasakan tadi ? Tunggu, firasat buruk seharusnya tak membuatku tersenyum.
“Nakahara,
awas !”
BRUK !
Entah suara apa itu, sepertinya suara salju yang runtuh dari cabang pohon di
atas Nakahara. Jika runtuhan salju yang mengenainya, pastilah seluruh tubuhnya
terasa dingin karena secara teori, salju itu dingin. Tapi apa ini ? Kenapa ia
merasakan suatu kehangatan di seluruh tubuhnya terutama di bagian....bibirnya ?
Chu ~
Ternyata
Otani ada di atasnya berusaha melindunginya dari runtuhan salju, tapi entah di
sengaja, kecelakaan, kesialan atau sebuah anugerah (?) bibir keduanya saling
bertemu dan menciptakan sebuah ciuman tak terduga.
“Ge-get away from me Idiot !” seru
Nakahara menyadarkan Otani yang juga terbelalak kaget.
“Whaaa..
Go gomenasai,” seru Otani. Ia segera menjauhkan diri dari Nakahara sebelum
terlambat.
“Yare-yare,
Inikah firasat burukku tadi ?” Keluh Nakahara masih tetap pada posisi terbaring
menatap langit.
Pasrah.
kono yuki ga furitsumori futari dake wo tsutsumi
hajimete no kisu wo shita ne
tsunaida tenohira kara tsutawaru nukumori wo
itsumo kanjiteitakute
yuki no you ni furu “aitai”
hajimete no kisu wo shita ne
tsunaida tenohira kara tsutawaru nukumori wo
itsumo kanjiteitakute
yuki no you ni furu “aitai”
Salju terus turun dan tertimbun, Hanya kita
berdua yang masih saling memeluk
Itu ciuman pertama kita kan ?
Itu ciuman pertama kita kan ?
Kita berbagi kehangatan dengan bergandengan tangan
Dan
ku selalu merasa
Seperti salju yang turun ‘Aku merindukanmu’
First
Snow-Yuya Matsushita feat Sista
@@@@
SCENE 3
I DONT
UNDERSTAND ( AERISH X MAKIO )
“Aku
tidak mengerti, Tapi kenapa ?” seru Aerish kesal.
“Hm..
mungkin ini memang sulit dimengerti, tapi-“ Makio masih menatap ‘benda itu’
dengan sedih dan pasrah.
“Jadi...sudah
saatnya kita harus menyerah , Makio ?” tanya Aerish. Masih dengan rasa frustasi
dan kecewa.
“Maaf.
Tapi aku rasa kita harus berhenti sampai di sini. It doesnt work,” jawab Makio dengan berat hati.
Sigh.
Keduanya menghela nafas secara bersamaan.
“Huaaaa....”Makio
berteriak frustasi.
“Tugas
dari Kasihime-sensei kali ini benar-benar gila !!! Aku benar-benar nggak ngerti
cara menyelesaikannya,” respon Aerish sambil mengeluh.
“Aku
bosan, setiap hari selalu membahas tentang matematika, rumus ini lah, gunakan
cara itu lah, teori ini itu lah. Bahkan setiap helaan nafasmu adalah Matematika
!” keluh Makio panjang lebar. Frustasi.
“Yah, mau
bagaimana lagi ? Kita sudah terpilih untuk mengikuti seleksi lomba matematika.
Ya terpaksa kamu harus mencintai matematika,” respon Aerish.
“Apaan
tuh ? Cinta kok terpaksa,” celetuk Makio tiba-tiba.
“Hm..bukan
dikatakan terpaksa juga sih, tapi pernah dengar teori ‘cinta karena terbiasa’ ?”
sambung Aerish tiba-tiba. Tanpa sadar merespon pembicaraan Makio yang
asal-asalan.
“Kau
percaya dengan teori itu ?” tanya Makio asal-asalan.
Aerish
terdiam sejenak. Ada sedikit ‘blushing’ di wajahnya karena teringat akan
sesuatu. “Sebenarnya aku tidak ingin mempercayainya tapi menurut
pengalaman....”
“Kalau
aku sih sebenarnya tidak terlalu menyukai teori itu, soalnya sering bikin
masalah dalam kehidupan nyata,” ujar Makio.
“Masalah
?”
“Hm...misalnya
saja,karena terbiasa bersama sahabat dekat, kita malah jatuh cinta pada sahabat
kita sendiri padahal dia sudah memiliki pacar. Nah, bukankah itu malah
merepotkan ?” ucap Makio.
“Hm..benar
juga sih. Tapi kalau udah cinta gimana lagi. Emangnya ada aturan ‘bagaimana
cara jatuh cinta yang baik dan benar ‘? Ujar Aerish tiba-tiba.
“Ada yang
bilang wanita itu sama seperti Matematika...” ujar Makio tanpa arti.
“Yah,
Mana ada cewek yang mau disamakan dengan Matematika ?” respon Aerish.
“Dan
cinta adalah rumus yang digunakan untuk menyelesaikan soal Matematika nya...”
Makio masih melanjutkan gumaman tidak jelasnya.
“Duh
Makio ! Cewek itu sederhana kok,They wants to be loved more than they loved....”
“Berarti
cewek egois dong -_-” potong Makio tiba-tiba.
“Hmm..
bukannya egois, tapi...ah tau ah !” seru Aerish kesal.
“Iya egois
lah. Cewek tuh enak, tinggal nunggu si cowok yang bakal ‘take action first’.
Eh, gilirannya ada cowok yang menyatakan cinta, si cewek tinggal nolak. Hm..
What a pity,” ujar Makio yang masih belum mau teralih pembicaraannya.
“Tapi
malah sebagai cewek kita nggak bisa milih, Hanya bisa menunggu....” respon
Aerish.
“Huft !
Ternyata cinta jauh lebih rumit daripada Matematika ! Jadi Aerish gimana nih
lanjutannya ?” potong Makio yang sudah kembali ke pemikiran Matematika.
“Aku
masih nggak ngerti.. Cinta itu...”
“Huh ?
Apaan ?” tanya Makio bingung.
“Huaa !!!
Jatuh cinta itu emang merepotkan !” seru Aerish tiba-tiba.
“Huh
?Sadar woy ! Kembalilah ke dunia nyata !”
“Eh ?”
Aerish masih kebingungan.
“Ma-te-ma-ti-ka
bukan Cin-ta “ Makio berkata sambil menunjuk soal Matematika yang ada di depan
keduanya.
Aerish
sedikit ‘blushing’ karena tanpa sadar dirinya berbicara sembarangan. Huh ! Ini
semua gara-gara Makio yang malah membicarakan hal-hal tidak berguna.
Sigh.
ren ai no
kyoukasho ga are ba ii na
hitoichibai donkan na boku dakara
ren ai no sensei ga ire ba ii na
ichi tasu ichi wa LOVE ni naru kana
hitoichibai donkan na boku dakara
ren ai no sensei ga ire ba ii na
ichi tasu ichi wa LOVE ni naru kana
Menyenangkan sekali jika panduan tentang ‘cinta’’ itu ada..
Lagipula semua karena aku
Menyenangkan sekali jika guru tentang cinta itu ada
Menyenangkan sekali jika guru tentang cinta itu ada
Apakah satu ditambah satu sama dengan cinta ?
*Kimi boku love- OST
Lovely Complex
@@@@
SCENE 4
PAPER FLOWER ( SHARIE X DHARIGRA )
Bunga lotus berarti merindukan cinta yang hilang.
Bunga Mawar berarti cinta.
Bunga Aster berarti persahabatan.
Bunga Akasia artinya cinta yang tersembunyi ?
Sharie mengeluh kemudian menutup kembali buku
yang dibacanya. FLOWER’S MEANING. Ia berdiri dan melangkahkan kakinya menjauhi
gazebo untuk menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu di kantin.
BRUK ! Sharie menabrak sesuatu. Mungkin
tepatnya seseorang. Aneh rasanya ia pernah mengalami kejadian ini.
“Ouch !” keluh orang itu.
Aroma parfum ini tidak asing. Suara ini,
rasanya ia pernah mendengarnya di suatu tempat. Jangan-jangan...
DEG !
Entah
kenapa Sharie merasa tiba-tiba jantungnya berdetak kencang ketika menyadari
bahwa ia menabrak seseorang yang seharusnya ia hindari. Sharie menatap
seseorang yang ditabraknya dengan perlahan, seolah seperti sedang melihat
hantu.
“Dha-Dharigra Alcita,” Entah kenapa ia
mengucap nama itu tanpa sadar.
“Yes ? Kau memanggilku ? Anoo...uhmm...”
“Namaku Sharie Shin,” Ujar Sharie kesal.
Bukankah dulu ia sudah pernah memperkenalkan dirinya ? Ck, dasar cowok
menyebalkan ! Mengingat nama saja tidak bisa !
“Ah, ya. Kau baik-baik saja ?” tanya
Dharigra.
“Ya, aku baik-baik saja, hm..maaf tapi bisa
kembalikan buku yang kau pegang itu ?” tanya Sharie berusaha sopan.
“Ah, buku ini ya ? Tidak kusangka gadis
sepertimu tertarik dengan bunga ?” komentar Dharigra tanpa dosa.
“Huh ? Semua gadis kan menyukai bunga dan aku
ini juga seorang gadis, aku rasa tak ada yang salah...” komentar Sharie panjang
lebar. Jujur saja, hanya karena potongan rambut pendeknya yang seperti cowok
membuat banyak orang berpikir bahwa ia memiliki pemikiran,kepribadian dan
selera yang sama seperti cowok. Padahal jika dipikir pikir kepribadian Nakahara
dan Ryuko lah yang lebih pantas disebut seperti lelaki. Cuek, seenaknya
sendiri, suka menganiaya (terutama pada Sharie yang malang ini ) dan sadis.
Sigh.
Dharigra tergelak pelan mendengar respon
Sharie. Ia memungut suatu benda yang ada disampingnya kemudian memberikannya
pada Sharie. Sementara Sharie hanya memiringkan kepalanya dan berusaha
mengingat apa benda yang diberikan Dharigra itu adalah miliknya ?
Hmm..Sepertinya tidak.
“Ah, itu bukan milikku kok,” ujar Sharie
sambil menggaruk kepalanya.
“Aku memberikan ini untukmu. Kau tidak suka
bunga kertas ?” tanya Dharigra.
“Hmm...bukan begitu, uhmm... tapi ah, yasudah
aku terima,” Sharie menerima bunga itu dengan ragu. “Terima kasih,” lanjutnya.
“Never
mind,” Dharigra berdiri dari hadapan Sharie melambaikan tangannya untuk
berpamitan dan mulai berjalan pergi.
Sementara Sharie masih menagamati bungaa
kertas itu mulai beralih menatap Dharigra yang berjalan menjauh.
Huh,
kenapa malah pergi sih ? Tidak membantuku berdiri ? Lagipula bunga kertas ini,
apa maksudnya ya ? Apa memiliki arti ?
Baru beberapa langkah Dharigra melangkah. Ia
membalikan badannya sehingga membuat keduanya saling bertemu pandang. Dan ada
satu lagi bonus istimewanya,Dhaarigra...dia...tersenyum ?
DEG !
“Ah ! Secara teori bunga kertas itu tidak
memiliki arti ! Tapi kalau kau mau, kau boleh mulai menambahkan bunga kertas
dalam teori ‘FLOWER’S MEANING’, Onigiri-girl !” ujar Dharigra sambil tersenyum.
Senyum yang menyilaukan. Terlalu menyilaukan.
“Huh ?” Sharie yang terlalu terpesona dengan
senyum Dharigra dan sama sekali tidak mengerti dengan ucapan Dharigra. Tapi
tunggu ! Barusan dia memanggilnya dengan sebutan Onigiri-girl ? Huh ?
Ting ! Ah, Sharie teringat pada kejadian itu,
ketika Dharigra pertama kali memberikannya..’sesuatu’ hingga membuatnya
tersenyum sendiri.
Ternyata
ia masih mengingatku.
Ah, rasanya benar-benar seperti mimpi indah
yang terulang !
kono yume ga kono yume ga itsuka
kanau toki ni wa boku no tonari ni
kimi ga ite sou kimi ga ite
sotto hohoemi aetara ii na
kimi ga ite sou kimi ga ite
sotto hohoemi aetara ii na
Ketika mimpi ini
Ketika mimpi terwujud suatu hari nanti
Kau akan di sana, ya kau akan di sana
Luar biasa bukan jika kita dapat tersenyum
bersama ?
~Plumeria~Hana
Uta – Aqua Timez
@@@@
SCENE 5
I HATE YOU (POPURI X RICK )
“Ne~ Kalian sudah dengar ? Lagi-lagi Rick
terpilih sebagai perwakilan Alvarna Academy dalam kompetisi tingkat
internasional,” ujar Aerish membuka percakapan.
“Namanya juga anak emas Kasihime-sensei,”
ujar Sharie sinis.
“Aku dengar wakilnya dua orang, yang seorang
lagi seorang gadis. Kalau tidak salah namanya Nai...” sambung Makio.
“Eh, aku dengar si Nai juga naksir ama Rick,
cinlok gitu deh....ya kan Poo ?” tanya Sharie yang tanpa sadar terbawa arus
percakapan Aerish-Makio.
“Heh ? Apaan ? Tanya aja sama Rick ? Nggak
ada hubungannya sama aku,” jawab Popuri agak ketus.
Tch, kenapa ia malah kesal sih ? Ia bukan
siapa-siapa bagi Rick kan ? Oke, mungkin akhir –akhir ini ia dan Rick memang
sering bersama tapi itu semua juga beralasan. Ia memiliki masalah dengan mapel
Kasihime-sensei dan satu-satunya ‘shisou’
yang dapat membantunya belajar dengan instan
hanya Rick. Lalu masalahnya sekarang....
Rick akan sibuk dengan kompetisi yang
diikutinya. Apa Rick masih punya waktu untuk membantunya menyelesaikan tugas
gila Kasihime-sensei ?
Ditambah lagi Rick akan bersama gadis yang
naksir padanya di sepanjang kompetisi...Apa dia akan jatuh cinta...
Arrgghh !
It has nothing to do with me, right ?
But....
“Hmm..teman-teman, aku duluan ya ?Ada urusan
yang harus kuselesaikan,” ujar Popuri menyambar tas yang ada di depannya.
Kemudian berlalu tanpa menunggu respon dari teman-temannya.
Ia mengirimkan sebuah message singkat pada
Rick. Kemudian ia mempercepat langkahnya pada tempat ia dan Rick biasa
melakukan kegiatan rahasia. Ya, disebut rahasia karena memang tidak banyak yang
tahu bahwa Popuri meminta bantuan Rick untuk membantunya belajar.
Tempat ini ada di belakang gedung bahasa.
Terlalu tersembunyi dan suram untuk dijadikan ‘tempat nongkrong’. Pepohonan dan
gazebo kecil membuat tempat ini cukup nyaman untuk melakukan aktivitas sulit
seperti ‘belajar’. Popuri menghela nafas panjang dan bersiap untuk semua
kemungkinan. Sudah hampir 15 menit ia menunggu. Rick memang sering terlambat
sih, tapi....
Mungkin kali ini dia tidak akan datang.
Popuri melangkahkan kakinya dan bersiap untuk
pergi. Tapi...
“Lho ? Sudah mau pergi ?” ucap sebuah suara
tanpa dosa.
Popuri membalikan kepalanya dan didapati Rick
sedang menatapnya dengan tatapan heran. Namun kemudian Rick berusaha tersenyum
untuk mencairkan suasana.
“Aku kira kau sibuk dengan latihan untuk
kompetisi jadi aku pikir kau mungkin nggak akan datang....”
“Tapi kenapa masih mencoba untuk menungguku
?” potong Rick seenaknya.
“Ah, itu..” Wajah Popuri blushing seketika
karena ucapan Rick. Ia benci mengakui alasan kenapa wajahnya memerah,
tapi....Sigh.
Rick tertawa melihat ekspresi Popuri,
kemudian menarik tangannya dan memberinya isyarat untuk duduk di gazebo yang
ada di depannya. Rick mengeluarkan semua buku catatan yang dibawanya.
“Eh ? Langsung belajar nih ? Kau tidak ada
latihan untuk kompetisi ?” tanya Popuri heran.
“Sudah selesai,” potong Rick.
Popuri tersenyum. Lega ? Entah karena
apa...Tapi...
“Rick ! Ah mou ~ di sini kau rupanya !”
Seorang gadis cantik menghampiri Rick dan Popuri yang secara spontan menoleh ke
arah gadis yang memanggil Rick.
“Na-nai-chan? kenapa dia ada di sini ?,
gawat...” Gumam Rick khawatir ketika melihat gadis yang tak lain adalah
partnernya untuk kompetisi. Tanpa diduga Rick menarik tangan Popuri dan segera
mengambil langkah seribu untuk menghindari bencana.
“Rick! Jangan kaburr atau Kasihime-sensei
akan membunuhmu !” seru gadis itu.
Namun Rick mengabaikan Nai dan tetap berlari
bersama Popuri. Akhirnya keduanya berhasil sampai di suatu tempat yang sepertinya
benar-benar aman.
“Oi Rick, kau bilang sudah tidak ada latihan
untuk kompetisi ? Tapi kenapa gadis tadi masih mengejarmu seolah kau tahanan
dari penjara sih ?” ujar Popuri sambil mengatur nafas.
“Gomen, tapi belajar bersamamu lebih
menyenangkan daripada mengikuti latihan,” ujar Rick sambil tertawa ringan.
“Rick..kau..” Entah bagaimana Popuri menjadi
speechless dan hanya bisa blushing.
“Ah, lagipula aku rasa dengan kemampuanku
sudah cukup, tidak perlu latihan..” ujar Rick tanpa dosa.
“Ck, kau ini ..hmph !” Secara tiba-tiba mood
Popuri kembali menjadi ‘annoying’ pada Rick. Ia kembali teringat kesan
pertamanya pada cowok pintar ini. Bagaimana ia begitu membenci cowok ini, akan
tetapi...
This guy
is really pissed me off..
I hate
him...I really hate him...
But....
I REALLY
HATE HOW MUCH I LOVE HIM.
"Mou
au mon ka" tte kenka shite
Wakarete akete mikka ga tatta
Oh nani kuwanu kao shite waraikakeru
Nikurashii hodo ni sou sa kimi o aishiteru
Wakarete akete mikka ga tatta
Oh nani kuwanu kao shite waraikakeru
Nikurashii hodo ni sou sa kimi o aishiteru
Sudah tiga hari sejak kita bertengkar
Berkata “Aku tak akan menemuimu lagi” lalu pergi
Oh, kau memeberiku tatapan polosmu dan tersenyum
Ya benar, Aku benci seberapa besar aku mencintaimu
Baby
Romantica – OST Junjou Romantica
@@@@
SCENE 6
SOMETHING PRECIOUS (Hiyona X Takano )
Tidak seperti biasanya. Alpha City kota yang
terkenal dengan ketenangannya menjadi begitu ramai dan sibuk. Semua orang sibuk
menghias tiap sudut kota dengan pernak pernik bintang dan sebangsanya.
Seorang gadis manis terlihat kebingungan
berjalan melawan keramaian yang ada. Ia menoleh ke kanan ke kiri , seolah
sedang mencari-cari sesuatu. Ia mengambil ponselnya, menekan sejumlah
nomor untuk melakukan panggilan tapi
seorang pria besar menabrak pundaknya hingga ponsel itu terjatuh dari tangannya.
CRACK !
Seorang pria muda tak sengaja menginjak
sesuatu yang terpaut di ponsel milik Hiyona. Gantungan ponsel mutiara miliknya
telah hancur berkeping – keping.
“Ah~ Gomenasai, aku tidak....” si cowok tadi
berusaha minta maaf tapi ia terperangah kaget ketika mendapati wajah cewek yang
ada di depannya.
“Hiyona ?”
“Ta-Takano-kun,” ujar Hiyona kaget ketika
menyadari bahwa Takano sudah ada di depannya. “Yokatta,,, I’ve been looking for you !”
“Mencariku ? Seolah aku ini anak kecil
saja...” ujar Takano sambil tertawa. Sayang, Hiyona tak merespon tawa Takano
dengan positif. Mata Hiyona masih tertuju pada pecahan gantungan mutiara yang
ada di kaki Takano. Butiran air mata sudah siap jatuh membasahi pipi Hiyona.
“Hiyona~ Kau baik-baik sa-“
“Ya, aku... tidak apa-apa,” potong Hiyona
sambil memaksakan sebuah senyum pada Takano. Ia kemudian mengambil ponselnya,
menarik tangan Takano dan berjalan pergi menjauhi keramaian.
Takano melirik ekspresi Hiyona dari sudut
matanya. Memang sih, bibirnya sedang tersenyum.
But her
eyes cant lie after all.
“Hiyona~ Hontou ni daijobu ? Aku minta maaf
soal gantungan HP mu tapi itu kan Cuma gantungan HP biasa...” ujar Takano
ketika mereka sampai di sebuah taman kecil di ppinggir kota.
Hiyona duduk dan menatap langit sore dengan
tatapan kosong tapi dalam. Seolah ia sedang mengingat sesuatu.
“Takano-kun, apa kau pernah memiliki teman
baik ?” tanya Hiyona tiba-tiba.
“Well, aku memiliki beberapa teman dekat
semasa SMA. Mereka cukup aneh but they are all good friends,” jawab Takano
datar.
“Kau masih sering bertemu dengan mereka ?”
tanya Hiyona penasaran.
“Not
really,” jawab Takano pelan. Ada sedikit perubahan ekspresi dari wajahnya
hingga membuat Hiyona semakin penasaran.
“Kenapa ?”
“Well,
many things happen...But Im sure someday we’ll meet each other,” jawab
Takano sambil tersenyum.
“Aku tidak memiliki banyak teman tapi aku
memiliki beberapa sahabat baik. Tapi karena alasan tertentu, mereka pergi
meninggalkanku dan aku tak pernah bertemu dengan mereka sampai sekarang. Aku
bahkan ragu mereka masih mengingatku,” Hiyona menghela nafas dan menatap sisa
pecahan gantungan mutiara yang tersisa di tangannya. “Thats why, Im treasuring this thing and hope someday when we meet, they
will remember me,” lanjut Hiyona perih.
“Jadi, gantungan itu pemberian
temanmu...Maaf...” ujar Takano sedih memalingkan kepalanya dari Hiyona.
Hiyona menarik tangan Takano untuk membuatnya
memalingkan kepalanya menatap Hiyona. Tanpa diduga...
Chu ~
“Itu hukuman karena merusak benda
berhargaku,” potong Hiyona sambil menarik dirinya dari Takano yang masih shock
karena mendapat ciuman singkat dari Hiyona.
Tunggu..Ia mendapatkannya tanpa harus meminta
atau berusaha ? Ini pasti mimpi...
“Hiyona,,,” Takano speechless.
Jika ini
hukuman yang ku dapatkan. Aku akan sering membuat kesalahan.
“Dont
get me wrong, Takano-kun,” Hiyona menatap Takano dengan serius. “ Aku
memaafkanmu bukan berarti karena benda itu tidak berharga, tapi ucapanmu
mengingatkanku akan sesuatu,”
“Huh ? ucapan ?”
“Kau bilang bahwa itu hanyalah sebuah
gantungan HP biasa. Seorang temanku pernah mengatakan hal yang sama ketika aku
kehilangan gantungan kunciku. Tapi aku justru marah padanya, hingga akhirnya
dia berusaha mendapatkannya kembali dan hampir kehilangan nyawa karenanya...”
Hiyona menatap Takano dalam. “Thats why I
dont want to repeat those mistake anymore, You are so important to me...”
Huh ? Aku
penting baginya ? Sebelumnya tak ada yang mengatakan hal itu padaku sebelumnya.
Perasaan ini ? Is this the feeling of being loved ?
Perasaan
ini...Aku bahagia..
“Arigatou, Hiyona,” ujar Takano lembut. Ia
menatap Hiyona dan memberikan ciuman kecil di pipi Hiyona yang mulai blushing.
“Tak perlu berterima kasih,Takano-kun,” ujar
Hiyona pelan. “Kau hanya perlu menerima hukuman tahap dua yang belum kuberikan,
khukhukhu” lanjut Hiyona yang secara tiba—tiba aura di sekitarnya menjadi
berbahaya.
“Huh ? Wh-Whatttttt ?!!!!!”
nani mo kamo umaku iku toki de wa
naku
nani mo kamo umaku ikanu toki ni koso
hito wa taisetsu na sonzai ni
kizuku no deshou
don na boku mo aishitekureru kimi e
arigatou itsu mo soba ni itekurete
Ada saat dimana semuanya
pernah perjalan dengan baik
Pasti ada saat dimana
semuanya tidak berjalan dengan baik
Saat itu orang-orang akan
menyadari pentingnya arti kehadiran seseorang,
Untukmu, yang mencintaiku
tanpa peduli orang macam apa aku ini
Terima kasih, karena
selalu ada di sisiku
Chiisana
Tenohira- Aqua Timez
@@@@
SCENE 7
SLEEPLESS NIGHT ( SASUKE X RYUKO )
Aku tidak bisa tidur.
Mataku tidak mau terpejam.
Tapi aku sangat lelah.
Kegiatan Study Tour hari ini benar-benar melelahkan.
Tanpa berpikir panjang. Aku mengambil jaket
favoritku dan keluar untuk mencari udara segar. Untunglah, tidak sulit untuk
keluar dari penginapan ini.
Dinginnya angin malam menerpa kulitku,
membuat beberapa bulu kudukku berdiri karena kedinginan. Tatapanku terfokus pada seseorang yang sedang
duduk sendirian di bawah bulan purnama. Setelah mengamati selama beberapa
menit, kuputuskan bahwa seseorang itu adalah seorang lelaki dan dia adalah
manusia. Ah, satu lagi, sedikit banyak aku mengenalnya. Teman sekelasku,
Sasuke.
Awalnya aku memutuskan untuk kembali ke kamar
dan tidak mempedulikan cowok ini. Tapi satu pemandangan janggal membuat saraf
penasaranku aktif secara tiba-tiba. Entah ilusi, imajinasi atau memang
kenyataan, aku melihat Sasuke sedang.... menangis ? Huh ?
Cowok sadis ini juga bisa menangis ?
Aku melangkahkan kakiku dengan perlahan,
sangat perlahan tanpa menimbulkan sedikitpun suara. Aku bersembunyi di balik
pohon terdekat tempat Sasuke sedang duduk sendirian.Perlahan aku mencoba
mengintip untuk melihat lebih jelas, tapi..
CRAK !
Sebuah pisau hampir saja menggores wajahku
yang berharga. Untung saja, pisau itu tertancap pada pohon yang ada di
sampingku.
“Tch, Apa yang sedang kau lakukan di sini ?” tanya
si cowok tak bertanggung jawab yang hampir melukaiku, Sasuke.
“Kau... berniat membunuhku ?” ujarku kesal.
“Tch, aku hanya melindungi diri dari orang
yang mencurigakan,” jawab Sasuke tanpa dosa. Mengambil pisau lipat yang
tertancap di pohon di sampingku, menyimpannya kemudian menatapku tajam. “Jadi,
apa yang sedang kau lakukan di sini ?”
GLEG ! Aku menelan ludah untuk menenangkan
diri karena tatapannya yang mengintimidasi.
“Ck, aku hanya sedang jalan-jalan. Memangnya
tidak boleh ?”
“Malam-malam begini ?” lanjut Sasuke masih
menatapku.
“Hm, Ya..Tidak ada yang bilang ini siang
hari,” jawabku sinis. “Kau sendiri juga mencurigakan, Duduk sendirian di malam
hari, sudah begitu kau membawa senjata dan hampir membunuhku...”
“Tch, Sebaiknya kau kembali tidur,gadis payah” ujar Sasuke yang akhirnya
berhenti memberiku tatapan menakutkan itu.
“Aku tidak akan ada di sini jika aku bisa
tidur, Dasar demon !,” ujarku kesal.
Entah kenapa dan bagaimana, Sasuke malah
menarik tanganku dan menyeretku ke tempatnya duduk sendirian.
“Hwaa... A-apa yang kau lakukan ? Masih
berniat membunuhku ? Someone help me!!!” teriakku panik.
“Berhentilah berteriak, Ryuko,” ujar Sasuke
pelan.
Heh ? Huh ? He knows my name ? Is it a dream ?
“Barusan kau bilang apa ?” tanyaku masih tak
percaya dengan apa yang kudengar.
“Shut up! Troublesome girl!” ujar Sasuke
kembali pada demon-mode nya.
Sigh. Sudah kuduga itu hanya mimpi.
“Hei, apa pendapatmu soal bulan purnama ?”
tanya Sasuke tiba-tiba. Tidak seperti biasanya, ada kelembutan dari nada
bicaranya kali ini.
“Huh ? A-apa ?” Entah kenapa otakku tiba-tiba
kacau ketika mendengar nada lembut dari ucapan Sasuke. Dangerous ! This guy is
really dangerous !
“What do you think about this full moon ?”
terpaksa Sasuke mengulang pertanyaannya.
“Well,
How could I say it ? For me, full moon doesnt really interest me because for
some reason it represent a sadness memory,” jawabku seadanya. “I prefer a starry sky than a full moon. It
was more colourfull ,”
“Aku tak suka keduanya,” respon Sasuke
dingin.
“Like I care, You are a demon after all”
responku sinis.
“Thanks,”
“Huh ? Itu bukan pujian. Kau ini benar-benar
aneh. Oh ya, aku masih belum melupakan kejadian tadi. Kau hampir melukaiku dan
kau harus bersiap untuk hukuman yang sudah kusiapkan jika kau tidak ingin....”’
Huh ? Aneh...
Aku tak mendengar respon lagi dari Sasuke.
Aku melirik menggunakan sudut mataku untuk memastikan kondisinya. Ia memejamkan
matanya dan menyandarkan tubuhnya pada tembok di samping tempatnya duduk. Entah
kenapa ekspresinya terlihat lelah.
“Oi, demon payah ! Jangan tidur di sini !”
Tak ada respon.
Aku mendekatinya perlahan dan menatap
wajahnya dengan lebih teliti. Oh sial ! Demon ini sangat tampan ! Entah kenapa
wajahku blushing dan jantungku berdetak tak karuan.
Tidak !!!
Aku tidak boleh tertarik pada demon yang hampir membunuhku !
“Sasuke.... Kau akan kedinginan kalau tidur
di sini...” ucapku pelan.
Sigh. Dia benar-benar sudah tertidur.
Si bodoh ini tak memakai jaket atau apapun
untuk menghangatkan tubuhnya. Jika sampai dia mati kedinginan, akan sangat
merepotkan. Akhirnya aku mencopot syal yang mengalung di leherku dan
memindahkannya pada leher Sasuke.
“Sungguh merepotkan, sebaiknya aku kembali
dan mengambil beberapa-“
“Dont go !” bisik Sasuke pelan sambil menarik
tanganku. Entah kenapa panas tubuh Sasuke terasa tidak normal. Aku kembali
mengamati wajahnya yang sepertinya terlihat sedikit merah.
“Whaa...Kau sedang demam ya ? Apa yang harus
kulakukan ?” ucapku panik. Jujur saja, aku selalu panik jika ada orang yang
sakit.
“Just stay here... for a while,” bisik Sasuke
pelan.
“Tapi....”
“Kumohon, gadis payah, jangan beritahu ini
pada siapapun,”
Akhirnya aku menyerah. Aku duduk di
sebelahnya dan hanya mengamatinya tidur. Tidak kusangka, orang seperti ini juga
bisa terkena demam.Tapi wajah polosnya ketika tertidur benar-benar berbeda
dengan wajahnya ketika dalam versi demon.
Entah kenapa, menatap wajahnya membuatku juga
ikut mengantuk.
Dan keesokan paginya, aku tersadar aku sudah
terbaring di kamarku dengan kondisi demam tinggi dengan suhu tubuh 40 derajat
celcius.
Sementara Sasuke ? Ya, dia masih dalam mode
demonnya dan dalam kondisi yang sempurna untuk melakukan apa saja.
Ah, sial....
Nemure nai toki wa
Sotto te wo tsuna ide kure tara ureshii
Yoake wa kuru yo to
Sasa yaite ite uso demo ii kara
Sotto te wo tsuna ide kure tara ureshii
Yoake wa kuru yo to
Sasa yaite ite uso demo ii kara
Ketika aku tak bisa tidur
Aku sangat bahagia jika kau genggam lembut tanganku
Berbisik pelan padaku bahwa
esok akan datang
Meskipun itu hanya sebuah kebohongan
Rokutousei no Yoru – OST No.6
@@@@@
Leave comment ya ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Stop being silent reader and write your comments.......