Title : Kisedai Love Camp
Author : Uchiha Ryuko, Nakahara
Ningsih, Lee Diah
Genre : YAOI, Romance, a bit
comedy
Rate : Teen – MATURE (Ch 1 : T )
CHAPTER 1
“Oi
Akashi ! Lebih ke kanan!”
“Apa kau
buta ? Posisi ini sudah tepat, Daiki ! Aku tidak pernah salah.”
“Kurokocchii
! Bisa tolong ambilkan pasak yang- eh? Kurokochhii??! Kau di mana?”
“Kise-kun,
jangan berteriak.”
“Murasakibara,
berhentilah makan dan mulai bekerja-nanodayo.”
“Munch..Munch...
Haii,Mido-chin...Munch munch.”
Teriakan–teriakan
dari para makhluk yang biasa disebut Kiseki no Sedai benar-benar mengganggu
keseimbangan eksositem yang ada di kawasan Trieste
forbidden forest. Kawasan hutan ini bukanlah hutan terlarang seperti di
film fantasy, di mana ada makhluk mistis seperti troll atau naga yang menghuni
hutan ini. Bukan juga karena ada hantu, iblis atau Titan yang akan memakanmu
jika kau memasuki hutan ini. Tapi karena hutan ini adalah hutan lindung yang
tidak memperbolehkan sembarang orang untuk memasuki hutan ini tanpa ijin dari
pihak yang berwenang.
Beruntung,
Para kisedai bukanlah orang sembarangan yang mudah dilarang. Berterima kasihlah
pada Akashi Seijuuro, mantan kapten Kisedai yang masih ditakuti hingga
sekarang. Berkat nama Akashi yang tercantum di akte kelahirannya, membuat sang
emperor dapat dengan mudah memperoleh ijin untuk memasuki kawasan hutan
terlarang. Semua itu karena request pribadi dari sang mantan bayangan Kisedai,
Kuroko Tetsuya.
Semua ini
karena Kuroko Tetsuya, sang bayangan yang sudah mengundang para kisedai untuk
reuni atau lebih tepatnya camping reunion. Entah apa tujuannya. Mungkin Kuroko ingin
mengetes kemampuan para Kisedai untuk bertahan hidup di alam liar. Namun sebenarnya,
Kuroko hanya rindu saat-saat tertawa bersama teman lamanya itu. Ia hanya ingin
mengembalikan ikatan yang dulu sempat hilang.
“Oi
Tetsu! Kenapa aku harus satu tenda dengan si kapten seta-“ Death glare dari
Akashi membuat Aomine menutup mulutnya. “ Umm maksudku, Akashi?” ralat Aomine
karena masih ingin hidup.
“Aomine-kun,
hasil undian kan sudah disepakati bersama. Terima saja,” jawab Kuroko datar.
“Hehehe,
Aominecchi pasti ngiri sama aku karena bisa setenda bareng Kurokocchi-ssu,”
celetuk Kise yang tengah memasang pasak tenda. Membuat sang Ace Kisedai semakin
kesal.
“Daiki,
cepat pasang tiang penyangganya!” perintah Akashi.
Aomine
hanya bisa mengeluh. Mungkin karena amal dan ibadah Aomine yang kurang, hingga
nasib buruk membuatnya harus puas satu tenda dengan si emperor sadis, sang
kapten iblis, si rambut merah yang manis(?), Akashi Seijuuro. Ia harus puas
melihat Kise dan Kuroko berada di tenda yang sama, dan ia tak peduli dengan
Midorima dan Murasakibara yang juga satu tenda. Ia hanya peduli dengan nasibnya
malam nanti, apa ia bisa tidur dengan iblis di sebelahnya?
Masih
menjadi rahasia yang transparan(?) bahwa para kisedai memiliki sebuah kisah
cinta yang tak terlihat. Kisah antara Akashi Seijuuro, Kuroko Tetsuya, Aomine
Daiki dan Kise Ryouta. Lalu bagaimana dengan Murasakibara dan Midorima ?
Sayangnya Murasakibara terlalu mencintai maiubo nya dan Midorima terlalu
menuruti Oha Asa untuk tidak terlibat kisah percintaan seperti itu. Yah
walaupun semua juga sudah tahu kalau Murasakibara juga menjalin hubungan dengan
Himuro Tatsuya -rekan setimnya- begitu juga Midorima dan Takao Kazunari. Namun
tidak ada yang peduli dengan hal itu, karena mereka bukanlah tokoh utama dari
cerita kali ini(?)#digampar bola sama Mido+Mura.
“Yosh,
akhirnya selesai-ssu,” Kise mengelap keringat di dahinya dan menatap puas tenda
yang dibangunnya dengan keringat dan air mata(?) bersama Kuroko. Sebuah tenda
berwarna orange, berdiri dengan megah meski agak sedikit miring.
“Kise-kun,
sepertinya kau memasang pasaknya kurang pas. Lihat, tendanya miring,” komentar
Kuroko sambil menyesap vanilla shake yang didapat entah dari mana.
“Ahahaha,
Kise memang payah. Model payah sepertinya tidak bisa apa-apa selain berdiri di
depan kamera dan berpose tidak jelas,” komentar Ao yang juga selesai mendirikan
tenda bersama Akashi. Sebuah tenda yang terlihat sempurna. Tentu saja Akashi
lah yang membuatnya terlihat sempurna.
“Apa?
Aominechhi hidoi-ssu. Selain berpose dengan tampan, aku juga bisa basket tau...
Aku bahkan bisa meniru gerakan Aominecchi dengan perfect copy milikku,” protes
Kise.
“Tapi aku
tidak ingat kau pernah mengalahkanku dalam one on one sekalipun,” respon
Aomine.
“Kalau
begitu ayo main one on one sekarang! Kali ini aku pasti menang,” tantang Kise.
“Kise-kun,
Aomine-kun, kalian tidak bisa bermain basket di dalam hutan,” komentar Kuroko.
“Kecuali
kalian ingin bermain basket di bawah jurang sana, maka dengan senang hati aku
akan mengantar kalian berdua,” celetuk Akashi dengan tatapan demonnya.
Dan
emperor eyes Akashi memang tak pernah gagal membungkam si pasangan berisik
(read: AoKise).
Sigh.
“Kalau kalian ada waktu bicara, sebaiknya gunakan waktu kalian untuk
mepersiapkan makan siang nanodayo,” kata Midorima yang juga sudah selesai
membangun tenda.
“Eehhh?
Sudah siang ya? Pantas saja aku lapar...munch..munch,” komentar Mura yang tetap
setia bersama snack kesayangannya.
“Kalau
begitu Daiki dan Ryouta bertugas mencari kayu bakar. Aku dan Tetsuya akan
mencari buah dan makanan lain untuk dimasak. Shintarou dan Atsushi tetap berada
di sini untuk menjaga tenda dan mempersiapkan alat masak,” perintah Akashi
otomatis. Sifatnya yang seorang natural leader, selalu saja membuatnya otomatis
mengambil inisiatif untuk memerintah orang lain. Dan satu lagi, titah dari sang
emperor adalah absolut.
“Sigh. Merepotkan
sekali,” meskipun mengeluh, toh Aomine tetap menjalankan perintah sang kapten
dan berjalan menjauh sambil menyeret Kise.
“Kalau
begitu, kita juga pergi Tetsuya,” ajak Akashi.
“Haaii,”
jawab Kuroko singkat sambil mengikuti langkah Akashi.
“Oiii..Mido-chin,
apa tidak apa mereka pergi dengan formasi begitu (read: formasi AoKise
AkaKuro)?” tanya Mura.
“Aku
tidak peduli-nanodayo. Tapi baik Gemini, Virgo, Sagitarius dan Aquarius hari
ini ada di 4 ranking teratas Oha Asa,” respon Midorima sambil membetulkan
kacamatanya.
“Munch
...munch...munch....”
@@@
Kise
benci mengakui kalau ia merasa tidak nyaman hanya berdua saja bersama pemuda
gelap yang ada di sampingnya. Suasana ‘awkward silent’ yang tercipta diantara
keduanya lah yang membuat pemuda ceria, cerewet dan berisik seperti Kise
seperti mati kutu.
“Aominecchi/Kise!”
JLEB.
Entah kenapa, keheningan yang tiba-tiba pecah diantara keduanya terasa seperti
tusukan pedang yang menghujam punggung keduanya. Ah tidak, lebih tepatnya
terasa seperti gunting merah kesayangan Akashi yang hampir menembus mata
keduanya. Rasanya begitu menegangkan dan menakutkan.
“A-aominechhi
duluan-ssu,” ujar Kise canggung.
“Tidak,
kau duluan yang ngomong,” respon Ao menolak.
“Nggak,
Aominecchi duluan-ssu,” ujar Kise tak mau mengalah.
“Tch, aku
akan diam sampai kau bicara dulu,” respon Ao masih tetap keras kepala.
“Ahahaha,
Aominecchi tetap keras kepala seperti dulu ya,” akhirnya Kise membuka
pembicaraan. “Aku jadi kangen main one on
one bareng Aominecchi,” lanjut Kise pelan.
“Haa? Aku
tak pernah keberatan meladenimu bermain one on one sekarang juga jika memang
bisa. Tapi kalau kita kabur dari sini sekarang, aku khawatir si iblis Akashi
akan mengoyak perut kita berdua hidup-hidup,” komentar Ao sambil menghela nafas
panjang. “Lagipula, kau yang sekarang tidak akan pernah menang melawanku.”
tambah Ao sambil tersenyum sinis.
Kise
menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. Matanya yang sejak tadi menatap ke
bawah berpindah ke manik biru tua yang ada di depannya. Manik madu yang
biasanya memberi tatapan ceria dan hangat seketika berubah menjadi dingin,
tajam dan tersirat sebuah kesedihan.
“Aominecchi,
selama ini aku selalu mengidolakanmu dan terus mengejarmu karena kau adalah
orang pertama yang menjadi inspirasiku. Kau adalah alasanku mencintai basket.
Tapi aku juga tahu... Kalau aku terus mengejarmu, aku tak akan bisa
mengalahkanmu, karena itulah mulai sekarang aku....”
GREP
!
“Dont
give up on me, Kise,” Saat itu juga Aomine menarik Kise ke dalam pelukannya.
Membuat Kise membeku dan hampir lupa dengan lanjutan kalimatnya barusan.
Aomine
tidak tahu apa yang ingin Kise katakan, tapi ia tahu bahwa ia tak ingin
mendengar kata-kata Kise barusan. Aomine sudah menyadarinya sejak lama,
perasaan Kise padanya bukanlah sekedar kekaguman biasa. Tapi sebuah perasaan
yang bisa disebut sebagai cinta pertama. Aomine juga tahu, bahwa selama ini
Kise berusaha menutupi perasaanya dan berusaha membatasi dirinya sendiri untuk
tetap bersikap biasa pada Aomine. Ia bahkan juga tahu, kalau Kise selalu
tersakiti melihat kedekatannya bersama Kuroko sewaktu di Teikou. Dan ia benci
mengakui bahwa saat itu masih terlalu pengecut untuk mengakui bahwa ia juga
memiliki perasaan yang sama kepada Kise.
“Aominecchi?
Kenapa kau memelukku?” Kise sudah kembali pada mode topengnya. Mode tersenyum
dan tanpa beban ala Kise Ryouta. Terkadang Aomine sangat membenci sisi Kise
yang satu ini.
Sigh.
“Sudahlah, ayo cepat cari kayu bakarnya atau Akashi akan memasak kita berdua
untuk menu makan siangnya,” komentar Aomine begitu melepaskan Kise dan berjalan
menjauh.
Sebuah
senyum samar terukir di wajah Kise ketika melihat Aomine yang mulai berjalan
pergi menjauhinya. Rasa sakit yang dulu pernah ia rasakan. Rasa sakit karena
sesuatu yang palsu.
Ah, Kise
kembali merasakannya. Padahal ia sudah memutuskan untuk tidak megejarnya lagi.
Tapi kenapa laki-laki itu malah berhenti dan seolah menunggu Kise untuk kembali
mengejarnya? Apa Kise akan merasakan kembali pahitnya sebuah kesia-sian?
Sigh, First love is never work, right ?
But why ? Why he feels quite desperate ? He
really desperately in love with that person.
Love is quite cruel.. yet, it feels so
addicted.
“Aominecchi,
kau ini memang kejam.”
@@@
Sementara
itu, di tempat lain Akashi dan Kuroko pergi mencari buah ke bagian dalam hutan.
Bahkan bukan hanya buah saja, tapi Akashi juga berniat berburu kelinci kalau
ada #eh, memangnya mereka nggak bawa
bekal apa, ya? kok sampai harus nyari-nyari segala.
“
Akashi-kun, sepertinya buah ini enak.” Kuroko menunjukkan buah yang baru saja
dia makan pada Akashi.
“ Kau
dapat dari mana itu, Tetsuya?” Akashi menatap Kuroko tajam ingin tahu. Dia
seolah tak ingin buah yang baru saja Kuroko makan adalah buah beracun.
“ Hmm ...
Aku memetiknya di sana.” Kuroko menunjukkan pohon buah itu dengan telunjuknya.
Akashi
mengikuti arah telunjuk Kuroko. “ Itu tidak beracun?”
Kuroko
menggelengkan kepalanya. “ Cobalah ini!” Kuroko memberikan satu buah pada
Akashi.
Akashi
menerimanya dan memastikan kalau buah itu tidak beracun sehingga tidak akan
terjadi apa-apa pada Kuroko, orang yang paling dia sayangi diantara para
Kisedai.
“ Kress
....” Akashi menghentikan sejenak gigitannya untuk menikmati rasanya. “ Kress
....” Digigitan kedua dia seolah berpikir sesuatu. Lalu, menggigit buahnya
lagi.
“ Ini
tidak enak!” Akashi membuang buah yang sudah dia makan. “ Jangan makan itu,
Tetsuya!”
“ Hmm
.... tapi, ini enak Akashi-kun. Bahkan kau sudah memakannya tadi, kan?” Kuroko
masih menikmati buahnya.
“
Bukankah aku bilang ini tidak enak dan memintamu untuk tidak memakannya?”
Akashi menatap Kuroko intens.
Kuroko
yang mendapat tatapan intens dari Akashi langsung blushing dan berusaha
untuk menyembunyikan perasaannya. Tatapan itu bukanlah tatapan mematikan yang
biasa diberikan Akashi pada musuh-musuhnya atau orang lain. Tapi ... tatapan
yang lain. Tatapan yang membuat orang meleleh. Terutama Kuroko.
“ Hmm ...
tapi ....”
“ Lupakan
buah itu dan cari lagi yang lain!” Akashi kembali berjalan dan membiarkan
Kuroko mengikutinya di belakang.
Tak lama
kemudian, mereka sudah memasuki bagian hutan yang paling dalam. Buah yang
mereka dapatkan juga sudah cukup untuk makan mereka berenam kecuali
Murasakibara menghabiskan semuanya nanti.
“ Ini
sudah cukup, Tetsuya! Ayo kita pulang!” ajak Akashi.
Tak ada
jawaban apapun dari Kuroko. Akashi melihat ke belakangnya dan tak mendapati Kuroko di sana. Akashi panik dan
takut terjadi apa-apa pada Kuroko. Karena meski hawa keberadaan Kuroko tipis
dan hampir semua orang tak bisa merasakannya, tapi Akashi berbeda. Dialah
satu-satunya orang yang bisa merasakan keberadaan Kuroko. Karena dialah yang
pertama kali menemukan Kuroko, si bayangan.
“ Tetsuya!”
teriak Akashi mencari Kuroko.
“ Aku di
sini, Akashi-kun!” tiba-tiba Kuroko keluar dari bagian hutan yang lain sembari
membawa seekor kelinci. “ Apa ini cukup untuk berenam, Akashi-kun?” tanya
Kuroko datar.
Akashi
yang melihat Kuroko, langsung tersenyum kecil dan berjalan mendekatinya.
“ Siapa
yang menyuruhmu untuk pergi begitu saja?!” tanya Akashi menatap Kuroko tajam.
“ Hmm ...
aku hanya mau mencari makanan tambahan,” jawab Kuroko masih tak menyadari
ketakutan Akashi sewaktu dia pergi.
“ Tak ada
yang memintamu untuk mencari itu, kan?”
“ Tapi
... aku .... *chu*.”
Akashi
langsung mencium kilat Kuroko yang membuatnya tak bisa melanjutkan
perkataannya.
“ Jangan
lakukan itu lagi! Menghilang begitu saja!” ucap Akashi.
“ Hmm
.... Baiklah, Akashi-kun. Aku minta maaf,” jawab Kuroko masih dalam pelukan
Akashi.
Adegan
saling memeluk ala teletubbies oleh AkaKuro terganggu karena hari sudah semakin
menjelang sore.
“ Kita
harus kembali! Ayo!” Akashi menuntun Kuroko balik ke tenda mereka.
@@@
“
Mido-chin, kenapa mereka lama sekali? Aku sudah lapar,” keluh Murasakibara yang
menunggu keempat anggota Kisedai mencari makan dan kayu bakar.
“ Kau
sudah menghabiskan semua persediaan makanan kita dan masih bilang kalau kau
lapar?!” seru Midorima kesal melihat Murasakibara yang sudah menghabiskan
persediaan makanan mereka. Mengingat sejak awal, dia terus saja makan dan
makan. Tanpa mempedulikan yang lainnya.
“ Yang
kumakan tadi hanya makanan ringan. Jadi, tidak mengenyangkan,” jawab Murasakibara
melihat bungkus-bungkus kosong cemilan yang sudah dia habiskan. Kini, semua
cemilan itu sudah menjadi sampah dan membuat mulut Murasakibara terasa gatal
karena tak ada makanan yang bisa dia makan.
Ah, andai
saja Midorima itu daging empuk yang enak seperti daging ayam atau sapi, pasti
Murasakibara sudah menghabiskannya. Tapi, sayang Midorima hanyalah daging
hambar penggemar oha asa yang selalu membawa lucky item-nya kemana-mana.
Beberapa
menit kemudian ....
Masih
belum ada tanda-tanda mereka berempat yang bertugas untuk mencari makan dan
kayu bakar kembali sementara waktu sudah menjelang sore.
“ Aku
lapaaaaarrrrr!!!!” teriak Murasakibara memegang perutnya.
“
Diamlah! Kau bisa memakan rumput itu kalau kau mau!” kata Midorima menunjuk
rumput-rumput yang tak jauh darinya.
“ Ah, kau
jahat Mido-chin. Aku bukan sapi yang harus makan rumput!” tolak Murasakibara
seolah merajuk.
“ Tak ada
yang mengatakan kalau kau sapi.” Midorima membetulkan kaca matanya.
“ Tadi
kau mengatakannya. Ah, sudahlah. Aku mau tidur saja!” Murasakibara langsung
berbaring di tempatnya dan mulai menjelajahi alam mimpinya. Setidaknya dengan
begitu, Midorima tak akan mendengar keluhan-keluhan tidak penting dari
Murasakibara tentang makanan.
Beberapa menit berlalu. Midorima masih belum melihat
tanda-tanda keempat makhluk itu akan kembali. Sesekali dia melihat Murasakibara
yang sedang tertidur dengan pulasnya.
“kita semua repot begini karena Akashi nanodayo.”
Gumam Midorima mengingat perdebatan kecil mereka sebelum berangkat camping.
Its time
to Flashback!!!!
Klik
Kuroko
menekan tombol send pada HP nya. Mengirimkan pesan pada kelima mantan anggota Kiseki no Sedai lainnya.
Kuroko berniat mengajak mereka untuk camping di gunung.
Satu
menit, dua menit, sampai lima menit, first reply accepted. Dan tentu saja itu
dari Kise yang menjelaskan dia sangat senang jika bisa camping bersama.
Beberapa jam kemudian Kuroko menerima balasan dari Midorima, Murasakibara dan
Aomine. Sisanya tinggal Akashi. Tapi mau ditunggu berapa jam juga, sepertinya
Akashi tidak berniat untuk membalas pesan Kuroko.
Keesokan
paginya.
Kuroko
sudah menunggu selama lima belas menit di tempat janjian, tapi belum ada
tanda-tanda keberadaan kelima temannya itu.
“Kurokochhi!”
Kise berlari dari kejauhan mendekati Kuroko sambil membawa koper besar
#memangnya dia pikir mau liburan ke Hawaii?
“Huff…huff,
maaf Kurokochhi huff… huff..” kise masih berusaha mengatur nafasnya kembali.
“Aku
terlambat karena ada sedikit masalah dengan para fans di perjalanan-ssu.” Jelas
Kise. Kuroko tidak mendengarkan penjelasan Kise karena terlalu sibuk
memperhatikan koper besar yang Kise bawa.
“Ah, ini
berisi barang-barangku dan beberapa bekal. ini akan menjadi liburan yang menyenangkan-ssu.”
Jelas Kise yang sepertinya tahu apa yang ada di pikiran Kuroko.
Beberapa
menit kemudian Midorima, Murasakibara, dan Aomine datang secara bergantian.
“Maaf
terlambat. Aku kesulitan menemukan lucky item ku untuk hari ini..” Yah
begitulah alasan Midorima.
Next
“Munch…
munch… maaf terlambat, aku kesulitan menemukanmu Kuro-chin, munch…munch..”
“Jangan
bohong, bilang saja kau terlalu asyik berbelanja cemilan!” protes Kise menunjuk
kantong besar berisi cemilan yang dibawa Murasakibara.
“Dan
berhentilah makan saat kau bicara.” Tambah Midorima.
Next
“Yawn….
Maaf aku terjebak macet.” Kata Aomine dengan wajah yang masih mengantuk.
“Tidak
mungkin. Kau pasti bangun kesiangan-ssu.”
“Lagipula
kau kemari naik kereta. Jadi tidak mungkin terjebak macet.” Celetuk Midorima.
“Munch…
munch… hm… munch…” Murasakibara hanya manggut-manggut.
Dan yang
terakhir adalah Akashi.
“Kali ini
apa alasanmu Akashicchi?”
“I don’t
need an excuse for
being late.” Seperti biasa, Akashi suka seenaknya sendiri.
Akashi
melihat barang bawaan mereka satu-persatu. Kise dengan koper besarnya, Midorima
dengan ransel yang SEDIKIT lebih kecil dari koper Kise, Murasakibara dengan
ransel sedangnya, tapi masalahnya dia menenteng bungkusan super besar berisi
cemilan. Yang terlihat santai hanya Kuroko yang hanya membawa ransel berukuran
NORMAL, sedang Aomine karena terlalu malas, dia hanya membawa ransel berukuran
super kecil.
“Ryouta,
apa isi kopermu?” tanya Akashi.
“Nee…
beberapa baju milikku dan perbekalan. Memangnya kenapa Akashichhi?”
“Tinggalkan
itu di sini. Kau hanya cukup membawa BEBERAPA pakaian.” Perintah Akashi
menekankan pada kata ‘beberapa’ karena dia tahu Kise selalu membawa banyak
pakaian.
“Heee??
Lalu bagaimana dengan perbekalannya-ssu?”
“Tidak
perlu. Di gunung ada banyak tumbuhan yang bisa dimakan, kita juga bisa berburu
atau memancing.”
“Ok,
kebetulan aku juga sudah bawa alat pancing.” Kata Kise lega. Akhirnya ada juga
barang bawaannya yang berguna.
“Itu juga
tidak perlu. Cukup pakaian saja.”
“Heeee????
Lalu bagaimana kita akan menangkap ikannya-ssu?”
“Dengan
tangan.” Jawab Akashi dengan singkat, padat dan tajam. Setelah selesai berdebat
dengan Kide kini giliran Midorima yang mendapatkan perhatian dari sang Emperor.
“Apa isi
ransel mu Shintarou?”
“Some
clothes and my
lucky item.” Jawab Midorima sambil mengeluarkan Manekineko berukuran raksasa.
“Kau
memabawa ransel besar hanya untuk benda itu?” komentar Aomine yang masih saja
terlihat mengantuk.
“Carilah
ukuran yang lebih kecil, atau aku akan menghancurkan benda itu seperti aku akan
menghancurkan kehidupanmu tiga hari kedepan.” Perintah Akashi tajam.
Gulp
Next! Its
your turn Murasakibara!
Akashi
melihat barang bawaan Murasakibara. Ransel sedang yang MUNGKIN berisi pakaian,
dan bungkusan raksasa berisi cemilan.
“Atsushi,
kau bisa memilih. Ranselmu atau cemilan.” Kata Akashi. Untuk beberapa orang
normal mungkin akan langsung memilih pakaian yang ada di ransel. Beberapa orang
normal lainnya akan sedikit GALAU mau pilih mana. Tapi pilihan Akashi merupakan
pilihan mudah bagi Murasakibara. Dalam hitungan detik, tanpa perlu berfikir
ataupun menimbang Murasakibara melempar tas berisi pakaiannya dan lebih memilih
cemilannya.
“Are You
serious!”
komentar Kise tidak percaya.
Akashi
mengalihkan pandangannya pada Kuroko dan Aomine.
“Aku rasa
tidak ada masalah dengan Tetsuya. Dan aku bahkan tidak mau tahu apa yang ada di
dalam ransel kecilmu, Daiki.”
“Jadi
kapan kita akan berangkat? Aku sudah mulai bosan.” Aomine mulai tidak sabar.
“Baiklah
kita berangkat sekarang.” Kata Akashi.
Jadi
kesimpulannya Kise mengompres barang bawaannya hingga menjadi ransel sedang.
Midorima dengan berat hati membawa ukuran manekineko yang super kecil.
Murasakibara? Jangan ditanya. Jika bukan karena kebaikan Kuroko yang besedia
membawakan pakaian Murasakibara di ransel miliknya, mungkin Murasakibara tidak
akan berganti kostum selama tiga hari kedepan.
“Kurokochhi,
bukankah kita hanya akan camping?” bisik Kise pada Kuroko saat mereka akan
berangkat.
“Yah
seingatku, begitulah pesan yang aku kirimkan pada kalian.”
“Aku rasa
Akashichhi salah membaca pesanmu.”
“Hm..
mungkin. Sepertinya Akashi-kun mengartikannya sebagai survival training.”kata
Kuroko santai.
End of
Flashback
“Aominechhi, jalanlah lebih pelan. Apa kau mau aku
ketinggalan di hutan dan tersesat lagi-ssu?” terdengar suara ribut Kise semakin
mendekat.
“Akhirnya mereka kembali juga, nanodayo.” Midorima
bangkit dan mendekati Aomine serta Kise.
“Kalian hanya mencari kayu bakar, tapi kenapa lama
sekali?” gerutu Midorima.
“Tanyakan pada Kise. Jika dia tidak tersesat, aku
tidak perlu membuang waktuku untuk mencarinya.”
“Waa… Aominechhi kejam sekali-ssu. Aku tidak akan
tersesat jika kau tidak meninggalkanku.”
“Kau jalan terlalu lambat.”
“Aominechhi yang jalan terlalu cepat.”
Singkat cerita Kise dan Aomine terus saja berdebat
sampai sang Emperor datang dan melerai mereka yang tentu saja dengan cara ala Akashi.
“Jadi mau kita apakan hewan-hewan ini?” tanya Midorima
sambil menunjuk tiga ekor kelinci, dua ekor tupai, dan tiga ekor ayam liar.
“Aku merasa tempat ini sudah mirip penampungan hewan.”
Komentar Aomine yang tidak penting.
“Mereka sepertinya enak.” Kata Murasakibara menatap
hewan-hewan tersebut sambil ngeces karena saking laparnya.
“Kenapa kalian bisa menangkap begitu banyak hewan?”
kata Midorima.
“Berterimakasihlah pada lack of presence milik Kuroko.” Kata Akashi. Yang lainnya hanya
sweatdrop seolah berkata ‘ah, jadi berpengaruh juga pada hewan’.
“Tapi ini kan kawasan hutan lindung. Aku rasa bukan
ide bagus untuk memakan hewan-hewan ini nanodayo.”
“Like I care.” Kata Murasakibara cuek.
“Waa… mereka telalu kawaii-ssu. Aku tidak rela jika
mereka harus dijadikan makanan.” Kata Kise sambil memeluk kelici yang fluffy
dan imut itu.
“Aku tidak mau kelaparan.” Kata Murasakibara.
“Masak Ayamnya saja. Bukankah kita biasa makan ayam?”
kata Kise.
“Itu namanya diskriminasi terhadap ayam Kise-kun.”
Kali ini Kuroko yang berkomentar tidak jelas.
“Aku yang menangkap mereka. Jadi aku yang akan
memutuskan.” Kata Akashi menengahi semua perdebatan ini dengan Aura Emperornya.
Pada akhirnya pemenangnya adalah Kise. Akashi
memutuskan untuk memasak ketiga ayam untuk makan malam. Sebenarnya itu karena
bujukan dari Kuroko.
“Mungkin sebaiknya kita memancing besok, karena aku
tetap tidak mau makan kelinci dan tupai yang imut ini.” Kata Kise di
tengah-tengah proses memasak. Yang lain hanya memasang tampang yang seolah
berkata ‘like I care’.
“Apa masih belum matang?” Murasakibara bertanya untuk
yang kesekian kali.
“Aku tahu kau lapar, tapi bersabarlah sedikit
nanodayo.” Kata Midorima.
“Membosankan sekali.” celetuk Aomine.
“Kau memang selalu bosan setiap saat-ssu.”
“Mungkin sambil menunggu kita bisa melakukan sedikit
permainan.” Kata Kuroko.
“Ide yang bagus Tetsuya.”
To be continued.......
PLOTLESS YA ?:3
Ya maaf ~ wkwkwkwk
xD
BalasHapusnjiirr ngakakk
BalasHapus