Sabtu, 02 Agustus 2014

Kisedai Love Camp CHAPTER 1


Title : Kisedai Love Camp
Author : Uchiha Ryuko, Nakahara Ningsih, Lee Diah
Genre : YAOI, Romance, a bit comedy
Rate  : Teen – MATURE (Ch 1 : T )
CHAPTER 1
“Oi Akashi ! Lebih ke kanan!”
“Apa kau buta ? Posisi ini sudah tepat, Daiki ! Aku tidak pernah salah.”
“Kurokocchii ! Bisa tolong ambilkan pasak yang- eh? Kurokochhii??! Kau di mana?”
“Kise-kun, jangan berteriak.”
“Murasakibara, berhentilah makan dan mulai bekerja-nanodayo.”
“Munch..Munch... Haii,Mido-chin...Munch munch.”
Teriakan–teriakan dari para makhluk yang biasa disebut Kiseki no Sedai benar-benar mengganggu keseimbangan eksositem yang ada di kawasan Trieste forbidden forest. Kawasan hutan ini bukanlah hutan terlarang seperti di film fantasy, di mana ada makhluk mistis seperti troll atau naga yang menghuni hutan ini. Bukan juga karena ada hantu, iblis atau Titan yang akan memakanmu jika kau memasuki hutan ini. Tapi karena hutan ini adalah hutan lindung yang tidak memperbolehkan sembarang orang untuk memasuki hutan ini tanpa ijin dari pihak yang berwenang.

Beruntung, Para kisedai bukanlah orang sembarangan yang mudah dilarang. Berterima kasihlah pada Akashi Seijuuro, mantan kapten Kisedai yang masih ditakuti hingga sekarang. Berkat nama Akashi yang tercantum di akte kelahirannya, membuat sang emperor dapat dengan mudah memperoleh ijin untuk memasuki kawasan hutan terlarang. Semua itu karena request pribadi dari sang mantan bayangan Kisedai, Kuroko Tetsuya.
Semua ini karena Kuroko Tetsuya, sang bayangan yang sudah mengundang para kisedai untuk reuni atau lebih tepatnya camping reunion. Entah apa tujuannya. Mungkin Kuroko ingin mengetes kemampuan para Kisedai untuk bertahan hidup di alam liar. Namun sebenarnya, Kuroko hanya rindu saat-saat tertawa bersama teman lamanya itu. Ia hanya ingin mengembalikan ikatan yang dulu sempat hilang.
“Oi Tetsu! Kenapa aku harus satu tenda dengan si kapten seta-“ Death glare dari Akashi membuat Aomine menutup mulutnya. “ Umm maksudku, Akashi?” ralat Aomine karena masih ingin hidup.
“Aomine-kun, hasil undian kan sudah disepakati bersama. Terima saja,” jawab Kuroko datar.
“Hehehe, Aominecchi pasti ngiri sama aku karena bisa setenda bareng Kurokocchi-ssu,” celetuk Kise yang tengah memasang pasak tenda. Membuat sang Ace Kisedai semakin kesal.
“Daiki, cepat pasang tiang penyangganya!” perintah Akashi.
Aomine hanya bisa mengeluh. Mungkin karena amal dan ibadah Aomine yang kurang, hingga nasib buruk membuatnya harus puas satu tenda dengan si emperor sadis, sang kapten iblis, si rambut merah yang manis(?), Akashi Seijuuro. Ia harus puas melihat Kise dan Kuroko berada di tenda yang sama, dan ia tak peduli dengan Midorima dan Murasakibara yang juga satu tenda. Ia hanya peduli dengan nasibnya malam nanti, apa ia bisa tidur dengan iblis di sebelahnya?
Masih menjadi rahasia yang transparan(?) bahwa para kisedai memiliki sebuah kisah cinta yang tak terlihat. Kisah antara Akashi Seijuuro, Kuroko Tetsuya, Aomine Daiki dan Kise Ryouta. Lalu bagaimana dengan Murasakibara dan Midorima ? Sayangnya Murasakibara terlalu mencintai maiubo nya dan Midorima terlalu menuruti Oha Asa untuk tidak terlibat kisah percintaan seperti itu. Yah walaupun semua juga sudah tahu kalau Murasakibara juga menjalin hubungan dengan Himuro Tatsuya -rekan setimnya- begitu juga Midorima dan Takao Kazunari. Namun tidak ada yang peduli dengan hal itu, karena mereka bukanlah tokoh utama dari cerita kali ini(?)#digampar bola sama Mido+Mura.
“Yosh, akhirnya selesai-ssu,” Kise mengelap keringat di dahinya dan menatap puas tenda yang dibangunnya dengan keringat dan air mata(?) bersama Kuroko. Sebuah tenda berwarna orange, berdiri dengan megah meski agak sedikit miring.
“Kise-kun, sepertinya kau memasang pasaknya kurang pas. Lihat, tendanya miring,” komentar Kuroko sambil menyesap vanilla shake yang didapat entah dari mana.
“Ahahaha, Kise memang payah. Model payah sepertinya tidak bisa apa-apa selain berdiri di depan kamera dan berpose tidak jelas,” komentar Ao yang juga selesai mendirikan tenda bersama Akashi. Sebuah tenda yang terlihat sempurna. Tentu saja Akashi lah yang membuatnya terlihat sempurna.
“Apa? Aominechhi hidoi-ssu. Selain berpose dengan tampan, aku juga bisa basket tau... Aku bahkan bisa meniru gerakan Aominecchi dengan perfect copy milikku,” protes Kise.
“Tapi aku tidak ingat kau pernah mengalahkanku dalam one on one sekalipun,” respon Aomine.
“Kalau begitu ayo main one on one sekarang! Kali ini aku pasti menang,” tantang Kise.
“Kise-kun, Aomine-kun, kalian tidak bisa bermain basket di dalam hutan,” komentar Kuroko.
“Kecuali kalian ingin bermain basket di bawah jurang sana, maka dengan senang hati aku akan mengantar kalian berdua,” celetuk Akashi dengan tatapan demonnya.
Dan emperor eyes Akashi memang tak pernah gagal membungkam si pasangan berisik (read: AoKise).
Sigh. “Kalau kalian ada waktu bicara, sebaiknya gunakan waktu kalian untuk mepersiapkan makan siang nanodayo,” kata Midorima yang juga sudah selesai membangun tenda.
“Eehhh? Sudah siang ya? Pantas saja aku lapar...munch..munch,” komentar Mura yang tetap setia bersama snack kesayangannya.
“Kalau begitu Daiki dan Ryouta bertugas mencari kayu bakar. Aku dan Tetsuya akan mencari buah dan makanan lain untuk dimasak. Shintarou dan Atsushi tetap berada di sini untuk menjaga tenda dan mempersiapkan alat masak,” perintah Akashi otomatis. Sifatnya yang seorang natural leader, selalu saja membuatnya otomatis mengambil inisiatif untuk memerintah orang lain. Dan satu lagi, titah dari sang emperor adalah absolut.
“Sigh. Merepotkan sekali,” meskipun mengeluh, toh Aomine tetap menjalankan perintah sang kapten dan berjalan menjauh sambil menyeret Kise.
“Kalau begitu, kita juga pergi Tetsuya,” ajak Akashi.
“Haaii,” jawab Kuroko singkat sambil mengikuti langkah Akashi.
“Oiii..Mido-chin, apa tidak apa mereka pergi dengan formasi begitu (read: formasi AoKise AkaKuro)?” tanya Mura.
“Aku tidak peduli-nanodayo. Tapi baik Gemini, Virgo, Sagitarius dan Aquarius hari ini ada di 4 ranking teratas Oha Asa,” respon Midorima sambil membetulkan kacamatanya.
“Munch ...munch...munch....”
@@@
Kise benci mengakui kalau ia merasa tidak nyaman hanya berdua saja bersama pemuda gelap yang ada di sampingnya. Suasana ‘awkward silent’ yang tercipta diantara keduanya lah yang membuat pemuda ceria, cerewet dan berisik seperti Kise seperti mati kutu.
“Aominecchi/Kise!”
JLEB. Entah kenapa, keheningan yang tiba-tiba pecah diantara keduanya terasa seperti tusukan pedang yang menghujam punggung keduanya. Ah tidak, lebih tepatnya terasa seperti gunting merah kesayangan Akashi yang hampir menembus mata keduanya. Rasanya begitu menegangkan dan menakutkan.
“A-aominechhi duluan-ssu,” ujar Kise canggung.
“Tidak, kau duluan yang ngomong,” respon Ao menolak.
“Nggak, Aominecchi duluan-ssu,” ujar Kise tak mau mengalah.
“Tch, aku akan diam sampai kau bicara dulu,” respon Ao masih tetap keras kepala.
“Ahahaha, Aominecchi tetap keras kepala seperti dulu ya,” akhirnya Kise membuka pembicaraan. “Aku jadi kangen main one on one bareng Aominecchi,” lanjut Kise pelan.
“Haa? Aku tak pernah keberatan meladenimu bermain one on one sekarang juga jika memang bisa. Tapi kalau kita kabur dari sini sekarang, aku khawatir si iblis Akashi akan mengoyak perut kita berdua hidup-hidup,” komentar Ao sambil menghela nafas panjang. “Lagipula, kau yang sekarang tidak akan pernah menang melawanku.” tambah Ao sambil tersenyum sinis.
Kise menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. Matanya yang sejak tadi menatap ke bawah berpindah ke manik biru tua yang ada di depannya. Manik madu yang biasanya memberi tatapan ceria dan hangat seketika berubah menjadi dingin, tajam dan tersirat sebuah kesedihan.
“Aominecchi, selama ini aku selalu mengidolakanmu dan terus mengejarmu karena kau adalah orang pertama yang menjadi inspirasiku. Kau adalah alasanku mencintai basket. Tapi aku juga tahu... Kalau aku terus mengejarmu, aku tak akan bisa mengalahkanmu, karena itulah mulai sekarang aku....”
GREP !

“Dont give up on me, Kise,” Saat itu juga Aomine menarik Kise ke dalam pelukannya. Membuat Kise membeku dan hampir lupa dengan lanjutan kalimatnya barusan.
Aomine tidak tahu apa yang ingin Kise katakan, tapi ia tahu bahwa ia tak ingin mendengar kata-kata Kise barusan. Aomine sudah menyadarinya sejak lama, perasaan Kise padanya bukanlah sekedar kekaguman biasa. Tapi sebuah perasaan yang bisa disebut sebagai cinta pertama. Aomine juga tahu, bahwa selama ini Kise berusaha menutupi perasaanya dan berusaha membatasi dirinya sendiri untuk tetap bersikap biasa pada Aomine. Ia bahkan juga tahu, kalau Kise selalu tersakiti melihat kedekatannya bersama Kuroko sewaktu di Teikou. Dan ia benci mengakui bahwa saat itu masih terlalu pengecut untuk mengakui bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama kepada Kise.
“Aominecchi? Kenapa kau memelukku?” Kise sudah kembali pada mode topengnya. Mode tersenyum dan tanpa beban ala Kise Ryouta. Terkadang Aomine sangat membenci sisi Kise yang satu ini.
Sigh. “Sudahlah, ayo cepat cari kayu bakarnya atau Akashi akan memasak kita berdua untuk menu makan siangnya,” komentar Aomine begitu melepaskan Kise dan berjalan menjauh.
Sebuah senyum samar terukir di wajah Kise ketika melihat Aomine yang mulai berjalan pergi menjauhinya. Rasa sakit yang dulu pernah ia rasakan. Rasa sakit karena sesuatu yang palsu.
Ah, Kise kembali merasakannya. Padahal ia sudah memutuskan untuk tidak megejarnya lagi. Tapi kenapa laki-laki itu malah berhenti dan seolah menunggu Kise untuk kembali mengejarnya? Apa Kise akan merasakan kembali pahitnya sebuah kesia-sian?
Sigh, First love is never work, right ?
But why ? Why he feels quite desperate ? He really desperately in love with that person.
Love is quite cruel.. yet, it feels so addicted.
“Aominecchi, kau ini memang kejam.”
@@@
Sementara itu, di tempat lain Akashi dan Kuroko pergi mencari buah ke bagian dalam hutan. Bahkan bukan hanya buah saja, tapi Akashi juga berniat berburu kelinci kalau ada #eh, memangnya mereka nggak bawa bekal apa, ya? kok sampai harus nyari-nyari segala.
“ Akashi-kun, sepertinya buah ini enak.” Kuroko menunjukkan buah yang baru saja dia makan pada Akashi.
“ Kau dapat dari mana itu, Tetsuya?” Akashi menatap Kuroko tajam ingin tahu. Dia seolah tak ingin buah yang baru saja Kuroko makan adalah buah beracun.
“ Hmm ... Aku memetiknya di sana.” Kuroko menunjukkan pohon buah itu dengan telunjuknya.
Akashi mengikuti arah telunjuk Kuroko. “ Itu tidak beracun?”
Kuroko menggelengkan kepalanya. “ Cobalah ini!” Kuroko memberikan satu buah pada Akashi.
Akashi menerimanya dan memastikan kalau buah itu tidak beracun sehingga tidak akan terjadi apa-apa pada Kuroko, orang yang paling dia sayangi diantara para Kisedai.
“ Kress ....” Akashi menghentikan sejenak gigitannya untuk menikmati rasanya. “ Kress ....” Digigitan kedua dia seolah berpikir sesuatu. Lalu, menggigit buahnya lagi.
“ Ini tidak enak!” Akashi membuang buah yang sudah dia makan. “ Jangan makan itu, Tetsuya!”
“ Hmm .... tapi, ini enak Akashi-kun. Bahkan kau sudah memakannya tadi, kan?” Kuroko masih menikmati buahnya.
“ Bukankah aku bilang ini tidak enak dan memintamu untuk tidak memakannya?” Akashi menatap Kuroko intens.
Kuroko yang mendapat tatapan intens dari Akashi langsung blushing dan berusaha untuk menyembunyikan perasaannya. Tatapan itu bukanlah tatapan mematikan yang biasa diberikan Akashi pada musuh-musuhnya atau orang lain. Tapi ... tatapan yang lain. Tatapan yang membuat orang meleleh. Terutama Kuroko.
“ Hmm ... tapi ....”
“ Lupakan buah itu dan cari lagi yang lain!” Akashi kembali berjalan dan membiarkan Kuroko mengikutinya di belakang.
Tak lama kemudian, mereka sudah memasuki bagian hutan yang paling dalam. Buah yang mereka dapatkan juga sudah cukup untuk makan mereka berenam kecuali Murasakibara menghabiskan semuanya nanti.
“ Ini sudah cukup, Tetsuya! Ayo kita pulang!” ajak Akashi.
Tak ada jawaban apapun dari Kuroko. Akashi melihat ke belakangnya dan tak  mendapati Kuroko di sana. Akashi panik dan takut terjadi apa-apa pada Kuroko. Karena meski hawa keberadaan Kuroko tipis dan hampir semua orang tak bisa merasakannya, tapi Akashi berbeda. Dialah satu-satunya orang yang bisa merasakan keberadaan Kuroko. Karena dialah yang pertama kali menemukan Kuroko, si bayangan.
“ Tetsuya!” teriak Akashi mencari Kuroko.
“ Aku di sini, Akashi-kun!” tiba-tiba Kuroko keluar dari bagian hutan yang lain sembari membawa seekor kelinci. “ Apa ini cukup untuk berenam, Akashi-kun?” tanya Kuroko datar.
Akashi yang melihat Kuroko, langsung tersenyum kecil dan berjalan mendekatinya.
“ Siapa yang menyuruhmu untuk pergi begitu saja?!” tanya Akashi menatap Kuroko tajam.
“ Hmm ... aku hanya mau mencari makanan tambahan,” jawab Kuroko masih tak menyadari ketakutan Akashi sewaktu dia pergi.
“ Tak ada yang memintamu untuk mencari itu, kan?”
“ Tapi ... aku .... *chu*.”

Akashi langsung mencium kilat Kuroko yang membuatnya tak bisa melanjutkan perkataannya.
“ Jangan lakukan itu lagi! Menghilang begitu saja!” ucap Akashi.
“ Hmm .... Baiklah, Akashi-kun. Aku minta maaf,” jawab Kuroko masih dalam pelukan Akashi.
Adegan saling memeluk ala teletubbies oleh AkaKuro terganggu karena hari sudah semakin menjelang sore.
“ Kita harus kembali! Ayo!” Akashi menuntun Kuroko balik ke tenda mereka.
@@@
“ Mido-chin, kenapa mereka lama sekali? Aku sudah lapar,” keluh Murasakibara yang menunggu keempat anggota Kisedai mencari makan dan kayu bakar.
“ Kau sudah menghabiskan semua persediaan makanan kita dan masih bilang kalau kau lapar?!” seru Midorima kesal melihat Murasakibara yang sudah menghabiskan persediaan makanan mereka. Mengingat sejak awal, dia terus saja makan dan makan. Tanpa mempedulikan yang lainnya.
“ Yang kumakan tadi hanya makanan ringan. Jadi, tidak mengenyangkan,” jawab Murasakibara melihat bungkus-bungkus kosong cemilan yang sudah dia habiskan. Kini, semua cemilan itu sudah menjadi sampah dan membuat mulut Murasakibara terasa gatal karena tak ada makanan yang bisa dia makan.
Ah, andai saja Midorima itu daging empuk yang enak seperti daging ayam atau sapi, pasti Murasakibara sudah menghabiskannya. Tapi, sayang Midorima hanyalah daging hambar penggemar oha asa yang selalu membawa lucky item-nya kemana-mana.
Beberapa menit kemudian ....
Masih belum ada tanda-tanda mereka berempat yang bertugas untuk mencari makan dan kayu bakar kembali sementara waktu sudah menjelang sore.
“ Aku lapaaaaarrrrr!!!!” teriak Murasakibara memegang perutnya.
“ Diamlah! Kau bisa memakan rumput itu kalau kau mau!” kata Midorima menunjuk rumput-rumput yang tak jauh darinya.
“ Ah, kau jahat Mido-chin. Aku bukan sapi yang harus makan rumput!” tolak Murasakibara seolah merajuk.
“ Tak ada yang mengatakan kalau kau sapi.” Midorima membetulkan kaca matanya.
“ Tadi kau mengatakannya. Ah, sudahlah. Aku mau tidur saja!” Murasakibara langsung berbaring di tempatnya dan mulai menjelajahi alam mimpinya. Setidaknya dengan begitu, Midorima tak akan mendengar keluhan-keluhan tidak penting dari Murasakibara tentang makanan.
Beberapa menit berlalu. Midorima masih belum melihat tanda-tanda keempat makhluk itu akan kembali. Sesekali dia melihat Murasakibara yang sedang tertidur dengan pulasnya.
“kita semua repot begini karena Akashi nanodayo.” Gumam Midorima mengingat perdebatan kecil mereka sebelum berangkat camping.
Its time to Flashback!!!!
Klik
Kuroko menekan tombol send pada HP nya. Mengirimkan pesan pada kelima mantan anggota Kiseki no Sedai lainnya. Kuroko berniat mengajak mereka untuk camping di gunung.
Satu menit, dua menit, sampai lima menit, first reply accepted. Dan tentu saja itu dari Kise yang menjelaskan dia sangat senang jika bisa camping bersama. Beberapa jam kemudian Kuroko menerima balasan dari Midorima, Murasakibara dan Aomine. Sisanya tinggal Akashi. Tapi mau ditunggu berapa jam juga, sepertinya Akashi tidak berniat untuk membalas pesan Kuroko.
Keesokan paginya.
Kuroko sudah menunggu selama lima belas menit di tempat janjian, tapi belum ada tanda-tanda keberadaan kelima temannya itu.
“Kurokochhi!” Kise berlari dari kejauhan mendekati Kuroko sambil membawa koper besar #memangnya dia pikir mau liburan ke Hawaii?
“Huff…huff, maaf Kurokochhi huff… huff..” kise masih berusaha mengatur nafasnya kembali.
“Aku terlambat karena ada sedikit masalah dengan para fans di perjalanan-ssu.” Jelas Kise. Kuroko tidak mendengarkan penjelasan Kise karena terlalu sibuk memperhatikan koper besar yang Kise bawa.
“Ah, ini berisi barang-barangku dan beberapa bekal. ini akan menjadi liburan yang menyenangkan-ssu.” Jelas Kise yang sepertinya tahu apa yang ada di pikiran Kuroko.
Beberapa menit kemudian Midorima, Murasakibara, dan Aomine datang secara bergantian.
“Maaf terlambat. Aku kesulitan menemukan lucky item ku untuk hari ini..” Yah begitulah alasan Midorima.
Next
“Munch… munch… maaf terlambat, aku kesulitan menemukanmu Kuro-chin, munch…munch..”
“Jangan bohong, bilang saja kau terlalu asyik berbelanja cemilan!” protes Kise menunjuk kantong besar berisi cemilan yang dibawa Murasakibara.
“Dan berhentilah makan saat kau bicara.” Tambah Midorima.
Next
“Yawn…. Maaf aku terjebak macet.” Kata Aomine dengan wajah yang masih mengantuk.
“Tidak mungkin. Kau pasti bangun kesiangan-ssu.”
“Lagipula kau kemari naik kereta. Jadi tidak mungkin terjebak macet.” Celetuk Midorima.
“Munch… munch… hm… munch…” Murasakibara hanya manggut-manggut.
Dan yang terakhir adalah Akashi.
“Kali ini apa alasanmu Akashicchi?”
“I don’t need an excuse for being late.” Seperti biasa, Akashi suka seenaknya sendiri.
Akashi melihat barang bawaan mereka satu-persatu. Kise dengan koper besarnya, Midorima dengan ransel yang SEDIKIT lebih kecil dari koper Kise, Murasakibara dengan ransel sedangnya, tapi masalahnya dia menenteng bungkusan super besar berisi cemilan. Yang terlihat santai hanya Kuroko yang hanya membawa ransel berukuran NORMAL, sedang Aomine karena terlalu malas, dia hanya membawa ransel berukuran super kecil.
“Ryouta, apa isi kopermu?” tanya Akashi.
“Nee… beberapa baju milikku dan perbekalan. Memangnya kenapa Akashichhi?”
“Tinggalkan itu di sini. Kau hanya cukup membawa BEBERAPA pakaian.” Perintah Akashi menekankan pada kata ‘beberapa’ karena dia tahu Kise selalu membawa banyak pakaian.
“Heee?? Lalu bagaimana dengan perbekalannya-ssu?”
“Tidak perlu. Di gunung ada banyak tumbuhan yang bisa dimakan, kita juga bisa berburu atau memancing.”
“Ok, kebetulan aku juga sudah bawa alat pancing.” Kata Kise lega. Akhirnya ada juga barang bawaannya yang berguna.
“Itu juga tidak perlu. Cukup pakaian saja.”
“Heeee???? Lalu bagaimana kita akan menangkap ikannya-ssu?”
“Dengan tangan.” Jawab Akashi dengan singkat, padat dan tajam. Setelah selesai berdebat dengan Kide kini giliran Midorima yang mendapatkan perhatian dari sang Emperor.
“Apa isi ransel mu Shintarou?”
“Some clothes and my lucky item.” Jawab Midorima sambil mengeluarkan Manekineko berukuran raksasa.
“Kau memabawa ransel besar hanya untuk benda itu?” komentar Aomine yang masih saja terlihat mengantuk.
“Carilah ukuran yang lebih kecil, atau aku akan menghancurkan benda itu seperti aku akan menghancurkan kehidupanmu tiga hari kedepan.” Perintah Akashi tajam.
Gulp
Next! Its your turn Murasakibara!
Akashi melihat barang bawaan Murasakibara. Ransel sedang yang MUNGKIN berisi pakaian, dan bungkusan raksasa berisi cemilan.
“Atsushi, kau bisa memilih. Ranselmu atau cemilan.” Kata Akashi. Untuk beberapa orang normal mungkin akan langsung memilih pakaian yang ada di ransel. Beberapa orang normal lainnya akan sedikit GALAU mau pilih mana. Tapi pilihan Akashi merupakan pilihan mudah bagi Murasakibara. Dalam hitungan detik, tanpa perlu berfikir ataupun menimbang Murasakibara melempar tas berisi pakaiannya dan lebih memilih cemilannya.
“Are You serious!” komentar Kise tidak percaya.
Akashi mengalihkan pandangannya pada Kuroko dan Aomine.
“Aku rasa tidak ada masalah dengan Tetsuya. Dan aku bahkan tidak mau tahu apa yang ada di dalam ransel kecilmu, Daiki.”
“Jadi kapan kita akan berangkat? Aku sudah mulai bosan.” Aomine mulai tidak sabar.
“Baiklah kita  berangkat sekarang.” Kata Akashi.
Jadi kesimpulannya Kise mengompres barang bawaannya hingga menjadi ransel sedang. Midorima dengan berat hati membawa ukuran manekineko yang super kecil. Murasakibara? Jangan ditanya. Jika bukan karena kebaikan Kuroko yang besedia membawakan pakaian Murasakibara di ransel miliknya, mungkin Murasakibara tidak akan berganti kostum selama tiga hari kedepan.
“Kurokochhi, bukankah kita hanya akan camping?” bisik Kise pada Kuroko saat mereka akan berangkat.
“Yah seingatku, begitulah pesan yang aku kirimkan pada kalian.”
“Aku rasa Akashichhi salah membaca pesanmu.”
“Hm.. mungkin. Sepertinya Akashi-kun mengartikannya sebagai survival training.”kata Kuroko santai.
End of Flashback
“Aominechhi, jalanlah lebih pelan. Apa kau mau aku ketinggalan di hutan dan tersesat lagi-ssu?” terdengar suara ribut Kise semakin mendekat.
“Akhirnya mereka kembali juga, nanodayo.” Midorima bangkit dan mendekati Aomine serta Kise.
“Kalian hanya mencari kayu bakar, tapi kenapa lama sekali?” gerutu Midorima.
“Tanyakan pada Kise. Jika dia tidak tersesat, aku tidak perlu membuang waktuku untuk mencarinya.”
“Waa… Aominechhi kejam sekali-ssu. Aku tidak akan tersesat jika kau tidak meninggalkanku.”
“Kau jalan terlalu lambat.”
“Aominechhi yang jalan terlalu cepat.”
Singkat cerita Kise dan Aomine terus saja berdebat sampai sang Emperor datang dan melerai mereka yang tentu saja dengan cara ala Akashi.
“Jadi mau kita apakan hewan-hewan ini?” tanya Midorima sambil menunjuk tiga ekor kelinci, dua ekor tupai, dan tiga ekor ayam liar.
“Aku merasa tempat ini sudah mirip penampungan hewan.” Komentar Aomine yang tidak penting.
“Mereka sepertinya enak.” Kata Murasakibara menatap hewan-hewan tersebut sambil ngeces karena saking laparnya.
“Kenapa kalian bisa menangkap begitu banyak hewan?” kata Midorima.
“Berterimakasihlah pada lack of presence milik Kuroko.” Kata Akashi. Yang lainnya hanya sweatdrop seolah berkata ‘ah, jadi berpengaruh juga pada hewan’.
“Tapi ini kan kawasan hutan lindung. Aku rasa bukan ide bagus untuk memakan hewan-hewan ini nanodayo.”
“Like I care.” Kata Murasakibara cuek.
“Waa… mereka telalu kawaii-ssu. Aku tidak rela jika mereka harus dijadikan makanan.” Kata Kise sambil memeluk kelici yang fluffy dan imut itu.
“Aku tidak mau kelaparan.” Kata Murasakibara.
“Masak Ayamnya saja. Bukankah kita biasa makan ayam?” kata Kise.
“Itu namanya diskriminasi terhadap ayam Kise-kun.” Kali ini Kuroko yang berkomentar tidak jelas.
“Aku yang menangkap mereka. Jadi aku yang akan memutuskan.” Kata Akashi menengahi semua perdebatan ini dengan Aura Emperornya.
Pada akhirnya pemenangnya adalah Kise. Akashi memutuskan untuk memasak ketiga ayam untuk makan malam. Sebenarnya itu karena bujukan dari Kuroko.
“Mungkin sebaiknya kita memancing besok, karena aku tetap tidak mau makan kelinci dan tupai yang imut ini.” Kata Kise di tengah-tengah proses memasak. Yang lain hanya memasang tampang yang seolah berkata ‘like I care’.
“Apa masih belum matang?” Murasakibara bertanya untuk yang kesekian kali.
“Aku tahu kau lapar, tapi bersabarlah sedikit nanodayo.” Kata Midorima.
“Membosankan sekali.” celetuk Aomine.
“Kau memang selalu bosan setiap saat-ssu.”
“Mungkin sambil menunggu kita bisa melakukan sedikit permainan.” Kata Kuroko.

“Ide yang bagus Tetsuya.”
To be continued.......
PLOTLESS YA ?:3
Ya maaf ~ wkwkwkwk
Comments
2 Comments

2 komentar:

Stop being silent reader and write your comments.......