Sabtu, 25 Januari 2014

One Day in The Past (KHR Fanfiction) Chapter 3


Previous Chapter : Daemon Spade datang dari masa depan untuk mengubah masa depan ? Ditambah lagi Daemo bekerja sama dengan Bermuda dan juga Vindice. Apa yang akan dilakukan Tsuna cs ?
CHAPTER 3
Judul                         : One day in the Past
Genre                        :Comedy, Romance, Adventure,Action
Pairing                      : D18, 0027,8059, 6926 (Hint : G27, ,6918,1827)
Rate                           : T (yang masih anak-anak jangan baca)

“Nandeee ?? Kita terlempar ke masa lalu ?”seru Gokudera kaget. Ia masih tak percaya, namun melihat kenyataann
ya, ada dua ancestor mafia legendaris (Vongola dan Simon)sedang berada di depannya, ia tak memiliki alasan untuk memungkirinya.
“Hahaha..sulit dipercaya,” komentar Yamamoto santai (as always -,-). “Tapi Tsuna ? apa kau tahu alasan kita terlempar ke masa ini ?” tanya Yamamoto serius.
#Sigh#. “Entahlah, hanya Reborn yang tahu,” jawab Tsuna pasrah.
“Ah, Reborn ? Mungkinkah kalian adalah anak2 dalam ramalan yang disebutkan dalam Legendary Reborn’s Oracle ?” seru Giotto tiba-tiba .
Ha ? Legendary Reborn’s Oracle ? What the hell is that ? Intuisi super Tsuna mengatakan ada yang aneh dengan ramalan itu. Entahlah, pasti ada sesuatu yang tidak beres jika ada nama Reborn di situ.
Tak beberapa lama kemudian, Giotto membawa sebuah kotak yang di dalamnya terdapat sebuah surat gulungan yang sepertinya sangat penting. Ia membuka surat itu dan menunjukannya pada Tsuna.
“Beberapa hari yang lalu, seseorang memberikanku ramalan ini. Di sini tertulis kau harus mencari suatu benda dan melindunginya untuk bisa kembali ke masa depan,” jelas Giotto.
“Hmm, sepertinya ramalan itu masuk akal,” komentar Gokudera.
“Tapi... kenapa di masa ini, kita tidak bisa menggunakan kekuatan flame kami ?” tanya Yamamoto heran.
“Flame ?” Intuisi super Tsuna secara reflek membuatnya segera membaca Reborn’s Oracle untuk menemukan petunjuk. Dan ternyata benar, di situ tertulis : mereka yang bukan dari zaman ini tak bisa menggunakan kekuatan flame nya. Namun, kekuatan flame mereka dapat dibangkitkan di zaman ini dengan bantuan...
“PARTNER ? Apa maksudnya ?”
“Mungkin semacam ikatan hati yang harus diciptakan diantara dua orang. Kau tahu kan, sebelumnya kekuatan flame kita ditentukan seberapa kuat ketetapan hati untuk bertarung,” jawab Enma tanpa diduga sambil sesekali melirik ke arah Tsuna dengan tatapan aneh.
“Tapi masalahnya, siapa yang akan menjadi partnerku ? Selama ini kekuatan flame ku bisa keluar karena dying will bullet milik reborn...”
“Isnt it obvious, Juudaime ? Sebagai tangan kananmu, tentu saja aku yang akan menjadi partnermu !” seru Gokudera bersemangat membayangkan ia akan benar-benar ‘secara resmi’ menjadi partner boss yang dikaguminya.
“Semangat yang bagus anak-anak. Kita bisa melakukan latihan flame itu sambil berjalan. Aku baru saja mendapatkan informasi dari salah satu guardianku. Ada seseorang dari masa depan yang berniat menghancurkan Vongola di masa ini,” Giotto memberi informasi dengan nada serius.
Tsuna cs kemudian mendengarkan informasi dari Sang Vongola Primo dengan seksama, kemudian mereka memutuskan untuk mengutamakan misi pencarian benda yang dapat membawa mereka kembali ke masa depan. Beruntung, Gokudera yang cermat berhasil menemukan peta yang terletak di bagian dalam kotak tersebut.
Misi mereka pun dimulai !

xxxxXXXXXXXXXXXXXXXxxxxx

Dengan hati-hati, Dino menyingkirkan tonfas kesayangan Hibari menjauh dari jangkauan sang Skylark. Dino menatap wajah polos Hibari dengan seksama, lebih lama dari biasanya. Ia sendiri hampir tak percaya, wajah polos dan manis seperti ini akan berubah total menjadi karnivore ganas jika sampai ada yang berani mengganggu tidurnya. Yeah, but Dino has already made up his mind, He can think about the risk later.
“Kyouya,” Dino memulai aksinya dengan memeluk tubuh kecil Hibari , menempelkan hidungnya pada rambut hitam sang Skylark. Hmmm,...Wangi, membuat sang Haneuma semakin ingin menikmati Hibari seutuhnya.
“Hmn ? Haneuma, Apa yang kau lakukan ?” Hibari terbangun.Gawatttttt.
“Hmm,,Anoo... May I kiss you, Kyouya ?” tanya Dino dengan bodohnya.
“Huh ? Kamiko- Hmph Ngh....” tak menunggu Hibari memberikan jawabannya, Dino melancarkan kissing attack nya tanpa aba-aba sementara tangannya mempermainkan ‘bagian sensitif’ Hibari lainnya.
“Tunggu, Haneuma..jangan sentuh..ahh,” selesai memberikan ciuman pembuka, Dino lanjut memberikan kissmark hingga membuat sang Skylark mengerang ,entah karena kesakitan atau kenikmatan.
“Nee, Kyouya. Malam ini saja, kumohon jangan memprotes,” ujar Dino sambil memberikan ciuman renyah di bibir Hibari. Mencoba menghipnotis mata onyx Hibari dengan hazel miliknya.
Hibari menyipitkan matanya, mencari cari keberadaan tonfas miliknya, tetapi sial..ternyata benda itu berada 5 meter jauh dari jangkauannya. Orang ini, benar-benar ingin digigit sampai mati !
“Kyouya...please,” pinta Dino lagi. Ia memperjelas permohonannya dengan membuka satu per satu kancing yang menutupi tubuh halus Hibari. Ya, ia meminta lebih.
“Haneuma, sebaiknya kau sadar apa yang sedang kau lakukan,” ujar Hibari datar.
“Aku sangat sadar apa yang sedang kulakukan,” Dino kembali memberikan ciuman hangat dan lama ke bibir tipis Hibari. Kali ini ia mencoba mengajak lidah sang skylark untuk bermain. Di luar dugaan, kali ini Dino lah yang terkejut karena Hibari ‘bermain’ dengan sangat luar biasa.
“Hmnn..Akkhh..Haneuma, stop..” Mau tak mau Hibari harus menarik diri terlebih dahulu. Wajahnya yang memerah seperti tomat siap petik (?) membuat sang Cavallone semakin lapar.
“Kyouya., jangan salahkan aku. Kau..terlalu manis...” lanjut Dino sembari melanjutkan serangan lainnya. Menjilat setiap lekuk tebuh Hibari yang halus dan seksi... memberikan kissmark di setiap bagian tubuhnya, Memberi tanda, Hibari kyouya is mine.
“Hh..Hh..After this, I will surely bite you death,” ujar Hibari masih sempat mengancam sang Cavollone di sela – sela kenikmatan yang ia rasakan.
Sang Cavallone hanya merespon Hibari dengan tersenyum lebar penuh rasa lapar. “ I will wait for that, Kyouya. But for now, let me eat my meal,”

xxxxXXXXXXXXXXXXXXXxxx

Enma merasa sedikit kesal melihat Giotto terus menempel pada Tsuna. Mereka sudah berjalan melewati hutan selama lebih dari 30 menit, dan selama itu pula Giotto terus menempel pada Tsuna layaknya anak anjing pada induknya. Dan kenapa mereka berjalan di tengah hutan? Tentu saja untuk kembali ke Vongola Mansion setelah mereka berempat berkumpul. Giotto mengatakan akan lebih mudah baginya untuk mengurus semua yang diperlukan dalam penyelidikan jika dia berada di Mansion.
“Kau tidak perlu memasang wajah seperti itu.” Cozarto menyentuh bahu Enma. Enma yang yang terkejut hanya bisa salah tingkah berusaha menutupi wajahnya.
“Kau tenang saja, tidak ada apa-apa diantara mereka. Bukankah mereka baru bertemu selama beberapa jam saja? Bagaimana mungkin ada sesuatu, haha…”
“Hubungan mereka tidak sesederhana yang kau pikirkan.” Enma tahu hubungan batin antara Tsuna dan Giotto sangatlah kuat. Dia pernah mendengar Tsuna bercerita tentang pendahulunya itu yang sering membantunya di masa mereka berasal. Enma hanya bisa menghela nafas panjang, kini tidak aka nada waktu lagi baginya untuk berduaan dengan Tsuna.
“Taadaa… kita sudah sampai. Selamat datang di Vongola Mansion.” Giotto memperlihatkan sebuah gerbang tinggi yang terlihat sangat kokoh melindung sebuah bangunan putih megah di baliknya.
“Waaa, Cool, aku tidak tahu kalau Vongola memiliki Mansion semegah ini.” Gokudera berkata dengan penuh kekaguman.
“Tentu saja, bukankah kita belum pernah ke markas utama Vongola?” Yamamoto tersenyum melihat tingkah Gokudera.
“Sebenarnya ini bukan markas Vongola, hanya mansion pribadiku saja.” Kata Giotto merogoh kantung celananya.
“Baiklah, sudah cukup bersantainya, ayo cepat bawa kami masuk.” Cozarto meminta Giotto untuk segera membuka gerbang, namun yang di lakukan Giotto hanya terdiam.
“Apa lagi yang kau tunggu? Cepet buka gerbangnya, aku sudah lapar karena belum makan apapun sejak pagi ini.” Cozarto mulai tidak sabar, tapi Giotto masih terdiam.
“Eeee, Ano…..”
“Wait, jangan bilang kau tidak punya kuncinya.” Cozarto mulai merasakan sesuatu yang tidak enak, dan benar saja duagaannya. Giotto mengangguk perlahan dan tersenyum tanpa dosa.
Mereka menghela secara bersamaan dan terduduk lemas. Percuma saja mereka berjalan sejauh ini melewati hutan dan gunung jika akhirnya mereka tetap tidak bisa menikmati kehangatan Mansion itu.
“Apa mansion sebesar ini tidak ada penjaga atau pelayannya?” Gokudera melihat sekililing mansion dari balik gerbang. Terlihat sepi dan tidak berpenghuni.
“Mungkin jalan tercepat adalah melompati tembok ini.” Kata Yamamoto melihat tembok yang tingginya mungkin sama dengan tembok besar yang ada di Cina.
“Yah kau benar, itu lebih baik dari pada kita harus berada di luar seperti ini.” Cozarto dengan mudahnya melompat ke puncak tembok. Bukan pemimpin Simon Fagmilia namanya kalau melompati tembok seperti ini saja tidak bisa.
“Apa aku perlu menggendongmu? Bukankah lukamu masih terasa sakit?” Yamamoto berusaha menggoda Gokudera yang terlihat tidak yakin bisa melompati tembok itu.
“Cih, aku tidak selemah yang kau pikirkan Baseball Freak. Tembok serendah ini akan dengan mudah kulewati.” Dengan nada kesal Gokudera melompat menuju puncak tembok. Yamamoto hanya tertawa, karena dia bisa melihat wajah Gokudera yang merona di balik nada bicaranya yang ketus.
Dalam hitungan detik Yamamoto juga berhasil melompati tembok itu dan mereka berempat menghilang ke sisi yang satunya. Tsuna masih dengan berkeringat memperhatikan teman-temannya yang dengan mudahnya mampu melewati tembok detinggi ini. Huf… melompati gerbang Namimori yang tidak seberapa jika di bandingkan dengan tembok ini saja Tsuna sudah kewalahan, bagaimana dengan yang ini.
Giotto memperhatikan Tsuna yang yang terlihat ragu. Hop….dengan cepat Giotto menggendong Tsuna.
“Giotto-san apa yang kau lakukan?” Tsuna terkejut dengan apa yang dilakukan Giotto dan tanpa disadari tubuhnya menggeliat berusaha untuk melepaskan diri.
“Aku akan membantumu melewati tembok ini. Jika kau tidak ingin kita terjatuh lebih baik kau tenang.” Giotto berbisik di telinga Tsuna. Badumb…. Tsuna merasa detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Perasaan apa ini?
“Lets go!” Giotto melompat sangat tinggi mebuat Tsuna terkejut dan tanpa sadar memeluk leher  Giotto dan memejamkan matanya.
“Giotto-san kau melompat sepuluh kali lipat lebih tinggi dari tembok, haruskah kau melakukan hal itu?”  Tsuna masih memeluk Giotto dengan erat. Tentu saja Giotto sengaja melakukan hal itu karena dia ingin Tsuna memeluknya. Giotto juga sengaja untuk mendarat di tempat yang berbeda dari teman-teman yang lainnya.
“Tsuna, buka matamu. Kita sudah mendarat.” Giotto berbisik lembut. Masih memeluk Giotto, Tsuna perlahan membuka matanya dan terlihat lega saat melihat Giotto sudah terduduk di tanah memangku Tsuna di kedua kakinya
“Hm, apa ini artinya kau takut ketinggian?” Tanya Giotto menggoda. Tsuna mengalihkan pandangannya ke wajah Giotto. Mereka sangat dekat. Tsuna dapat merasakan nafas Giotto yang hangat dan aroma rambutnya yang wangi. Badumb…sekali lagi Tsuna merasakan sensasi aneh pada tubu;hnya dan jatungnya lagi-lagi berdebar kencang.
Gawat. Jika mereka sedekat ini, Giotto dapat merasakan detak jantungnya. Dengan perlahan Tsuna melonggarkan pelukannya berharap giotto segera melepaskannya. Tapi Giotto hanya terdiam menatap Tsuna dengan lembut. Giotto menentuh dagu  Tsuna dan membawa bibir anak itu padanya. Ciuman lembut mendarat  di bibir Tsuna yang membuatnya kembali mengencangkan pelukannya pada Giotto. Mmm… ciuman yang sangat manis.

xxxxxXXXXXXXXXXXXXXXxxxx

“Sh..Shisou... aku lapar,” Flan menggigil kedinginan karena aktivitas yang baru saja dilakukannya di dalam air. Mandi ? ya, bisa dikatakan begitu, hanya saja kali ini Shisou pineaple nya ikut terlibat, dan jika si nanas sudah ikut terlibat, segala sesuatunya menjadi luar biasa, bahkan mandi sekalipun.
“Oya...oya... sebenarnya aku juga masih lapar,” Mukuro kembali mencicipi bibir lembut Flan yang terasa sangat manis baginya. Baiklah, Mukuro masih belum puas. Namun ia juga tak tega melihat muridnya yang berharga (harus diakui Flan adalah aset berharga dalam 10 tahun ke depan) kedinginan seperti ini.
“Ah..hh...Ngh, Shi-shishou, aku mohon,” Flan memohon dengan raut muka memerah. Bahkan seorang Rokudo Mukuro pun tak bisa menolaknya. Well, harus diakui raut wajah Flan terkadang begitu manis dan lugu membuat Mukuro sulit untuk menolak permohonan sang murid.
“Kufufufu..baiklah, bisa repot jika kau sampai demam karena kedinginan,” Mukuro membelai pipi Flan lembut kemudian membawa Flan di sebuah rumah kecil tak berpenghuni. Ia merebahkan tubuh mungil Flan dan menyelimutinya dengan lembut, membiarkan sang murid tertidur karena kelelahan.
DHUAR ! Dari luar terdengar suara ledakan keras hingga membuat Mukuro harus repot-repot mengeceknya.
Di luar terlihat Belphegor sedang kuwalahan menghadapi seorang musuh yang tak lain aadalah...Vindice ? Apa yang dilakukan penjaga penjara terkutuk itu di tempat ini ?
“Tch, kalau kau sudah selesai bermain, paling tidak lakukan sesuatu dengan vindice sialan ini,” seru Belphegor sambil melirik kesal pada Mukuro.
“Kufufufu.. tidak kusangka, Varia akan meminta bantuanku,” meski sambil mengejek, Mukuro membantu belphegor menahan serangan Vindice. Keduanya segera bersiap untuk serangan berikutnya.
Sang vindice pun sudah bersiap menggunakan night flame nya untuk bertarung. Bel berusaha melapisi pisau2 nya dengan storm  flame, namun ia tak bisa.
“Percuma saja, kau tak bisa menggunakan flame mu di sini. Tempat ini adalah masa lalu,” jelas Mukuro ketika melihat sang storm Varia kebingungan.
“Haah ? Yang benar saja...,” respon Bel yang kurang senang mendengar penjelasan dari Mukuro. Ia kemudian melompat mundur untuk menghindari pertarungan jarak dekat dengan Vindice, namun mata Bel menangkap sosok menyebalkan yang muncul di saat yang tidak tepat.
“Shisou ? Bel-senpai ? Kenapa kalian berisik sekali ? Aku tidak bisa tidur ~” keluh Flan yang muncul tanpa diharapkan.
“Kau, bukan dari zaman ini. Kau akan ditangkap,” ujar si Vindice tegas sambil bersiap menyerang ke arah Flan.
“Gawat !” Mukuro hendak melompat dan menyelamatkan Flan, namun sayang, tiba-tiba muncul Vindice lain yang menahan tubuhnya dengan rantai berlapiskan night flame. Mukuro bisa saja menggunakan ilusi untuk melarikan diri, tapi sayang sekali hanya mist flame yang bisa digunakan untuk menipu sang penjaga penjara.
“Dasar bocah merepotkan !” GREP ! Di saat yang tepat, Bel berhasil meraih tubuh Flan untuk menghindari rantai dari Vindice, Namun sial bagi Bel, serangan kedua tak sempat dihindarinya.Rantai berlapiskan night flame menjerat tangan dan kaki belphegor.
“Ugh..sial,” Bel mengerang kesakitan. Di saat yang sama, ia melihat Mukuro berhasil melepaskan diri dari salah satu Vindice. Ia menggunakan kesempatan itu untuk melempar Flan pada Mukuro.
GREP ! Mukuro berhasil menangkap tubuh mungil Flan dengan rapi.
“Oi Mukuro ! Jaga bocah itu, dia akan berguna bagi kami di masa depan... shishishi,” ujar Bel yang masih sempat tertawa walau sedang terjerat rantai Vindice. Perlahan tubuhnya di seret menuju sebuah lubang hitam yang kemungkinan mengarah ke Vendicare prison.
“Bel-senpai !  Jangan mati !!!” teriak Flan tanpa dosa. Meski dengan nada datar, ia sebenarnya sangat khawatir pada senpainya yang satu ini.
JLEB JLEB JLEB ! Entah bagaimana Bel masih sempat melempar froghat milik Flan dengan beberapa bilah pisau.
“Stupid kid ! Aku tidak akan mati semudah itu, Im a prince after all shishishi....” dan beberapa detik kemudian Bel menghilang di antara lubang hitam.
“Senpai !!!!!!!”
“Ssstt..tenang Flan, aku masih di sini bersamamu. Ayo kita harus pergi dari sini. Jangan sia-siakan pengorbanan Varia itu,” ujar Mukuro sambil membawa Flan menjauhi tempat para Vindice.
Mukuro masih belum tahu apa yang terjadi, tapi yang jelas jika Vindice sudah ikut terlibat, maka situasi saat ini bukanlah situasi yang bagus. Paling tidak ia harus menemukan tempat yang aman untuk berlindung, ya paling tidak untuk melindungi si kecil Flan.
Setelah beberapa puluh menit berjalan Mukuro menemukan sebuah mansion yang cukup besar. Tempat yang sempurna untuk bermalam sekaligus berlindung.
“Oya..oya...tempat ini sepertinya tidak buruk juga, fufufufu...”

xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxx

Huf… rasanya sangat nyaman setelah seharian berada di hutan kini Tsuna bisa merasakan nikmatnya mandi air hangat. Tsuna memasuki ruang tengah dimana Giotto terlihat sedang berkumpul.
“Tsuna kemarilah, kami sedang membicarakan mengenai benda yang bisa mengembalikan kalian kemasa depan.” Giotto meminta Tsuna untuk duduk di sampingnya. Tsuna perlahan mendekati giotto dan duduk di sampingnya. Wajah Tsuna agak merona saat itu mengingat ciuman yang mereka lakukan.
“Apa kau terlalu lama berendam air hangat? Wajahmu memerah.” Goda Giotto. Tsuna hanya terenyum malu.
“Di balik kertas ini ada sebuah kode. Apa kau tahu arti dari kode ini?” Giotto memberikan kertas ramalan kepada Tsuna. Ada kode tertulis dengan pena warna merah di baliknya.
“Ah, ini….” Tsuna mengenali kode ini.
D18, 0027 ,8059,6926,GioC
“Kau tahu kode ini, Tsuna ?” tanya Giotto lagi.
Jujur saja, Tsuna tidak mengetahui arti kode itu, tapi dia sangat mengenal tulisan tangan yang menulis kode itu. Tulisan sang home tutor yang sangat ditakutinya, Reborn. Entah kenapa, kode yang ditulis oleh Reborn terasa seperti pesan kematian.
Note=kode2 diatas adalah kode rahasia para fujoshi dan fudanshi, entah kenapa dan bagaimana(author tidak peduli)Reborn bisa mengetahui kode2 tersebut. Penasaran ? ikuti terus ceritanya...shishishishi (#woiii ! Belphegor udah keluar dari cerita, jangan copy tawanya melulu dong)
“Etto.. kurasa kode ini tidak ada artinya Giotto-san, lebih baik kita analisa peta yang tadi ditemukan oleh Gokudera-kun saja,” jawab Tsuna sambil tertawa.Ia kembali menatap sang Primo yang masih menatapnya dengan tatapan intens, membuatnya mau tak mau kembali mengingat adegan manis yang baru saja terjadi.
Ah, sial, jantungnya kembali berdetak tak karuan. Mata dan tatapan sang Primo begitu memabukkan . >////<
“Tsuna, kenapa diam saja ?” Giotto mendekatkan tubuhnya sekaligus wajahnya mendekati sang decimo. Hanya beberapa senti jarak diantara keduanya. Tanpa alasan yang jelas, Giotto menyentuh dagu Tsuna dengan lembut, berusaha mendekatkan bibir Tsuna mendekati miliknya.
Lebih dekat...Tambah dekat...Sedikit lagi...
BRAK ! Sekumpulan herbivore (eh, ini bukan ceritanya hibari ding,) maksudnya, sekumpulan teman2 Tsuna (read: Enma,Gokudera cs) mengganggu hot scene yang baru saja akan dicontohkan oleh Giotto.Intinya, Giotto sama Tsuna gagal ber lovey dovey. -,-
“E-enma, Go-gokudera-kun ? ada apa ? apa yang terjadi ?” tanya Tsuna gelagapan. Sementara Giotto tetap stay cool, sambil tersenyum ‘ngece’ ke arah Enma.
Merasa dilecehkan, Enma memutuskan untuk take action dan menarik Tsuna menjauhi sang ancestor Vongola. Membuat Tsuna makin kebingungan dengan apa yang terjadi.
“Enma ? ada apa ??” tanya Tsuna.
“Tsuna...aku......” akhirnya Enma menghentikan langkahnya. Ia sudah bertekad untuk menyatakan perasaannya tapi.....
“Juudaime !” errrr, lagilagi upaya pendekatan Enma diganggu. Kali ini adalah Gokudera tersangkanya. Ugh, Enma hanya bisa gigit sandal sambil jedukin kepala ke tembok #lho ?.
“Ada apa Gokudera-kun ?” tanya Tsuna serius (suasana balik ke serius lagi)
“Ada penyusup di mansion ini,” jawab Gokudera cepat.
“Jika ada penyusup pasti bukan orang biasa, kastil ini memiliki sistem pengamanan yang tidak sembarangan,” respon Giotto yang tiba-tiba sudah muncul di belakang ketiganya. Membuat Enma makin kesal. >;(
“Jangan-jangan...Vindice, atau...”
“Bukan, penyusupnya adalah,,,,Rokudo Mukuro,” jawab Gokudera.

xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxxx

5 meter.
Dino berjalan dengan jarak aman di belakang Hibari. Sejak kejadian ‘malam itu’ sang karnivore Nanimori semakin sensitif dengan keberadaan sang  Kuda Cavallone. Terpaksa, Dino harus menjaga jarak aman dengan Hibari jika masih sayang nyawa.
“Kyouya~ apa kau masih marah ?” tanya Dino dengan bodohnya.
TRANG ! BUAGH !
Itulah jawaban dari Hibari (?). Tonfas keras nan mematikan baru saja melayang ke wajah tampan (#halah) Dino Cavallone. Membuat sang Haneuma kembali mengerang kesakitan. Apakah Dino begitu lemah sampai Tonfas saja membuatnya mengerang kesakitan ? Bukan...bukan...anda salah besar. Yang lebih menyakitkan adalah sikap Hibari yang semakin menolak cinta dan keberadaan sang Cavallone...hikz hikz T.T
“Kyouya, Kau tak perlu semarah itu kan ? Lagipula, kau juga menikmatinya kan ? Kenapa kau harus- “
GLUP ! Death glare yang lebih sadis dari biasanya dikirimkan Hibari pada Dino, membuatnya kembali melangkah mundur lebih dari 5 meter.
Alhasil sepanjang perjalanan, sang Haneuma harus berjalan dengan jarak aman. Dia bisa saja pergi, tapi tidak.... Ia tak mau meninggalkan murid tercintanya sendirian. Bisa saja nanti si Kyouya diculik oleh makhluk jahat tak bertanggung jawab karena Kyouya yang terlalu manis.
Note : Hanya orang tak sayang nyawa yang berani menculik karnivore ganas macam Hibari.
Hampir 10 jam berlalu, entah kenapa Dino merasakan ada yang aneh dengan cara berjalan Hibari. Langkahnya semakin melambat dan berdirinya semakin goyang. Di tambah lagi, meskipun dari jauh desah nafas Hibari terasa begitu berat. Death aura di sekitarnya juga menipis.
“Kyouya ? Kau baik-baik saja ?” tanya Dino khawatir. Dengan memantapkan tekad, Dino memperpendek jaraknya menjadi 3 meter saja dari Hibari.
GLUP. Eh ? Aneh ? Kenapa tidak ada Tonfas yang melayang ke arahnya ? Bahkan deathglare pun tidak ada ?
“Kyouya ? Apa ada yang salah ?” tanya Dino semakin khawatir.
Sang skylark tak menjawab. Tangan kanannya berpegangan pada salah satu pohon di sebelahnya, seolah ia sudah tak kuat untuk berdiri. Tak berapa lama kemudian ia menyandarkan tubuhnya pada pohon di sebelahnya, kemudian melirik sang Haneuma yang terlihat khawatir. Harus diakui, wajahnya yang memerah dan nafasnya yang tak beraturan mengindikasikan bahwa seorang karnivore pun bisa terkena demam.
“Hh..Haneuma...” kepalanya terasa begitu berat, bahkan pandangannya pun sudah semakin kabur. Bahkan bicara pun terasa begitu sulit, namun tak tahu kenapa ia masih sempat memanggil sang Haneuma sebelum terjatuh tak sadarkan diri.
What ?? seorang Hibari Kyouya tepar ? Seems so impossible -,-
“Kyouya !!!” secara Reflek Dino segera menahan tubuh indah Hibari agar tak tergores akibat menghantam kerasnya bebatuan #halah. Dino menyentuh dahi Hibari dengan lembut, panas tubuh yang tak biasa dari Hibari membuat Dino semakin khawatir.
Hmm, sungguh aneh memang. Tidak biasanya dan sangat jarang terjadi, bahkan hampir tidak mungkin seorang karnivore ganas seperti ini bisa ambruk hanya karena demam. Yang lebih anehnya, kebiasaan Hibari yang sering tidur di luar, tepatnya di atap gedung Nami chuu , seharusnya membuat dirinya kebal dengan yang namanya demam seperti ini. Mungkin ada satu rutinitas yang tak biasa dilakukan Hibari sebelumnya tapi baru saja terjadi kemarin malam atau akhir-akhir ini...
Hmm... Yang tak biasa terjadi, tapi terjadi tadi malam..
Ehh? Tidak mungkin ? Jangan-jangan...
Yang kemarin malam, adalah yang ‘pertama’ bagi Kyouya ?
BLAM ! Rasa bersalah langsung menghantui seumur hidup sang Dino Cavallone. Huwaaa...Gomenasai Kyouya T-T
“Kyouya, bertahanlah,,,” seru Dino khawatir . Wajah Hibari semakin memerah dan sepertinya sulit sekali bernafas. Dino segera melepas jaket hijau kesayangannya dan memberikannya pada Hibari agar tubuhnya tak kedinginan.
“Aku harus mencari tempat yang nyaman agar Kyouya bisa beristirahat,” di saat yang sama Dino melihat sebuah mansion yang cukup menjanjikan. Tanpa banyak berpikir, ia segera berlari sekuat tenaga menuju mansion itu. Tentu saja, semua ini demi his lovely student.
Hibari Kyouya the one and only <3.

xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxxx

“Waa Mukuro... aku tidak tahu kalau kau juga terlempar ke masa kini.” Tsuna terkejut melihat mukuro yang sedang asyik menemani Flan memakan tart stroberry yang diambil dari kulkas Giotto.
“Tidak seperti kalian, aku kemari atas keinginanku sendiri. Lagipula aku harus memastikan keselamatan Flan yang dengan bodohnya mengikuti kalian.” Mukuro menyeka mulut Flan yang belepotan oleh krim tart.
“Waaa….. itu tart favorite ku, seenaknya saja kalian memakannya !” Giotto merasa kesal melihat tart kesayangannya nyaris habis dilahap oleh Flan. Padahal dia sudah merencanakan untuk menikmati tart tersebut dengan Tsuna, dengan cara penyajian lain tentunya.
“Apa mereka juga temanmu? Sebenarnya ada berapa orang lagi yang terlempar ke masa sekarang?” tanya Cozarto menggaruk-garuk kepalanya merasa kerepotan dengan semua kejutan dari orang-orang aneh ini.
“Awalnya aku berfikir hanya kami berempat, tapi ternyata Mukuro dan Flan juga.” Tsuna juga merasa kebingungan.
“Jangan lupakan Belphegor, Namimori maniak dan gurunya itu.” Mukuro menambahkan.
“Haaa, jadi Hibari-san dan Dino-san juga terlempar ke sini? Apa yang sebenarnya direncanakan oleh Reborn?”
“Mukuro apa kau sudah tahu jika kita tidak bisa menggunkan flame di masa sekarang?” Yamamoto duduk di samping flan dan ikut menikmati tart yang masih tersisa. Tidak bisa dipungkiri dia sebenarnya juga lapar.
“Ya aku tahu dari si pria bercambuk itu.”
“Apa maksudmu Dino-san? Dimana dia sekarang?”
“Entahlah, terakhir kali dia pergi dengan Hibari.”
Terdengar suara berisik dari halaman belakang. Seperti ada seseorang yang sedang berusaha menyusup.
“Apa lagi sekarang?” Cozarto memeriksa melalui jendela yang ada.
“Ada seseorang di sana. Biar aku yang tangani.” Mukuro bangkit dari sisi Flan dan membuka pintu yang menuju halaman belakang Mansion dan dia melihat sesosok bayangan di sudut halaman. Mengeluarkan Flame of Mist nya, Mukuro bersiap menyerang apapun yang menantinya. Perlahan bayangan itu semakin mendekat dan Mukuro siap menyerang siapapun itu.
Dino menangkis serangan dari Mukuro. Dia tidak menyangka Tsuna dan yang lainnya berada di Mansion ini. Saat dia berusaha mendekati mereka malah serangan dari mukuro yang dia dapat.
“Dino-san !” Tsuna mengenali sosok Dino yang sedang kewalahan mehindari serangan dari Mukuro. Mukuro juga sebenarnya sudah mengetahui bayangan itu adalah Dino. Tapi tentu saja dia ingin bermain sedikit untuk memanaskan ototnya.
“Hei, Stop it ! It’s me.” Dino berusaha menghentikan Mukuro yang masih menyerangnya dan akhirnya Mukuro pun berhenti.
“Fufufu terima kasih atas pemanasannya.” Mukuro dengan ekspresi puas masuk kembali ke dalam mansion.
“Sial. Jadi kau sengaja!” Dino sangat kesal jika harus berurusan dengan bocah yang satu ini.
“Tsuna, bukankah seharusnya temanmu itu tidak bisa menggunakan flame nya? Tapi tadi kenapa….” Cozarto mulai bingung kembali. Yang lain juga baru menyadari bahwa barusan Mukuro menggunakan Flame of Mistnya untuk menyerang Dino. Dengan cepat mereka mengejar Mukuro.
“Mukuro-san, kenapa…kenapa kau bisa menggunakan flame mu?” Tsuna yang kini sudah berada di samping Mukuro tidak sabar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
“Hmmm, aku juga baru menyadarinya setelah kau menanyakan hal itu.”
“Apa sejak sampai di sini kau masih bisa menggunakan Flame mu?” Yamamoto juga sama penasarannya dengan Tsuna dan yang lainnya.
“Tidak, sesaat setelah sampai di sini aku tidak bisa mengeluarkan Flameku, Mungkin karena aku melakukan ‘itu’ dengan Flan, aku jadi bisa menggunakan flame ku.” Mukuro menjawab dengan santai.
“Apa yang kau maksud dengan ‘itu’?” Gokudera dan yang lainnya sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh kepala nanas ini.
“Ah, Jangan-jangan aku juga bisa menggunakannya setelah melakukan ‘itu’ dengan Kyouya.” Dino yang baru saja masuk mencoba untuk mengeluarkan Flamenya, dan ternyata bisa.
“Wait ! apa yang sebenarnya kalian maksud dengan ‘itu’?!” yang lainnya tetap saja tidak mengerti.
Dino-san ! Apa maksudnya dengan melakukan ‘itu’?” Tsuna masih berusaha mendesak Dino. Ia harus mengetahui apapun ‘itu’ agar bisa mengeluarkan flame nya di zaman ini, menemukan benda itu dan agar bisa segera kembali ke masa depan.
“Anoo...bagaimana menjelaskannya ya ? Kalau aku menceritakan pada kalian , bisa-bisa aku dibunuh oleh Kyouya...” ujar Dino kebingungan.
“Akhhh.. kau ini bertele-tele sekali sih Cavallone, biar aku tanyakan langsung pada battle maniac itu ! Ngomong-ngomong di mana dia sekarang ?” ujar Gokudera sambil mencari-cari keberadaan Hibari.
“Ahhhhh, Kyouya , benar juga ! Tsuna , tolong siapkan tempat istirahat untuk Kyoya !Dia sedang demam, tubuhnya panas, wajahnya memerah ,,dia bla bla bla.....” entah Kenapa Dino menjadi panik mendadak ketika mengingat Hibari yang sedang sakit.
“Ma..ma..Dino-san, tenanglah. Sebaiknya kau jemput Hibari terlebih dulu sementara kami siapkan kamar untuknya,” ujar Yamamoto mencoba menenangkan Dino.
Akhirnya Tsuna memilih mengalah dulu dan menunda rasa ingin tahunya. Ia dan Gokudera segera menemui sang Vongola Primo untuk memberitahukan apa saja yang baru terjadi. Tentang Mukuro, Dino dan bagaimana mereka bisa menggunakan flame nya.
“Hm, jadi begitu ya cara agar kekuatan flame kalian bisa keluar,” ujar Giotto sambil tersenyum aneh menatap Tsuna.
“Eh ? Kau tahu bagaimana caranya ?” tanya Tsuna penasaran. Namun Giotto hanya merespon Tsuna dengan senyum ‘mencurigakan’.
“Hm,ah, Gokudera-kun kau tak keberatan menyiapkan kamar untuk temanmu yang sakit tadi ?” ujar Giotto sambil menyerahkan sebuah kunci kamar pada Gokudera.
“Haah ? Kenapa harus aku ?” protes Gokudera.
“Jika Gokudera-kun keberataan biar aku saja yang...”
“Tidak perlu Juudaime, serahkan saja padaku !” dengan secepat kilat Gokudera menerima kunci dari Giotto dan melesat pergi meninggalkan Tsuna dan Giotto. Keduanya tak sadar bahwa Enma dan Cozarto menangkap pemandangan itu. Namun baik Enma maupun Cozarto masih membeku di tempatnya berdiri. Apa yang harus mereka lakukan ?

xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxxx

Cih, mentang-mentang dia seorang Vongola Primo seenaknya saja menyuruhku. Aku ini kan hanya patuh pada Juudaime saja, aku tidak peduli dengan Vongola lain yang bla ...bla...bla...” masih asik mengomel , Gokudera dikejutkan oleh Yamamoto yang merangkulnya dari belakang. Sontak, hal itu tanpa sadar membuat sang storm guardian blushing sejenak.
“Yakyuu baka ! Jangan mengagetkanku !” protes Gokudera.
“Ahahaha... begitu saja kaget,” goda Yamamoto.
“Errr... Sudah diam ! Ngomong2 di mana si Cavallone dan Battle maniac itu ?” ujar Gokudera mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Sepertinya kalian berdua akrab sekali,” komentar Dino yang tertawa geli melihat Yamamoto dan Gokudera yang sedang bertengkar kecil. Yah, sedikit banyak mengingatkannya pada pertengkarannya dengan sang Cloud Guardian. Hanya saja, bukan pertengkaran kecil seperti ini, mungkin lebih mirip perang dunia (yah, kau tahu kan bagaimana jadinya jika Hibari sedang ngamuk ?). Namun, tetap saja tak bisa menghilangkan kesan manis dari setiap pertengkaran itu.
“Cih, jangan sembarangan Cavallone, sudahlah ! cepat urusi saja muridmu itu , ini kunci kamarnya. Kamar yang ada di paling ujung sana,” ujar Gokudera kesal. Lagi2 ia menggunakan ekspresi kesalnya untuk menutupi wajahnya yang blushing mendadak (haha, dasar tsundere).
“Haha,,oke terima kasih,” ujar Dino sambil menerima kunci itu. “Ah, Yamamoto Takeshi , kemarilah sebentar,” panggil Dino. Ia kemudian membisikan sesuatu yang entah kenapa membuat si easy going Yamamoto terkaget kaget dengan wajah memerah.
“Hei ! Kalian sedang membicarakan apa sih ? jangan berbisik-bisik di depanku dong,” seru Gokudera kesal.
Yamamoto tetap fokus mendengarkan bisikan dari Dino sambil sesekali melirik pada Gokudera yang mulai kesal. Ahhh, hal itu semakin membuat wajahnya memerah.
“Nah, semoga berhasil Yamamoto-kun !” ujar Dino sambil berjalan pergi membawa Hibari yang masih pingsan tentunya.
“Oi baseball freak ! si Cavalloneitu bilang apa padamu ? Ke-kenapa wajahmu memerah begitu ?” tanya Gokudera, sebisa mungkin menekan nada cemburu yang mudah2han tak disadari olleh Yamamoto.
“Ah..dia memberitahuku tentang,,cara, yang kemungkinan, uhm,,bisa membuatku  membangkitkan kekuatan flame ku..tapii,,,” Yamamoto tak melanjutkan kalimatnya,namun justru menatap Gokudera dengan tatapan intens.
“Tapi apa ? “ tanya Gokudera tak sabar, namun tak ada respon hanya tatapan itu lagi. “Oi Yakyuu baka! Berhentilah menatapku seperti itu atau...hmphhhh”
Bungkam. Yamamoto membungkam mulut Gokudera dengan ciuman mendadak andalannya. Membuat otak dan pikiran sang storm guardian ter reset otomatis. Membuatnya lupa untuk melakukan protes.
“Ya...yama..Nghh..Nn” hanya 5 detik Yamamoto memberi kesempatan Gokudera untuk bernafas. Selanjutnya ia melakukan serangan tahap dua. Kali ini ia mencoba ‘french kiss’ , meminta sang storm guardian untuk membuka mulut dan memainkan lidahnya. Tak punya pilihan, Gokudera harus mengikuti permainan Yamamoto.
Gokudera tak bisa berbuat banyak,posisinya yang terpojok oleh Yamamoto dan dibatasi geraknya oleh tembok yang dibelakangnya hanya bisa memprotes dengan memberi tatapan memohon.
“Hayato...” Yamamoto memanggil Gokudera dengan nama panggilannya. Membuat hati Gokudera terasa melompat lompat tanpa alasan. Ia meminta lebih dengan mulai meraba-raba ‘bagian tubuh’ Gokudera yang lain.
“Tu-tunggu dulu Yamamoto, apa yang kau lakukan ?” protes Gokudera yang akhirnya berhasil sedikit memprotes.
“Mencoba membangkitkan kekuatan flame kita,” jawab Yamomoto tanpa dosa.
“A-apa maksudmu ? Akh.tu-tunggu dulu, jangan disini !” seru Gokudera panik.
Yamamoto menghentikan aksinya kemudian menatap Gokudera dengan tersenyum lebar namun dengan tatapan nakal. “Ah, memangnya kenapa ?” tanyanya tanpa dosa.
“Are you stupid ? Na- nanti...Juudaime melihat kita,,,,jadi-Hmphh” ciuman ketiga. Ah, sudah yang ketiga rupanya ?
Cekrek ! Entah kenapa, dewi fortuna sedang memihak sang rain guardian. Di belakang Yamamoto sebuah ruangan tak terkunci berhasil dibuka. Dengan segera ia menggendong Gokudera ala bridal style dan melemparnya ke tempat tidur.
“Hei, apa yang kau lakukan, stupid baseball freak ?” protes Gokudera.
Chu ~ bukan ciuman panas yang diberikan Yamamoto. Namun hanya ciuman ringan di kening yang cukup membuat si cerewet storm guardian terdiam.
“Maaf Gokudera, kali ini aku akan lebih lembut,”  bisik Yamamoto pelan beberapa senti dari telinga Gokudera.
“Che ! Sebaiknya kau memberiku penjelasan yang memuaskan setelah ini,” respon Gokudera sambil mengalihkan pandangannya dari wajah bodoh Yamamoto( menurut Gokudera, wajah si baseball freak yang tanppa beban ini terlihat seperti orang bodoh,namun hal itu sering membuatnya blushing tanpa alasan#ah dasar tsundere XD )
Yamamoto tersenyum puas. Pernyataan Gokudera barusan seperti sebuah persetujuan.
“Ahahaha..Akan kujelaskan semuanya sampai kau puas.....Hayato,” respon Yamamoto sambil mencium surai silver Gokudera. Hmmm, wajahnya yang merona seperti strawberry di antara es krim vanila. Wangiii dan menggiurkan.
“Tch, sebaiknya kau tidak memanggilku begitu di depan Juudaime,” protes Gokudera, yah dengan wajah yang merona bagai strawberry tentunya. Membuat sang rain guardian semakin lapar. Strawberry dan es krim vanilla, dessert yang menggoda..
“Wakatteru yo, Gokudera. Bisa kita mulai sekarang ?”
“Tch, Do as your wish !”

xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXxxx
TsuZuKu-ToBeContinued-Lanjut
Fyuh, akhirnya update juga (baru sempat posting ) XD, yah kalau ada protes atau saran atau sekedar jempol, boleh di klik tombol komentar. Sankyu ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stop being silent reader and write your comments.......