Previous Chapter : Daemon Spade datang
dari masa depan untuk mengubah masa depan ? Ditambah lagi Daemo bekerja sama
dengan Bermuda dan juga Vindice. Apa yang akan dilakukan Tsuna cs ?
CHAPTER 3
Judul : One day in the Past
Genre :Comedy, Romance, Adventure,Action
Pairing :
D18, 0027,8059, 6926 (Hint : G27, ,6918,1827)
Rate : T (yang masih anak-anak jangan
baca)
“Nandeee ?? Kita
terlempar ke masa lalu ?”seru Gokudera kaget. Ia masih tak percaya, namun
melihat kenyataann
ya, ada dua ancestor
mafia legendaris (Vongola dan Simon)sedang berada di depannya, ia tak memiliki
alasan untuk memungkirinya.
“Hahaha..sulit
dipercaya,” komentar Yamamoto santai (as always -,-). “Tapi Tsuna ? apa kau tahu
alasan kita terlempar ke masa ini ?” tanya Yamamoto serius.
#Sigh#. “Entahlah,
hanya Reborn yang tahu,” jawab Tsuna pasrah.
“Ah, Reborn ?
Mungkinkah kalian adalah anak2 dalam ramalan yang disebutkan dalam Legendary
Reborn’s Oracle ?” seru Giotto tiba-tiba .
Ha ? Legendary
Reborn’s Oracle ? What the hell is that ? Intuisi super Tsuna mengatakan ada
yang aneh dengan ramalan itu. Entahlah, pasti ada sesuatu yang tidak beres jika
ada nama Reborn di situ.
Tak beberapa lama
kemudian, Giotto membawa sebuah kotak yang di dalamnya terdapat sebuah surat
gulungan yang sepertinya sangat penting. Ia membuka surat itu dan menunjukannya
pada Tsuna.
“Beberapa hari yang
lalu, seseorang memberikanku ramalan ini. Di sini tertulis kau harus mencari
suatu benda dan melindunginya untuk bisa kembali ke masa depan,” jelas Giotto.
“Hmm, sepertinya
ramalan itu masuk akal,” komentar Gokudera.
“Tapi... kenapa di
masa ini, kita tidak bisa menggunakan kekuatan flame kami ?” tanya Yamamoto
heran.
“Flame ?” Intuisi
super Tsuna secara reflek membuatnya segera membaca Reborn’s Oracle untuk
menemukan petunjuk. Dan ternyata benar, di situ tertulis : mereka yang bukan
dari zaman ini tak bisa menggunakan kekuatan flame nya. Namun, kekuatan flame
mereka dapat dibangkitkan di zaman ini dengan bantuan...
“PARTNER ? Apa
maksudnya ?”
“Mungkin semacam
ikatan hati yang harus diciptakan diantara dua orang. Kau tahu kan, sebelumnya
kekuatan flame kita ditentukan seberapa kuat ketetapan hati untuk bertarung,”
jawab Enma tanpa diduga sambil sesekali melirik ke arah Tsuna dengan tatapan
aneh.
“Tapi masalahnya,
siapa yang akan menjadi partnerku ? Selama ini kekuatan flame ku bisa keluar
karena dying will bullet milik reborn...”
“Isnt it obvious,
Juudaime ? Sebagai tangan kananmu, tentu saja aku yang akan menjadi partnermu
!” seru Gokudera bersemangat membayangkan ia akan benar-benar ‘secara resmi’
menjadi partner boss yang dikaguminya.
“Semangat yang bagus
anak-anak. Kita bisa melakukan latihan flame itu sambil berjalan. Aku baru saja
mendapatkan informasi dari salah satu guardianku. Ada seseorang dari masa depan
yang berniat menghancurkan Vongola di masa ini,” Giotto memberi informasi
dengan nada serius.
Tsuna cs kemudian
mendengarkan informasi dari Sang Vongola Primo dengan seksama, kemudian mereka
memutuskan untuk mengutamakan misi pencarian benda yang dapat membawa mereka
kembali ke masa depan. Beruntung, Gokudera yang cermat berhasil menemukan peta
yang terletak di bagian dalam kotak tersebut.
Misi mereka pun
dimulai !
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXxxxxx
Dengan hati-hati, Dino
menyingkirkan tonfas kesayangan Hibari menjauh dari jangkauan sang Skylark.
Dino menatap wajah polos Hibari dengan seksama, lebih lama dari biasanya. Ia
sendiri hampir tak percaya, wajah polos dan manis seperti ini akan berubah total
menjadi karnivore ganas jika sampai ada yang berani mengganggu tidurnya. Yeah, but Dino has already made up his mind,
He can think about the risk later.
“Kyouya,” Dino memulai
aksinya dengan memeluk tubuh kecil Hibari , menempelkan hidungnya pada rambut hitam
sang Skylark. Hmmm,...Wangi, membuat sang Haneuma semakin ingin menikmati
Hibari seutuhnya.
“Hmn ? Haneuma, Apa
yang kau lakukan ?” Hibari terbangun.Gawatttttt.
“Hmm,,Anoo... May I
kiss you, Kyouya ?” tanya Dino dengan bodohnya.
“Huh ? Kamiko- Hmph Ngh....”
tak menunggu Hibari memberikan jawabannya, Dino melancarkan kissing attack nya
tanpa aba-aba sementara tangannya mempermainkan ‘bagian sensitif’ Hibari
lainnya.
“Tunggu,
Haneuma..jangan sentuh..ahh,” selesai memberikan ciuman pembuka, Dino lanjut memberikan
kissmark hingga membuat sang Skylark mengerang ,entah karena kesakitan atau
kenikmatan.
“Nee, Kyouya. Malam
ini saja, kumohon jangan memprotes,” ujar Dino sambil memberikan ciuman renyah
di bibir Hibari. Mencoba menghipnotis mata onyx Hibari dengan hazel miliknya.
Hibari menyipitkan
matanya, mencari cari keberadaan tonfas miliknya, tetapi sial..ternyata benda
itu berada 5 meter jauh dari jangkauannya. Orang ini, benar-benar ingin digigit
sampai mati !
“Kyouya...please,”
pinta Dino lagi. Ia memperjelas permohonannya dengan membuka satu per satu
kancing yang menutupi tubuh halus Hibari. Ya, ia meminta lebih.
“Haneuma, sebaiknya
kau sadar apa yang sedang kau lakukan,” ujar Hibari datar.
“Aku sangat sadar apa
yang sedang kulakukan,” Dino kembali memberikan ciuman hangat dan lama ke bibir
tipis Hibari. Kali ini ia mencoba mengajak lidah sang skylark untuk bermain. Di
luar dugaan, kali ini Dino lah yang terkejut karena Hibari ‘bermain’ dengan
sangat luar biasa.
“Hmnn..Akkhh..Haneuma,
stop..” Mau tak mau Hibari harus menarik diri terlebih dahulu. Wajahnya yang
memerah seperti tomat siap petik (?) membuat sang Cavallone semakin lapar.
“Kyouya., jangan
salahkan aku. Kau..terlalu manis...” lanjut Dino sembari melanjutkan serangan
lainnya. Menjilat setiap lekuk tebuh Hibari yang halus dan seksi... memberikan
kissmark di setiap bagian tubuhnya, Memberi tanda, Hibari kyouya is mine.
“Hh..Hh..After this, I
will surely bite you death,” ujar Hibari masih sempat mengancam sang Cavollone
di sela – sela kenikmatan yang ia rasakan.
Sang Cavallone hanya
merespon Hibari dengan tersenyum lebar penuh rasa lapar. “ I will wait for
that, Kyouya. But for now, let me eat my meal,”
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXxxx
Enma
merasa sedikit kesal melihat Giotto terus menempel pada Tsuna. Mereka sudah
berjalan melewati hutan selama lebih dari 30 menit, dan selama itu pula Giotto
terus menempel pada Tsuna layaknya anak anjing pada induknya. Dan kenapa mereka
berjalan di tengah hutan? Tentu saja untuk kembali ke Vongola Mansion setelah
mereka berempat berkumpul. Giotto mengatakan akan lebih mudah baginya untuk
mengurus semua yang diperlukan dalam penyelidikan jika dia berada di Mansion.
“Kau
tidak perlu memasang wajah seperti itu.” Cozarto menyentuh bahu Enma. Enma yang
yang terkejut hanya bisa salah tingkah berusaha menutupi wajahnya.
“Kau
tenang saja, tidak ada apa-apa diantara mereka. Bukankah mereka baru bertemu
selama beberapa jam saja? Bagaimana mungkin ada sesuatu, haha…”
“Hubungan
mereka tidak sesederhana yang kau pikirkan.” Enma tahu hubungan batin antara
Tsuna dan Giotto sangatlah kuat. Dia pernah mendengar Tsuna bercerita tentang
pendahulunya itu yang sering membantunya di masa mereka berasal. Enma hanya
bisa menghela nafas panjang, kini tidak aka nada waktu lagi baginya untuk
berduaan dengan Tsuna.
“Taadaa…
kita sudah sampai. Selamat datang di Vongola Mansion.” Giotto memperlihatkan
sebuah gerbang tinggi yang terlihat sangat kokoh melindung sebuah bangunan
putih megah di baliknya.
“Waaa,
Cool, aku tidak tahu kalau Vongola memiliki Mansion semegah ini.” Gokudera
berkata dengan penuh kekaguman.
“Tentu
saja, bukankah kita belum pernah ke markas utama Vongola?” Yamamoto tersenyum
melihat tingkah Gokudera.
“Sebenarnya
ini bukan markas Vongola, hanya mansion pribadiku saja.” Kata Giotto merogoh kantung
celananya.
“Baiklah,
sudah cukup bersantainya, ayo cepat bawa kami masuk.” Cozarto meminta Giotto
untuk segera membuka gerbang, namun yang di lakukan Giotto hanya terdiam.
“Apa
lagi yang kau tunggu? Cepet buka gerbangnya, aku sudah lapar karena belum makan
apapun sejak pagi ini.” Cozarto mulai tidak sabar, tapi Giotto masih terdiam.
“Eeee,
Ano…..”
“Wait,
jangan bilang kau tidak punya kuncinya.” Cozarto mulai merasakan sesuatu yang
tidak enak, dan benar saja duagaannya. Giotto mengangguk perlahan dan tersenyum
tanpa dosa.
Mereka
menghela secara bersamaan dan terduduk lemas. Percuma saja mereka berjalan
sejauh ini melewati hutan dan gunung jika akhirnya mereka tetap tidak bisa
menikmati kehangatan Mansion itu.
“Apa
mansion sebesar ini tidak ada penjaga atau pelayannya?” Gokudera melihat
sekililing mansion dari balik gerbang. Terlihat sepi dan tidak berpenghuni.
“Mungkin
jalan tercepat adalah melompati tembok ini.” Kata Yamamoto melihat tembok yang
tingginya mungkin sama dengan tembok besar yang ada di Cina.
“Yah
kau benar, itu lebih baik dari pada kita harus berada di luar seperti ini.”
Cozarto dengan mudahnya melompat ke puncak tembok. Bukan pemimpin Simon
Fagmilia namanya kalau melompati tembok seperti ini saja tidak bisa.
“Apa
aku perlu menggendongmu? Bukankah lukamu masih terasa sakit?” Yamamoto berusaha
menggoda Gokudera yang terlihat tidak yakin bisa melompati tembok itu.
“Cih,
aku tidak selemah yang kau pikirkan Baseball Freak. Tembok serendah ini akan
dengan mudah kulewati.” Dengan nada kesal Gokudera melompat menuju puncak
tembok. Yamamoto hanya tertawa, karena dia bisa melihat wajah Gokudera yang
merona di balik nada bicaranya yang ketus.
Dalam
hitungan detik Yamamoto juga berhasil melompati tembok itu dan mereka berempat
menghilang ke sisi yang satunya. Tsuna masih dengan berkeringat memperhatikan
teman-temannya yang dengan mudahnya mampu melewati tembok detinggi ini. Huf…
melompati gerbang Namimori yang tidak seberapa jika di bandingkan dengan tembok
ini saja Tsuna sudah kewalahan, bagaimana dengan yang ini.
Giotto
memperhatikan Tsuna yang yang terlihat ragu. Hop….dengan cepat Giotto
menggendong Tsuna.
“Giotto-san
apa yang kau lakukan?” Tsuna terkejut dengan apa yang dilakukan Giotto dan
tanpa disadari tubuhnya menggeliat berusaha untuk melepaskan diri.
“Aku
akan membantumu melewati tembok ini. Jika kau tidak ingin kita terjatuh lebih
baik kau tenang.” Giotto berbisik di telinga Tsuna. Badumb…. Tsuna merasa detak
jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Perasaan apa ini?
“Lets
go!” Giotto melompat sangat tinggi mebuat Tsuna terkejut dan tanpa sadar
memeluk leher Giotto dan memejamkan
matanya.
“Giotto-san
kau melompat sepuluh kali lipat lebih tinggi dari tembok, haruskah kau
melakukan hal itu?” Tsuna masih memeluk
Giotto dengan erat. Tentu saja Giotto sengaja melakukan hal itu karena dia
ingin Tsuna memeluknya. Giotto juga sengaja untuk mendarat di tempat yang
berbeda dari teman-teman yang lainnya.
“Tsuna,
buka matamu. Kita sudah mendarat.” Giotto berbisik lembut. Masih memeluk
Giotto, Tsuna perlahan membuka matanya dan terlihat lega saat melihat Giotto
sudah terduduk di tanah memangku Tsuna di kedua kakinya
“Hm,
apa ini artinya kau takut ketinggian?” Tanya Giotto menggoda. Tsuna mengalihkan
pandangannya ke wajah Giotto. Mereka sangat dekat. Tsuna dapat merasakan nafas
Giotto yang hangat dan aroma rambutnya yang wangi. Badumb…sekali lagi Tsuna
merasakan sensasi aneh pada tubu;hnya
dan jatungnya lagi-lagi berdebar kencang.
Gawat.
Jika mereka sedekat ini, Giotto dapat merasakan detak jantungnya. Dengan
perlahan Tsuna melonggarkan pelukannya berharap giotto segera melepaskannya.
Tapi Giotto hanya terdiam menatap Tsuna dengan lembut. Giotto menentuh
dagu Tsuna dan membawa bibir anak itu
padanya. Ciuman lembut mendarat di bibir
Tsuna yang membuatnya kembali mengencangkan pelukannya pada Giotto. Mmm… ciuman
yang sangat manis.
xxxxxXXXXXXXXXXXXXXXxxxx
“Sh..Shisou... aku
lapar,” Flan menggigil kedinginan karena aktivitas yang baru saja dilakukannya
di dalam air. Mandi ? ya, bisa dikatakan begitu, hanya saja kali ini Shisou
pineaple nya ikut terlibat, dan jika si nanas sudah ikut terlibat, segala
sesuatunya menjadi luar biasa, bahkan mandi sekalipun.
“Oya...oya...
sebenarnya aku juga masih lapar,” Mukuro kembali mencicipi bibir lembut Flan
yang terasa sangat manis baginya. Baiklah, Mukuro masih belum puas. Namun ia
juga tak tega melihat muridnya yang berharga (harus diakui Flan adalah aset berharga dalam 10 tahun ke depan)
kedinginan seperti ini.
“Ah..hh...Ngh,
Shi-shishou, aku mohon,” Flan memohon dengan raut muka memerah. Bahkan seorang
Rokudo Mukuro pun tak bisa menolaknya. Well, harus diakui raut wajah Flan
terkadang begitu manis dan lugu membuat Mukuro sulit untuk menolak permohonan
sang murid.
“Kufufufu..baiklah,
bisa repot jika kau sampai demam karena kedinginan,” Mukuro membelai pipi Flan
lembut kemudian membawa Flan di sebuah rumah kecil tak berpenghuni. Ia
merebahkan tubuh mungil Flan dan menyelimutinya dengan lembut, membiarkan sang
murid tertidur karena kelelahan.
DHUAR ! Dari luar
terdengar suara ledakan keras hingga membuat Mukuro harus repot-repot
mengeceknya.
Di luar terlihat
Belphegor sedang kuwalahan menghadapi seorang musuh yang tak lain
aadalah...Vindice ? Apa yang dilakukan penjaga penjara terkutuk itu di tempat
ini ?
“Tch, kalau kau
sudah selesai bermain, paling tidak lakukan sesuatu dengan vindice sialan ini,”
seru Belphegor sambil melirik kesal pada Mukuro.
“Kufufufu.. tidak kusangka,
Varia akan meminta bantuanku,” meski sambil mengejek, Mukuro membantu belphegor
menahan serangan Vindice. Keduanya segera bersiap untuk serangan berikutnya.
Sang vindice pun
sudah bersiap menggunakan night flame nya untuk bertarung. Bel berusaha melapisi
pisau2 nya dengan storm flame, namun ia
tak bisa.
“Percuma saja, kau
tak bisa menggunakan flame mu di sini. Tempat ini adalah masa lalu,” jelas
Mukuro ketika melihat sang storm Varia kebingungan.
“Haah ? Yang benar
saja...,” respon Bel yang kurang senang mendengar penjelasan dari Mukuro. Ia
kemudian melompat mundur untuk menghindari pertarungan jarak dekat dengan
Vindice, namun mata Bel menangkap sosok menyebalkan yang muncul di saat yang
tidak tepat.
“Shisou ? Bel-senpai
? Kenapa kalian berisik sekali ? Aku tidak bisa tidur ~” keluh Flan yang muncul
tanpa diharapkan.
“Kau, bukan dari
zaman ini. Kau akan ditangkap,” ujar si Vindice tegas sambil bersiap menyerang
ke arah Flan.
“Gawat !” Mukuro
hendak melompat dan menyelamatkan Flan, namun sayang, tiba-tiba muncul Vindice
lain yang menahan tubuhnya dengan rantai berlapiskan night flame. Mukuro bisa
saja menggunakan ilusi untuk melarikan diri, tapi sayang sekali hanya mist
flame yang bisa digunakan untuk menipu sang penjaga penjara.
“Dasar bocah
merepotkan !” GREP ! Di saat yang tepat, Bel berhasil meraih tubuh Flan untuk
menghindari rantai dari Vindice, Namun sial bagi Bel, serangan kedua tak sempat
dihindarinya.Rantai berlapiskan night flame menjerat tangan dan kaki belphegor.
“Ugh..sial,” Bel
mengerang kesakitan. Di saat yang sama, ia melihat Mukuro berhasil melepaskan
diri dari salah satu Vindice. Ia menggunakan kesempatan itu untuk melempar Flan
pada Mukuro.
GREP ! Mukuro
berhasil menangkap tubuh mungil Flan dengan rapi.
“Oi Mukuro ! Jaga
bocah itu, dia akan berguna bagi kami di masa depan... shishishi,” ujar Bel
yang masih sempat tertawa walau sedang terjerat rantai Vindice. Perlahan
tubuhnya di seret menuju sebuah lubang hitam yang kemungkinan mengarah ke
Vendicare prison.
“Bel-senpai ! Jangan mati !!!” teriak Flan tanpa dosa.
Meski dengan nada datar, ia sebenarnya sangat khawatir pada senpainya yang satu
ini.
JLEB JLEB JLEB !
Entah bagaimana Bel masih sempat melempar froghat milik Flan dengan beberapa
bilah pisau.
“Stupid kid ! Aku
tidak akan mati semudah itu, Im a prince after all shishishi....” dan beberapa
detik kemudian Bel menghilang di antara lubang hitam.
“Senpai !!!!!!!”
“Ssstt..tenang Flan,
aku masih di sini bersamamu. Ayo kita harus pergi dari sini. Jangan sia-siakan
pengorbanan Varia itu,” ujar Mukuro sambil membawa Flan menjauhi tempat para
Vindice.
Mukuro masih belum
tahu apa yang terjadi, tapi yang jelas jika Vindice sudah ikut terlibat, maka
situasi saat ini bukanlah situasi yang bagus. Paling tidak ia harus menemukan
tempat yang aman untuk berlindung, ya paling tidak untuk melindungi si kecil
Flan.
Setelah beberapa
puluh menit berjalan Mukuro menemukan sebuah mansion yang cukup besar. Tempat
yang sempurna untuk bermalam sekaligus berlindung.
“Oya..oya...tempat
ini sepertinya tidak buruk juga, fufufufu...”
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxx
Huf…
rasanya sangat nyaman setelah seharian berada di hutan kini Tsuna bisa
merasakan nikmatnya mandi air hangat. Tsuna memasuki ruang tengah dimana Giotto terlihat sedang berkumpul.
“Tsuna
kemarilah, kami sedang membicarakan mengenai benda yang bisa mengembalikan
kalian kemasa depan.” Giotto meminta Tsuna untuk duduk di sampingnya. Tsuna
perlahan mendekati giotto dan duduk di sampingnya. Wajah Tsuna agak merona saat
itu mengingat ciuman yang mereka lakukan.
“Apa
kau terlalu lama berendam air hangat? Wajahmu memerah.” Goda Giotto. Tsuna
hanya terenyum malu.
“Di
balik kertas ini ada sebuah kode. Apa kau tahu
arti dari kode ini?” Giotto
memberikan kertas ramalan kepada Tsuna. Ada
kode tertulis dengan pena warna merah di baliknya.
“Ah,
ini….” Tsuna mengenali kode ini.
D18, 0027 ,8059,6926,GioC
“Kau tahu kode ini,
Tsuna ?” tanya Giotto lagi.
Jujur saja, Tsuna
tidak mengetahui arti kode itu, tapi dia sangat mengenal tulisan tangan yang
menulis kode itu. Tulisan sang home tutor yang sangat ditakutinya, Reborn.
Entah kenapa, kode yang ditulis oleh Reborn terasa seperti pesan kematian.
Note=kode2
diatas adalah kode rahasia para fujoshi dan fudanshi, entah kenapa dan
bagaimana(author tidak peduli)Reborn bisa mengetahui kode2 tersebut. Penasaran
? ikuti terus ceritanya...shishishishi (#woiii ! Belphegor udah keluar dari
cerita, jangan copy tawanya melulu dong)
“Etto.. kurasa kode
ini tidak ada artinya Giotto-san, lebih baik kita analisa peta yang tadi
ditemukan oleh Gokudera-kun saja,” jawab Tsuna sambil tertawa.Ia kembali
menatap sang Primo yang masih menatapnya dengan tatapan intens, membuatnya mau
tak mau kembali mengingat adegan manis yang baru saja terjadi.
Ah, sial, jantungnya
kembali berdetak tak karuan. Mata dan tatapan sang Primo begitu memabukkan .
>////<
“Tsuna, kenapa diam
saja ?” Giotto mendekatkan tubuhnya sekaligus wajahnya mendekati sang decimo.
Hanya beberapa senti jarak diantara keduanya. Tanpa alasan yang jelas, Giotto
menyentuh dagu Tsuna dengan lembut, berusaha mendekatkan bibir Tsuna mendekati
miliknya.
Lebih dekat...Tambah
dekat...Sedikit lagi...
BRAK ! Sekumpulan
herbivore (eh, ini bukan ceritanya hibari ding,) maksudnya, sekumpulan teman2 Tsuna
(read: Enma,Gokudera cs) mengganggu hot scene yang baru saja akan dicontohkan
oleh Giotto.Intinya, Giotto sama Tsuna gagal ber lovey dovey. -,-
“E-enma,
Go-gokudera-kun ? ada apa ? apa yang terjadi ?” tanya Tsuna gelagapan.
Sementara Giotto tetap stay cool, sambil tersenyum ‘ngece’ ke arah Enma.
Merasa dilecehkan,
Enma memutuskan untuk take action dan menarik Tsuna menjauhi sang ancestor
Vongola. Membuat Tsuna makin kebingungan dengan apa yang terjadi.
“Enma ? ada apa ??”
tanya Tsuna.
“Tsuna...aku......”
akhirnya Enma menghentikan langkahnya. Ia sudah bertekad untuk menyatakan
perasaannya tapi.....
“Juudaime !” errrr,
lagilagi upaya pendekatan Enma diganggu. Kali ini adalah Gokudera tersangkanya.
Ugh, Enma hanya bisa gigit sandal sambil jedukin kepala ke tembok #lho ?.
“Ada apa
Gokudera-kun ?” tanya Tsuna serius (suasana balik ke serius lagi)
“Ada penyusup di
mansion ini,” jawab Gokudera cepat.
“Jika ada penyusup
pasti bukan orang biasa, kastil ini memiliki sistem pengamanan yang tidak
sembarangan,” respon Giotto yang tiba-tiba sudah muncul di belakang ketiganya.
Membuat Enma makin kesal. >;(
“Jangan-jangan...Vindice,
atau...”
“Bukan, penyusupnya
adalah,,,,Rokudo Mukuro,” jawab Gokudera.
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxxx
5 meter.
Dino berjalan dengan
jarak aman di belakang Hibari. Sejak kejadian ‘malam itu’ sang karnivore
Nanimori semakin sensitif dengan keberadaan sang Kuda Cavallone. Terpaksa, Dino harus menjaga
jarak aman dengan Hibari jika masih sayang nyawa.
“Kyouya~ apa kau masih
marah ?” tanya Dino dengan bodohnya.
TRANG ! BUAGH !
Itulah jawaban dari
Hibari (?). Tonfas keras nan mematikan baru saja melayang ke wajah tampan
(#halah) Dino Cavallone. Membuat sang Haneuma kembali mengerang kesakitan.
Apakah Dino begitu lemah sampai Tonfas saja membuatnya mengerang kesakitan ?
Bukan...bukan...anda salah besar. Yang lebih menyakitkan adalah sikap Hibari
yang semakin menolak cinta dan keberadaan sang Cavallone...hikz hikz T.T
“Kyouya, Kau tak
perlu semarah itu kan ? Lagipula, kau juga menikmatinya kan ? Kenapa kau harus-
“
GLUP
! Death glare yang
lebih sadis dari biasanya dikirimkan Hibari pada Dino, membuatnya kembali
melangkah mundur lebih dari 5 meter.
Alhasil sepanjang
perjalanan, sang Haneuma harus berjalan dengan jarak aman. Dia bisa saja pergi,
tapi tidak.... Ia tak mau meninggalkan murid tercintanya sendirian. Bisa saja
nanti si Kyouya diculik oleh makhluk jahat tak bertanggung jawab karena Kyouya
yang terlalu manis.
Note
: Hanya orang tak sayang nyawa yang berani menculik karnivore ganas macam
Hibari.
Hampir 10 jam
berlalu, entah kenapa Dino merasakan ada yang aneh dengan cara berjalan Hibari.
Langkahnya semakin melambat dan berdirinya semakin goyang. Di tambah lagi,
meskipun dari jauh desah nafas Hibari terasa begitu berat. Death aura di
sekitarnya juga menipis.
“Kyouya ? Kau
baik-baik saja ?” tanya Dino khawatir. Dengan memantapkan tekad, Dino
memperpendek jaraknya menjadi 3 meter saja dari Hibari.
GLUP. Eh ? Aneh ? Kenapa
tidak ada Tonfas yang melayang ke arahnya ? Bahkan deathglare pun tidak ada ?
“Kyouya ? Apa ada
yang salah ?” tanya Dino semakin khawatir.
Sang skylark tak
menjawab. Tangan kanannya berpegangan pada salah satu pohon di sebelahnya,
seolah ia sudah tak kuat untuk berdiri. Tak berapa lama kemudian ia menyandarkan
tubuhnya pada pohon di sebelahnya, kemudian melirik sang Haneuma yang terlihat
khawatir. Harus diakui, wajahnya yang memerah dan nafasnya yang tak beraturan
mengindikasikan bahwa seorang karnivore pun bisa terkena demam.
“Hh..Haneuma...”
kepalanya terasa begitu berat, bahkan pandangannya pun sudah semakin kabur.
Bahkan bicara pun terasa begitu sulit, namun tak tahu kenapa ia masih sempat
memanggil sang Haneuma sebelum terjatuh tak sadarkan diri.
What
?? seorang Hibari Kyouya tepar ? Seems so impossible -,-
“Kyouya !!!” secara
Reflek Dino segera menahan tubuh indah Hibari agar tak tergores akibat
menghantam kerasnya bebatuan #halah. Dino menyentuh dahi Hibari dengan lembut,
panas tubuh yang tak biasa dari Hibari membuat Dino semakin khawatir.
Hmm, sungguh aneh
memang. Tidak biasanya dan sangat jarang terjadi, bahkan hampir tidak mungkin
seorang karnivore ganas seperti ini bisa ambruk hanya karena demam. Yang lebih
anehnya, kebiasaan Hibari yang sering tidur di luar, tepatnya di atap gedung
Nami chuu , seharusnya membuat dirinya kebal dengan yang namanya demam seperti
ini. Mungkin ada satu rutinitas yang tak biasa dilakukan Hibari sebelumnya tapi
baru saja terjadi kemarin malam atau akhir-akhir ini...
Hmm... Yang tak
biasa terjadi, tapi terjadi tadi malam..
Ehh? Tidak mungkin ?
Jangan-jangan...
Yang kemarin malam,
adalah yang ‘pertama’ bagi Kyouya ?
BLAM ! Rasa bersalah
langsung menghantui seumur hidup sang Dino Cavallone. Huwaaa...Gomenasai Kyouya
T-T
“Kyouya,
bertahanlah,,,” seru Dino khawatir . Wajah Hibari semakin memerah dan
sepertinya sulit sekali bernafas. Dino segera melepas jaket hijau kesayangannya
dan memberikannya pada Hibari agar tubuhnya tak kedinginan.
“Aku harus mencari
tempat yang nyaman agar Kyouya bisa beristirahat,” di saat yang sama Dino
melihat sebuah mansion yang cukup menjanjikan. Tanpa banyak berpikir, ia segera
berlari sekuat tenaga menuju mansion itu. Tentu saja, semua ini demi his lovely
student.
Hibari Kyouya the
one and only <3.
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxxx
“Waa
Mukuro... aku tidak tahu kalau kau juga terlempar ke masa kini.” Tsuna
terkejut melihat mukuro yang sedang asyik menemani Flan memakan tart stroberry
yang diambil dari kulkas Giotto.
“Tidak
seperti kalian, aku kemari atas keinginanku sendiri. Lagipula aku harus memastikan
keselamatan Flan yang dengan bodohnya mengikuti kalian.” Mukuro menyeka mulut
Flan yang belepotan oleh krim tart.
“Waaa…..
itu tart favorite ku, seenaknya saja kalian memakannya !” Giotto merasa kesal
melihat tart kesayangannya nyaris habis dilahap oleh Flan. Padahal dia sudah
merencanakan untuk menikmati tart tersebut dengan Tsuna, dengan cara penyajian
lain tentunya.
“Apa
mereka juga temanmu? Sebenarnya ada berapa orang lagi yang terlempar ke masa
sekarang?” tanya Cozarto menggaruk-garuk kepalanya merasa kerepotan dengan
semua kejutan dari orang-orang aneh ini.
“Awalnya
aku berfikir hanya kami berempat, tapi ternyata Mukuro dan Flan juga.” Tsuna
juga merasa kebingungan.
“Jangan
lupakan Belphegor, Namimori maniak dan gurunya itu.” Mukuro menambahkan.
“Haaa,
jadi Hibari-san dan Dino-san juga terlempar ke sini? Apa yang sebenarnya
direncanakan oleh Reborn?”
“Mukuro
apa kau sudah tahu jika kita tidak bisa menggunkan flame di masa sekarang?”
Yamamoto duduk di samping flan dan ikut menikmati tart yang masih tersisa.
Tidak bisa dipungkiri dia sebenarnya juga lapar.
“Ya
aku tahu dari si pria bercambuk itu.”
“Apa
maksudmu Dino-san? Dimana dia sekarang?”
“Entahlah,
terakhir kali dia pergi dengan Hibari.”
Terdengar
suara berisik dari halaman belakang. Seperti ada seseorang yang sedang berusaha
menyusup.
“Apa
lagi sekarang?” Cozarto memeriksa melalui jendela yang ada.
“Ada
seseorang di sana. Biar aku yang tangani.” Mukuro bangkit dari sisi Flan dan
membuka pintu yang menuju halaman belakang Mansion dan dia melihat sesosok
bayangan di sudut halaman. Mengeluarkan Flame of Mist nya, Mukuro bersiap
menyerang apapun yang menantinya. Perlahan bayangan itu semakin mendekat dan
Mukuro siap menyerang siapapun itu.
Dino
menangkis serangan dari Mukuro. Dia tidak menyangka Tsuna dan yang lainnya
berada di Mansion ini. Saat dia berusaha mendekati mereka malah serangan dari
mukuro yang dia dapat.
“Dino-san
!” Tsuna mengenali sosok Dino yang sedang kewalahan mehindari serangan dari
Mukuro. Mukuro juga sebenarnya sudah mengetahui bayangan itu adalah Dino. Tapi
tentu saja dia ingin
bermain sedikit untuk memanaskan ototnya.
“Hei,
Stop it ! It’s me.” Dino berusaha menghentikan Mukuro yang masih menyerangnya
dan akhirnya Mukuro pun berhenti.
“Fufufu
terima kasih atas pemanasannya.” Mukuro dengan ekspresi puas masuk kembali ke
dalam mansion.
“Sial.
Jadi kau sengaja!” Dino sangat kesal jika harus berurusan dengan bocah yang
satu ini.
“Tsuna,
bukankah seharusnya temanmu itu tidak bisa menggunakan flame nya? Tapi tadi
kenapa….” Cozarto mulai bingung kembali. Yang lain juga baru menyadari bahwa
barusan Mukuro menggunakan Flame of Mistnya untuk menyerang Dino. Dengan cepat
mereka mengejar Mukuro.
“Mukuro-san,
kenapa…kenapa kau bisa menggunakan flame mu?” Tsuna yang kini sudah berada di
samping Mukuro tidak sabar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
“Hmmm,
aku juga baru menyadarinya setelah kau menanyakan hal itu.”
“Apa
sejak sampai di sini kau masih bisa menggunakan Flame mu?” Yamamoto juga sama
penasarannya dengan Tsuna dan yang lainnya.
“Tidak,
sesaat setelah sampai di sini aku tidak bisa mengeluarkan Flameku, Mungkin
karena aku melakukan ‘itu’ dengan Flan, aku jadi bisa menggunakan flame ku.”
Mukuro menjawab dengan santai.
“Apa
yang kau maksud dengan ‘itu’?” Gokudera dan yang lainnya sama sekali tidak
mengerti apa yang dibicarakan oleh kepala nanas ini.
“Ah,
Jangan-jangan aku juga bisa menggunakannya setelah melakukan ‘itu’ dengan Kyouya.” Dino yang baru saja
masuk mencoba untuk mengeluarkan Flamenya, dan ternyata bisa.
“Wait
! apa yang sebenarnya kalian maksud dengan ‘itu’?!” yang lainnya tetap saja
tidak mengerti.
“Dino-san
! Apa maksudnya dengan melakukan ‘itu’?” Tsuna masih berusaha mendesak Dino. Ia
harus mengetahui apapun ‘itu’ agar bisa mengeluarkan flame nya di zaman ini,
menemukan benda itu dan agar bisa segera kembali ke masa depan.
“Anoo...bagaimana
menjelaskannya ya ? Kalau aku menceritakan pada kalian , bisa-bisa aku dibunuh
oleh Kyouya...” ujar Dino kebingungan.
“Akhhh.. kau ini
bertele-tele sekali sih Cavallone, biar aku tanyakan langsung pada battle
maniac itu ! Ngomong-ngomong di mana dia sekarang ?” ujar Gokudera sambil
mencari-cari keberadaan Hibari.
“Ahhhhh, Kyouya ,
benar juga ! Tsuna , tolong siapkan tempat istirahat untuk Kyoya !Dia sedang
demam, tubuhnya panas, wajahnya memerah ,,dia bla bla bla.....” entah Kenapa
Dino menjadi panik mendadak ketika mengingat Hibari yang sedang sakit.
“Ma..ma..Dino-san,
tenanglah. Sebaiknya kau jemput Hibari terlebih dulu sementara kami siapkan
kamar untuknya,” ujar Yamamoto mencoba menenangkan Dino.
Akhirnya Tsuna memilih
mengalah dulu dan menunda rasa ingin tahunya. Ia dan Gokudera segera menemui
sang Vongola Primo untuk memberitahukan apa saja yang baru terjadi. Tentang
Mukuro, Dino dan bagaimana mereka bisa menggunakan flame nya.
“Hm, jadi begitu ya
cara agar kekuatan flame kalian bisa keluar,” ujar Giotto sambil tersenyum aneh
menatap Tsuna.
“Eh ? Kau tahu
bagaimana caranya ?” tanya Tsuna penasaran. Namun Giotto hanya merespon Tsuna
dengan senyum ‘mencurigakan’.
“Hm,ah, Gokudera-kun
kau tak keberatan menyiapkan kamar untuk temanmu yang sakit tadi ?” ujar Giotto
sambil menyerahkan sebuah kunci kamar pada Gokudera.
“Haah ? Kenapa harus
aku ?” protes Gokudera.
“Jika Gokudera-kun
keberataan biar aku saja yang...”
“Tidak perlu Juudaime,
serahkan saja padaku !” dengan secepat kilat Gokudera menerima kunci dari
Giotto dan melesat pergi meninggalkan Tsuna dan Giotto. Keduanya tak sadar bahwa
Enma dan Cozarto menangkap pemandangan itu. Namun baik Enma maupun Cozarto
masih membeku di tempatnya berdiri. Apa yang harus mereka lakukan ?
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxxx
“Cih, mentang-mentang
dia seorang Vongola Primo seenaknya saja menyuruhku. Aku ini kan hanya patuh
pada Juudaime saja, aku tidak peduli dengan Vongola lain yang bla ...bla...bla...”
masih asik mengomel , Gokudera dikejutkan oleh Yamamoto yang merangkulnya dari
belakang. Sontak, hal itu tanpa sadar membuat sang storm guardian blushing
sejenak.
“Yakyuu baka ! Jangan
mengagetkanku !” protes Gokudera.
“Ahahaha... begitu
saja kaget,” goda Yamamoto.
“Errr... Sudah diam !
Ngomong2 di mana si Cavallone dan Battle maniac itu ?” ujar Gokudera mencoba
mengalihkan pembicaraan.
“Sepertinya kalian
berdua akrab sekali,” komentar Dino yang tertawa geli melihat Yamamoto dan
Gokudera yang sedang bertengkar kecil. Yah, sedikit banyak mengingatkannya pada
pertengkarannya dengan sang Cloud Guardian. Hanya saja, bukan pertengkaran
kecil seperti ini, mungkin lebih mirip perang dunia (yah, kau tahu kan
bagaimana jadinya jika Hibari sedang ngamuk ?). Namun, tetap saja tak bisa
menghilangkan kesan manis dari setiap pertengkaran itu.
“Cih, jangan
sembarangan Cavallone, sudahlah ! cepat urusi saja muridmu itu , ini kunci
kamarnya. Kamar yang ada di paling ujung sana,” ujar Gokudera kesal. Lagi2 ia
menggunakan ekspresi kesalnya untuk menutupi wajahnya yang blushing mendadak
(haha, dasar tsundere).
“Haha,,oke terima
kasih,” ujar Dino sambil menerima kunci itu. “Ah, Yamamoto Takeshi , kemarilah
sebentar,” panggil Dino. Ia kemudian membisikan sesuatu yang entah kenapa
membuat si easy going Yamamoto terkaget kaget dengan wajah memerah.
“Hei ! Kalian sedang
membicarakan apa sih ? jangan berbisik-bisik di depanku dong,” seru Gokudera
kesal.
Yamamoto tetap fokus
mendengarkan bisikan dari Dino sambil sesekali melirik pada Gokudera yang mulai
kesal. Ahhh, hal itu semakin membuat wajahnya memerah.
“Nah, semoga berhasil
Yamamoto-kun !” ujar Dino sambil berjalan pergi membawa Hibari yang masih
pingsan tentunya.
“Oi baseball freak !
si Cavalloneitu bilang apa padamu ? Ke-kenapa wajahmu memerah begitu ?” tanya
Gokudera, sebisa mungkin menekan nada cemburu yang mudah2han tak disadari olleh
Yamamoto.
“Ah..dia memberitahuku
tentang,,cara, yang kemungkinan, uhm,,bisa membuatku membangkitkan kekuatan flame ku..tapii,,,”
Yamamoto tak melanjutkan kalimatnya,namun justru menatap Gokudera dengan
tatapan intens.
“Tapi apa ? “ tanya
Gokudera tak sabar, namun tak ada respon hanya tatapan itu lagi. “Oi Yakyuu
baka! Berhentilah menatapku seperti itu atau...hmphhhh”
Bungkam. Yamamoto
membungkam mulut Gokudera dengan ciuman mendadak andalannya. Membuat otak dan
pikiran sang storm guardian ter reset otomatis. Membuatnya lupa untuk melakukan
protes.
“Ya...yama..Nghh..Nn”
hanya 5 detik Yamamoto memberi kesempatan Gokudera untuk bernafas. Selanjutnya
ia melakukan serangan tahap dua. Kali ini ia mencoba ‘french kiss’ , meminta
sang storm guardian untuk membuka mulut dan memainkan lidahnya. Tak punya
pilihan, Gokudera harus mengikuti permainan Yamamoto.
Gokudera tak bisa
berbuat banyak,posisinya yang terpojok oleh Yamamoto dan dibatasi geraknya oleh
tembok yang dibelakangnya hanya bisa memprotes dengan memberi tatapan memohon.
“Hayato...” Yamamoto
memanggil Gokudera dengan nama panggilannya. Membuat hati Gokudera terasa
melompat lompat tanpa alasan. Ia meminta lebih dengan mulai meraba-raba ‘bagian
tubuh’ Gokudera yang lain.
“Tu-tunggu dulu
Yamamoto, apa yang kau lakukan ?” protes Gokudera yang akhirnya berhasil
sedikit memprotes.
“Mencoba membangkitkan
kekuatan flame kita,” jawab Yamomoto tanpa dosa.
“A-apa maksudmu ?
Akh.tu-tunggu dulu, jangan disini !” seru Gokudera panik.
Yamamoto menghentikan
aksinya kemudian menatap Gokudera dengan tersenyum lebar namun dengan tatapan
nakal. “Ah, memangnya kenapa ?” tanyanya tanpa dosa.
“Are you stupid ? Na-
nanti...Juudaime melihat kita,,,,jadi-Hmphh” ciuman ketiga. Ah, sudah yang
ketiga rupanya ?
Cekrek ! Entah kenapa,
dewi fortuna sedang memihak sang rain guardian. Di belakang Yamamoto sebuah
ruangan tak terkunci berhasil dibuka. Dengan segera ia menggendong Gokudera ala
bridal style dan melemparnya ke tempat tidur.
“Hei, apa yang kau
lakukan, stupid baseball freak ?” protes Gokudera.
Chu ~ bukan ciuman
panas yang diberikan Yamamoto. Namun hanya ciuman ringan di kening yang cukup
membuat si cerewet storm guardian terdiam.
“Maaf Gokudera, kali
ini aku akan lebih lembut,” bisik
Yamamoto pelan beberapa senti dari telinga Gokudera.
“Che ! Sebaiknya kau
memberiku penjelasan yang memuaskan setelah ini,” respon Gokudera sambil
mengalihkan pandangannya dari wajah bodoh Yamamoto( menurut Gokudera, wajah si
baseball freak yang tanppa beban ini terlihat seperti orang bodoh,namun hal itu
sering membuatnya blushing tanpa alasan#ah dasar tsundere XD )
Yamamoto tersenyum
puas. Pernyataan Gokudera barusan seperti sebuah persetujuan.
“Ahahaha..Akan
kujelaskan semuanya sampai kau puas.....Hayato,” respon Yamamoto sambil mencium
surai silver Gokudera. Hmmm, wajahnya yang merona seperti strawberry di antara
es krim vanila. Wangiii dan menggiurkan.
“Tch, sebaiknya kau
tidak memanggilku begitu di depan Juudaime,” protes Gokudera, yah dengan wajah
yang merona bagai strawberry tentunya. Membuat sang rain guardian semakin
lapar. Strawberry dan es krim vanilla, dessert yang menggoda..
“Wakatteru yo,
Gokudera. Bisa kita mulai sekarang ?”
“Tch, Do as your wish
!”
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXxxx
TsuZuKu-ToBeContinued-Lanjut
Fyuh, akhirnya update juga (baru sempat posting ) XD, yah kalau ada protes atau saran atau sekedar jempol, boleh di klik tombol komentar. Sankyu ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Stop being silent reader and write your comments.......