Sabtu, 25 Januari 2014

One Day in The Past (KHR Fanfiction) chapter 4 Final

Previous on chapter 3
Ciao ciao ! Langsung enjoy aja ya ~
CHAPTER 4
Judul                         : One day in the Past
Genre                        :Comedy, Romance, Adventure,Action
Pairing                      : D18, 0027,8059, 6926 (Hint : G27, ,6918,1827)
Rate                           : T (yang masih anak-anak jangan baca)

Daemon sebenarnya sudah sangat malas jika harus mengrusi pertengkaran Bermuda dengan Reborn. Tapi karena dia sudah terlanjur berjanji, jadi tidak ada pilihan lagi baginya. Secepat mungkin dia harus bisa menyelesaikan pertengkaran ini dan kembali ke kehidupannya yang damai.
“Aku sudah menemukan lokasi benda itu.” Daemon secepatnya menginformasikan apa yang dia ketahui pada Bermuda.
“Baguslah kalau begitu, ayo cepat kita menuju kesana.” Bermuda sudah dapat mencium bau kemenangannya.
“Tapi ada sedikit masalah?”
“Apa lagi masalahnya.”
“Benda itu ada di sebuah Mansion di tengah hutan. Mansion milik vongola Primo.” Kata Daemon Spade datar.
“Apa ?! Kenapa bisa ada di kediaman Vongola ? Ah, sudahlah! Aku tidak peduli, kita langsung menuju ke sana, siapkan pasukan !” perintah Bermuda.
“Jangan seenaknya main perintah, dasar bayi !” protes Daemon berlalu pergi meninggalkan Bermuda yang masih frustasi karena memikirkan masalah taruhannya dengan Reborn.
“Pokoknya benda itu harus kudapatkan. No matter what !” ujar Bermuda dengan penuh obsesi.
“Bermuda-sama,” salah seorang Vindice kepercayaannya datang melapor.
“Oh Jeager. Bagaimana ? Kau sudah siap untuk pertempuran akhir ?” tanya Bermuda menatap Vindice bertopi itu. Lebih tepatnya, Vindice terkuat andalannya.
“Anytime you wish,”
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXxxxx
Jadi Giotto-san, bagaimana cara agar kekuatan flame ku bisa bangkit kembali ?” tanya Tsuna lagi.
“Hm,” Giotto lagi-lagi merespon Tsuna dan tersenyum aneh menatapnya.
“Langsung kita praktekan saja, bagaimana ?” tawar Giotto sembari menyentuh pipi Tsuna dengan lembut.
“Eh ?” jujur, Tsuna makin bingung dengan ancestor nya yang satu ini. Tak tahu kenapa melihat tatapan sang Primo membuat jantung sang Decimo berdetak tak karuan. Well, harus diakui tatapan Giotto memang berbahaya.
“Kau bilang ingin tahu...caranya kan ?” Giotto mulai memperluas daerah jajahannya(?) menuju rambut karamel Tsuna (rambut coklatnya kan manis banget tuh kayak karamel -,- ) Tapi....
BRAK !!!!!!
Believe it or not, Hot scene yang akan diperagakan Giotto GAGAL untuk yang kedua kalinya. Kali ini tersangkanya adalah...
“Primo ? Aku dengar ada masalah penting ? Apa yang terjadi ?” seru the first Vongola’s storm guardian yang tak lain adalah G.
“G ? Hm, aku pikir siapa...” Giotto akhirnya melepaskan (?) Tsuna . Tsuna memanfaatkan kesempatan itu untuk mengatur nafas dan detak jantungnya yang berantakan.
Sang tangan kanan Primo menatap Tsuna dengan tatapan tidak senang, seolah bertanya : apa yang sedang bocah ini lakukan bersama primo ?. Well, mirip sekali dengan tatapan Gokudera.
“Siapa dia ?” tanya G dingin.
“Ah, perkenalkan dia Sawada Tsunayoshi. Dia salah satu anak dalam Reborn’s Oracle,” jawab Giotto.
“Reborn’s Oracle ? Ah, jadi memang sudah dimulai ya, Kebetulan sekali, barusan aku mendapat informasi bahwa Vindice,seorang Arcobaleno misterius dan satu musuh tak dikenal datang ke sini untuk mencari benda itu,” jelas G.
“Benda ‘itu’ ? apakah mungkin itu benda yang akan membantu kami kembali ke masa depan ?” tanya Tsuna penasaran. “Giotto-san, kenapa kau tak bilang kau memiliki benda itu ?” desak Tsuna.
Giotto menghela nafas. “Tenangkan dirimu, Tsuna. Akan kujelaskan alasannya. Kumpulkan semua temanmu yang dari masa depan di ruang tengah. Sesuatu yang penting harus aku jelaskan pada kalian,” jelas Primo. “Bagaimana dengan yang lain, G ?”
“Aku sudah mengumpulkan semua guardian, mereka menunggu di ruang tengah,” jelas G.
“Baiklah. Tsuna aku akan menunggu kalian di ruang tengah,” ujar Primo sambil berlalu meninggalkan Tsuna yang masih kebingungan.
Akhirnya Tsuna pun tak mau terlalu banyak berpikir, Ia menuruti perintah Giotto dan segera mencari keberadaan Gokudera dan yang lain. Namun ketika sampai di sebuah lorong seseorang menarik tangannya dan ...
Chu ~
Sentuhan lembut menyentuh bibir Tsuna. Tsuna membuka matanya dan menangkap sosok yang baru saja menciumnya.
“Tsuna,,,ada sesuatu yang harus aku katakan padamu,”
Tsuna terkejut dengan kehadiran Hibari, dan apa Hibari baru saja menciumnya?
“Hibari-san sedang apa kau di sini? Bukankah kau sedang demam? Seharusnya kau beristirahat bersama dengan Dino-san.
Nafas hibari terlihat sangat berat dan hibari masih terus mengeluarkan keringat dingin. Hibari berusaha menopang tubuhnya dengan memegangi dinding yang ada di belakang Tsuna.
Kyouya! Where are you?” terdengar suara Dino tidak jauh dari tempat dimana mereka berdiri. Hibari mengerutkan keningnya entah karena menahan sakit atau karena kesal akan keberadaan Dino. Dengan masih terhuyung-huyung Hibari menarik Tsuna untuk masuk ke ruangan terdekat.
“Hibari-san, apa kau sedang lari dari Dino-san?” tsuna sepertinya sudah bisa mulai mengerti apa yang terjadi.
“Ssstt….bisa kau tutup mulutmu itu?” Hibari mengunci ruangan itu sambil membekap mulut Tsuna agar tidak bersuara. Suara Dino kini berada tepat di balik pintu membuat mereka tanpa sadar menahan nafas masing-masing. Tak perlu lama menunggu suara Dino mulai bergerak menjauhi ruangan hingga akhirnya menghilang.
“ Sigh, akhirnya aku bisa lepas darinya.” Hibari menghela nafas panjang kemudan merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk.
“Beruntung Mansion ini punya banyak kamar, jadi aku bisa memiliki ruangan sendiri untuk berdua denganmu.” Hibari tiba-tiba menarik tangan Tsuna dan membawanya ke pelukan yang hangat.
“Waaa… Hibari-san apa yang kau…” belum selesai Tsuna memprotes Hibari sudah mendaratkan bibirnya memberikan ciuman singkat tapi lembut pada Tsuna.
“Let me stay with you for a moment.” Hibari berkata lembut dan kembali memberikan pelukan hangat pada Tsuna. Apa demam membuat Hibari hilang kesadarannya?
Sementara itu, tanpa disadari Tsuna dan Hibari, sedang terjadi pertempuran antara pasukan Bermuda dan yang lainnya di halaman belakang.
“Baiklah pasukanku, sekarang saatnya mengambil benda itu dan raih kemenangan kita.” Bermuda menyuruh pasukannya untuk terus menyerang sementara G dan Gokudera melakukan pertahanan.
“Sial, aku tidak bisa menemukan Kyouya dimanapun.” Dino yang baru saja datang langsung membantu yang lainnya bertarung melawan para vindice.
“Bagimana dengan Juudaime?” Dengan gerakan yang gesit Gokudera berhasil menghindar sekaligus menyerang para Vindice. Yang lainnya hanya menggeleng tanda tidak tahu keberadaan Tsuna.
“Enma masih berusaha mencarinya.”
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxxx
Enma menyusuri lorong mencari Tsuna sambil sesekali melihat kotak kecil yang ada di tangannya. Kotak kayu yang ukurannya tidak lebih besar dari kotak music yang biasa dilihatnya. Ada lambang vongola di salah satu sisi dari kotak itu. Enma ingat saat Giotto memberikan kotak itu padanya, dan Giotto juga meminta Enma untuk menjaga kotak itu. Giotto sangat meyakini bahwa benda yang saat ini dipegangnyalah yang selama ini diincar oleh Bermuda dan anak buahnya.
Ada rasa penasaran di benak Enma. Dia ingin tahu apa isi dari kotak yang sedari tadi dibawanya itu. Tapi Enma merasa mungkin ini bukan saat yang tepat. Dia harus segera mencari Tsuna.
Enma menyusuri setiap lorong dan memeriksa setiap kamar yang berada di mansion. Sesekali ledakan terdengar dari halaman belakang tempat dimana yang lainnya sedang bertempur. Di saat seperti ini seharusnya Enma bisa segera membangkitkan Flame miliknya.
BRAK ! Enma menabrak seseorang.
“Ouch”
“Kau ? kebetulan sekali, cepat temukan temanmu yang bernama Tsuna ! Ada musuh yang sangat berbahaya dan sepertinya hanya bocah itu yang bisa mengatasinya” ujar seseorang yang tak lain adalah Cozart.
“Aku juga sedang berusaha mencarinya. Tapi kenapa Tsuna yang harus bertarung ? Apa kalian tidak bisa mengatasinya ? Lagipula Tsuna masih belum bisa membangkitkan kekuatan flame nya,” ujar Enma khawatir.
“Itu tugasmu untuk membantunya. Kau juga sudah tahu bagaimana caranya kan ?” respon Cozart.
“Aku tahu...tapi Giotto-san selalu saja....”
Cozarto merespon Enma dengan tertawa kecil. “Kau tak perlu mengkhawatirkan Giotto. Serahkan dia padaku, kau urus saja Tsunayoshi...” ujar sang Simon ancestor sambil pergi meninggalkan Enma yang masih tertegun. Namun menyadari bahwa keadaan kali dalam situasi genting, Enma pun memilih menfokuskan misinya untuk mencari Tsuna.
“Tsuna ! Kau di mana ???!”
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxx
Hibari-san ! sudah hentikan, kumohon jangan lagi Hmph...” ucapan Tsuna terhenti karena lagi-lagi Hibari mengunci mulutnya dengan ciuman ganas khas karnivore. Tsuna tak bisa berbuat banyak untuk menghentikan Hibari. Ada sesuatu yang aneh dengan Hibari,tatapan Hibari lebih datar dari biasanya, apa mungkin ini adalah sisi lain Hibari yang tak diketahui oleh Tsuna ?
“Hh...Hi...ba..ri san,” ujar Tsuna berusaha mengatur nafas.
Jangan biarkan dia kabur.Tsunayoshi milikmu.
Ouch, suara itu membuat kepala Hibari terasa sakit. Suara2 di otaknya seperti memerintah tubuhnya untuk melakukan ini semua terhadap Tsuna.Meski masih dengan wajah memerah dan nafas terengah, Hibari masih sempat memberikan evil smirk untuk merespon Tsuna. “Kau tak akan kubiarkan pergi,”ujar Hibari datar.
Namun.....
“Kufufufu... Oya oya.Hibari Kyouya... Jika Cavallone itu melihat apa yang kau lakukan bersama Tsunayoshi saat ini, aku yakin dia akan mencekik lehernya sendiri dengan cambuk di tangannya sampai mati”
“Mu-Mukuro ?” seru Tsuna kaget, sekaligus senang ? Yah, apapun itu, setidaknya hal ini membuat Hibari menghentikan aksinya sejenak. Bukannya Tsuna tak menikmati setiap ciuman dari Hibari, hanya saja ia merasa ini bukanlah seperti Hibari yang ia kenal.
Pengganggu, hentikan dia !
“Tch, pengganggu,” masih dengan nafas terengah Hibari mempersiapkan Tonfas di tangannya. Tanpa basa basi ia menyerang Mukuro yang tersenyum aneh padanya.
Sambil menahan Tonfas Hibari dengan Trident miliknya Mukuro menggunakan mata kanannya untuk memunculkan sebuah ilusi yang menjadi kelemahan Hibari.
“Sa-sakura ?” bisik Tsuna heran melihat tiba-tiba ruangan itu dipenuhi oleh bunga khas Jepang yang indah.
“Oya ? Tsunayoshi ? kau masih di sini ? sebaiknya kau cepat pergi, aku akan mengurus urusan di sini...fufufufu,” Mukuro menatap Hibari yang mulai terkulai lemah, keringat dingin dan wajahnya semakin memerah. Yah, ternyata dia masih lemah terhadap sakura kufufufufu...
“Tapi Hibari-san, dia sepertinya sedang tidak dalam keadaan baik,” ucap Tsuna khawatir. “ Aku harap kau tidak melakukan sesuatu yang menyakiti Hibari-san,” lanjut Tsuna sambil berjalan menuju pintu keluar dengan ragu. Ya, sesadis apapun Hibari padanya, Tsuna masih saja khawatir pada Cloud guardiannya, apalagi setelah Hibari sempat memberikan ciuman kejutan padanya.
Huft, ayolah Tsuna ! Kau harus fokus. Dengan segera Tsuna keluar dari ruangan itu, meninggalkan Hibari dan Mukuro sendiriann.....
Mukuro mendekati Hibari, menyentuh lembut dagu Hibari mencuri sebuah ciuman di bibir Hibari. Yah, Tentu saja Hibari tak bisa berbuat banyak karena bunga pink kelemahannya masih berada di bawah kendali si rambut nanas.
Jangan biarkan dia...zztzt@@#@#@$@!#@%@
Ugh, perintah2 yang berkelebatan di otak Hibari semakin membuat kepalanya sakit. Apalagi setelah si nanas ini memberikan ciuman padanya.Crap ! Apa yang sebenarnya terjadi dengannya.
“Oya..oya... Melihatmu sangat kesakitan membuatku semakin ingin...mencicipimu,” ujar Mukuro kembali menyerang dengan ciuman kedua.
“Nghh..ah...S-Stop it, Damn Herbivore !” ujar Hibari.
“Fufufu...hate me more, resent me Hibari Kyouya !” tambah Mukuro lagi sambil melempar Hibari ke tempat tidur. “Hate me more, then you will be free ,,,,fufufufu,” Dengan luwes tangan Mukuro menelusuri perut Hibari, dan kemudian mempermainkan titik sensitif Hibari hingga membuat Hibari mengerang pelan.
“Nggh...K-kau....Ahh...”
@#@#%$@@$@^@^$@^@$@####
Damn it ! I hate it ! Stop it or..KAMIKOROSU !Kali ini otak Hibari sendirii yang memberi perintah.
BUAGH ! Sebuah pukulan melayang ke pipi sang Mist Guardian. Membuat sang Mist Guardian tersenyum puas melihat sang Karnivore Nanimori sudah mendapatkan tatapan predatornya lagi.
“Get away for me, herbivore !” ujar Hibari dingin.
“Kufufufu... aku senang tatapanmu sudah kembali. Berterima kasihlah padaku yang sudah membebaskanmu dari kendali ilusi murahan dari seseorang, Hibari Kyouya,” ujar Mukuro tanpa mengubah posisinya saat ini.
“Diamlah Herbivore atau ka-Hmphhh Nghh,” Meski sudah terbebas dari ilusi namun sang Illusionist masih tetap bisa membuat Hibari terkunci. Seolah kondisinya saat ini tak mengubah apapun.
BUAGH ! Kali ini pasti puncak emosi Hibari sudah sampai batasnya. Mukuro terlempar sampai ke tembok yang ada di belakangnya. Death aura Hibari sudah kembali normal, kali ini mendekati Mukuro dengan killing intens yang berada di puncaknya.
“Kufufufu... Hibari Kyouya, aku rasa kau lebih berminat menghajar orang yang sudah menyebabkan dirimu terkena ilusi murahan seperti tadi. Ya, tak kusangka ilusi itu sampai benar-benar membuatmu menderita dan-“
SRET ! Tonfas menempel di leher Mukuro. “Di mana orang itu ?” tanya Hibari dingin.
“Di halaman belakang sedang bertarung melawan Cavallone dan yang lain,” jawab Mukuro singkat.
Tanpa berlama-lama Hibari segera keluar dan menggunakan kesempatan ini untuk melampiaskan amarahnya.
Di halaman belakang.....
“Cih, mereka seperti tidak punya kelemahan,” keluh Gokudera.
“Ahahaha... Namanya juga Vindice,” respon Yamamoto santai .
“Dasar Yakyuu Baka ! di saat ini masih saja santai,” respon Gokudera makin kesal.
Karena masih asik berdebat dengan Yamamoto, Gokudera tidak waspada ketika sebuah serangan mengarah padanya.
“Hei, kalian awas !” seru G di sisi lain. Namun sial ia tak bisa berbuat banyak.
CRAK ! Beruntung sebuah cambuk berlapiskan Sky flame menahan serangan Vindice. Oh ya, kau melupakan kehadiran seorang Dino Cavallone di tempat itu. Namun, sialnya Vindice memiliki keahlian meyerang dari belakang secara mendadak.
“Gawat ! Dino-san awas !!!1” kali ini giliran Yamamoto yang mempeeringatkan.
“Tidak akan sempat-“ ucap Dino.
TRANG ! Seseorang datang melindungi sang Cavallone.
“I’ve paid my debt,” ujar seseorang dingin. Ya, sang Skylark, the strongest Vongola Guardian has arrived !
“Kyouya ? Kau sudah sehat ?” tanya Dino tak percaya.
BUAGH ! Hibari menendang Dino menjauh darinya. Yah, kurasa itu jawaban yang jelas untukmu Dino Cavallone -,-.
“Just Shut up and watch, Haneuma,” ujar Hibari dingin. Kali ini cloud flame sudah berhasil dikuasainya, dengan segera , Ia membuka box weaponnya dan mempersiapkan Roll untuk bertarung.
“Nee, kimi tachi..Siapa diantara kalian yang bertanggung jawab karena berani bermain ilusi denganku ?” ujar Hibari dingin.
“Nufufufufu,,,” sosok yang tak asing muncul di hadapannya. Daemon Spade.
“Tidak kusangka, ilusiku berhasil dipatahkan...,,” Ujar Daemon sinis.
“Omae....Kamikorosu !”
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxx
Tsuna masih terus berlari menuju lorong di mansion itu. Ia harus segera menemui Giotto-san dan yang lain. Namun sepertinya situasi sedang buruk, suara ledakan di halaman belakang memperjelas keadaan.
Brak ! Karena tak berkonsentrasi Tsuna menabrak seseorang yang tak lain adalah...
“Enma ?”
“Tsuna ! Akhirnya aku menemukanmu !” Tanpa sadar Enma langsung memeluk Tsuna saking bersyukurnya.
“Enma ? Apa yang- Hmpphh Nggh...” Kali ini Enma memilih untuk beraksi terlebih dahulu. Tanpa banyak bicara Enma membbungkam mulut Tsuna dengan ciumannya, mengajak lidah keduanya saling bertautan. Menarik diri sejenak kemudian kembali dengan ciuman kedua.
“E-enma ? A-ada apa denganmu ?” bisik Tsuna tak mengerti.
“Tsuna...I... Im in love with you,” bersamaan dengan itu Enma kembali meminta bibir Tsuna untuk bermain. Tak membiarkan Tsuna memberikan respon.
“Hhh…. Enma…. aku....”Tsuna akhirnya bisa terlepas dari cengkraman Hibari, tapi kenapa sekarang dia masuk ke cengkraman Enma?
“Aku tahu ini, bukan waktu yang tepat, tapi aku hanya ingin segera memberitahumu. Kau tidak perlu menjawabnya sekarang. Yang penting kita harus segera mengamankan barang ini.”  Enma menarik tangan Tsuna dan membawanya berlari menyusuri lorong.
“Eh, benda apa yang kau maksud.”Tsuna tidak mengerti apa yang Enma bicarakan. Enma mengeluarkan kotak kecil dari sakunya. Diperlihatkannya kotak itu pada Tsuna.
“Ini benda yang kemungkinan dicari oleh Bermuda dan pasukannya.” Dengan masih berlari Enma memasukkan kembali kotak itu ke sakunya. Mereka berdua turun menuju lantai satu, terlihat cahaya ledakan dari jendela. Sepertinya pertempuran sudah merambat ke seluruh bagian Mansion. Saat mereka sudah sampai di sebuah ruangan besar tiba-tiba tembok yang ada di samping mereka hancur. Ternyata itu akibat dari serangan Vindice.
“Ouch,” Dino muncul dari reruntuhan tembok yang baru saja hancur.
“Why you so  useless at time like this?” Hibari juga terlihat dari balik tembok bersiap mengeluarkan vongola boxnya.
“Nufufufu, tak kusangka bocah sepertimu benar-benar merepotkan. Akan kuakhiri dengan cepat, aku mulai bosan dengan permainan konyol ini,” ucap Daemon kesal karena sembari tadi masih belum berhasil menaklukan sang Skylark.
“Hmn ? Kita baru saja mulai, herbivore,” evil smirk menghiasi wajah dingin Hibari. “ROLL,  CAMBIO FORMA !” Akhirnya Hibari mengeluarkan final form dari Vongola Box nya.
“Nufufufu, sayang sekali aku sudah bosan bermain,” Daemon mengeluarkan mist flame nya dan menciptakan barrier yang membuat Hibari dan Dino terkurung. Sementara YamaGoku masih sibuk menghadapi Vindice. Daemon memanfaatkan  kesempatan itu untuk pergi dan mencari benda yang dicari oleh Bermuda.
“Tch, Dia kabur,” decak Hibari kesal. Untuk kesekian kalinya ia membiarkan mangsanya lolos dan ini benar-benar menghancurkan harga dirinya sebagai karnivore.
Semakin cepat ditemukan maka permainan konyol ini akan segera selesai. Begitulah yang dipikirkan oleh Daemon. Ia pun memilih mencari keberadaan ‘benda konyol’ yang diinginkan Bermuda di sekitar mansion itu , namun pertemuan tak terduga dengan seseorang membuatnya harus berhenti sejenak.
“Nufufufufu, lihat siapa yang ada di sini,” ujar Daemon sinis.
xxxXXXXXXXXXXXXXxxx
Sementara itu Tsuna dan Enma masih panik ketika tembok tempat mereka berada tiba-tiba hancur oleh sebuah serangan. Di hadapannya muncul Jeager dan Bermuda yang ternyata sedang mencari benda incarrannya. Dengan hati-hati Enma menyembunyikan kotak yang diberikan Giotto padanya-yang kemungkinan benda incaran bermuda-.
“Kau... Vongola Decimo ? Jika kau ada di sini, kau pasti tahu sesuatu tentang benda incaranku,” ujar Bermuda dingin.
“A-apa maksudmu ? Aku tak mengerti,” jawab Tsuna gugup. Bagaimanapun juga ia harus menghindari pertarungan sebisa mungkin, karena ia tak bisa mengeluarkan sky flame nya untuk bertarung.
“Jangan pura-pura bodoh, keberadaanmu di zaman ini pasti karena perintah Reborn kan ? Tch, that damn Reborn, he tried to disturb my plan !” Bermuda terlihat kesal ketika menyebut nama Reborn. Yah, sepertinya Reborn sangat ahli membuat musuh kesal dengan keahliannya yang tak terduga.
“Re-Reborn ?” Ah, Tsuna sudah menduganya. Semua ini pasti melibatkan home tutornya yang satu itu,lagipula siapa lagi yang bisa membuat Tsuna kerepotan seperti ini selain dia ? -,-
“Tsu-Tsuna,” Enma menarik tangan Tsuna seolah memberi kode untuk melarikan diri. Tsuna teringat pada kotak yang ditunjukan oleh Enma tadi. Ya, kotak yang menjadi incaran Bermuda.
“Mencoba kabur ya,? Jeager, serang !” tanpa banyak kompromi Bermuda menyerang Tsuna dan Enma yang bersiap untuk kabur. Namun....
BRUAK !!! Tsuna berhasil menghindari serangan Jeager, kemudian memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur.
Sementara itu, Flan masih dengan santai menikmati es krim coklat di kamarnya sendirian. Ya, ia ingat ketika terbangun, shisou nanasnya sudah tidak berada di ruangan. Karena kelaparan(dia memang selalu lapar) ia memilih mengambil es krim coklat yang entah milik siapa.
Namun suara ledakan getaran di sekitarnya membuat Flan tak bisa menikmati es krim favoritnya. Ia hendak mengecek keadaan namun seseorang sudah terlebih dahulu muncul di depan pintu.
CEKREK.
“Oya ? Flan ?Kau mau ke mana ?” tanya seseorang yang tak lain adalah sang master, Rokudo Mukuro.
“Ahhh..Shisou ? Kau dari mana saja ? Aku baru mau mengecek suara berisik di luar,” jawab Flan datar.
“Kufufufu, sepertinya kau kelaparan, lihat es krimnya sampai ke mana-mana,” Mukuro merendahkan posisi berdirinya kemudian dengan lembut menjilat sisa es krim coklat yang menodai sudut kanan bibir Flan.
“Ahh, Shisou~ kau melakukannya lagi, eh ? Are ? Kenapa ada bekas lebam di pipi Shisou ?” tanya Flan sembari menyentuh lembut pipi Mukuro.
Mukuro kembali mengingat bekas luka yang disebabkan oleh pukulan sang Karnivore, Hibari Kyouya. Ia hanya tertawa dingin kemudian menggendong Flan menjauhi pintu.
“Kufufufu, aku sedikit bermain dengan binatang buas. Saa.. sekarang biarkan aku bermain dengan yang jinak,” Mukuro melempar Flan ke tempat tidur dan menciumi pipinya dengan rakus.
“Ngh ah,,,shi-shisou,”
BRUAK !  DHUAR !
Suara ledakan menyebabkan sdikit getaran dan suara berisik yang sangat mengganggu. Mau tak mau Mukuro menghentikan aksinya sebentar dan melirik ke luar jendela. Hal itu tentu membuat Flan sedikit bernafas lega.
Sigh. Keadaan yang sangat mengganggu. Apa Mukuro harus mengecek keributan di luar? Atau lanjut bermain bersama Flan ?
Terdengar suara ledakan lagi, dan kali ini tepat di depan ruangan dimana Mukuro dan Flan berada.
“Fufufufu sepertinya waktu bermain sudah selesai. Ayo Flan saatnya kita beraksi.”
Flan sangat suka saat Shisounya mengatakan hal itu, karena dia sangat suka saat harus bertarung bersama dengan Mukuro. Flan bisa mengamati secara langsung dan mempelajari teknik baru dari Mukuro.
Dengan segera Flan bangkit dari ranjang dan menuju pintu. Tapi seketika pintu meledak dan hancur berkeping-keping. Beruntung Mukuro dengan cepat menarik tangan Flan dan melindunginya dari ledakan tersebut.
Terlihat di balik asap ledakan Tsuna dan Enma sedang belari dikejar oleh sesuatu yang tidak lain adalah Bermuda.
“Beraninya mereka hampir mencelakai Flan.” Dengan aura yang membara Mukuro mengejar Tsuna dan yang lainnya.
“Tsuna tangkap.” Enma melempar kotak yang diincar Bermuda ke udara saat Bermuda menarik kakinya dan Enma pun terjatuh ke lantai. Tsuna dengan sigap menangkap benda itu. Entah bagaimana awalnya, tapi sedari tadi yang bisa mereka lakukan hanya bermain lempar tangkap untuk menghindari Bermuda.
Melihat benda yang diincarnya kini berda di tangan Tsuna membuat Bermuda mengalihkan perhatiannya dari Enma.
“Tunggu…huf” Bermuda terlihat kesal dan lelah. Tentu saja mereka sudah berulang kali melakukan adegan yang sama. Serang, lempar dan tangkap, begitu seterusnya.
“Mau sampai kapan kita akan melakukan hal ini?” Bermuda sudah kehabisan kesabarannya. Dia juga lelah karena walau dia bisa menggunakan flamenya di masa kini, tidak bisa di pungkiri bahwa yang bisa dia gunakan hanya sebagian kecil saja.
“Sampai kau berhenti mengejar kami tentunya.” Tsuna yang juga kelelahan menjatuhkan tubuhnya dan terduduk lemas sambil sesekali mengelap keringatnya. Mereka bertiga kini bersama-sama beristirahat mengambil kembali nafas mereka.
Tsuna merasakan ada sesuatu yang berbahaya sedang mendekat. Udara di sekitar tiba-tiba menjadi dingin. Terlihat di ujung lorong seseorang seperti hantu nanas sedang berjalan mendekati tempat dimana merka berada saat ini. Dengan aura dingin dan menyeramkan, sosok terus mendekat hingga profilnya pun semakin jelas. Sosok itu tidak lain adalah Mukuro.
“Katakan padaku, siapa dari kalian yang membuat ledakan barusan?” dengan dingin dan aura seperti demon Mukuro bertanya. Dengan cepat Enma dan Tsuna menunjuk ke arah Bermuda. Mereka bukan bermaksud untuk menuduh, tapi memang kenyataannya seperti itu. Dari mereka bertiga yang bermain kejar-kejaran kan hanya Bermuda yang bisa menggunakan Flamenya.
Mukuro mengeluarkan Trident miliknya dan langsung menyerang Bermuda. Beruntung Bermuda bisa menghindar hingga Trident milik Mukuro hanya mengenai topi Bermuda.
“Beraninya kau membuat Flan hampir celaka.” Dengan mata yang berapi-api Mukuro menumpahkan kekesalannya kepada siapapun yang berniat melukai Flan. Dasar Mukuro.
“Hah, siapa lagi yang akan menggangguku ?” seru Bermuda kesal.
“Fufufufu, Bayi kurang ajar, aku akan memberi sedikit pelajaran padamu,” ujar Mukuro sambil mengeluarkan Mist Of Flame nya , tanda bahwa ia benar-benar serius.
Bermuda hanya bisa berdecih kesal. Reborn Sialan ! Berapa orang yang dikirimnya ke zaman ini untuk mengganggu rencananya ??!!
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXxxxx
Daemon bertemu dengan orang yang sama sekali tak ingin ditemuinya. Orang yang memilihnya sebagai Vongola’s Mist Guardian. Vongola Primo dan para guarddiannya di masa kini.
“Hah, malah bertemu dengan mereka,” keluh Daemon kesal.
“Daemon, kau tidak pernah bercerita padaku kau punya kembaran,” ujar Giotto tanpa dosa. Ia heran karena saat ini dia melihat dua Daemon Spade, ya tentunya Daemon dari masa kini dan masa depan.
“Oi Primo, aku memang tidak punya kembaran,” respon Spade( Daemon masa kini).
“Sudahlah, kau tidak perlu malu. Jadi dia itu adik atau kakakmu ?” tanya Giotto lagi tanpa dosa. (kok Vongola Primo karakternya jadi konyol begini ? -_- )
“Sudah kubilang, aku tidak punya kembaran. Dia itu salah satu musuh yang berniat mengincar benda itu !” seru Spade kesal.
“Whaaa..musuh ? Kalau begitu ayo segera tangkap dia sampai EXTREME !” Seru Knuckle yang sembari tadi hanya menonton perdebatan konyol Primo dan Spade.
“Yosh, ayo tangkap musuh itu segera-gozaru” Asari mengeluarkan pedangnya tapi ia tak melihat keberadaan Daemon di manapun.
“Eh ? di mana dia ?” tanya Giotto yang juga mencarinya.
Sigh. “Dia sudah pergi, ketika kalian sedang sibuk mengobrol,” jawab Alaude cuek.
“Heee ? Padahal aku belum selesai mengobrol dengannya. Aku ingin mengobrol lebih banyak dengan kakaknya Spade,” respon Giotto yang dengan seenaknya mengambil kesimpulan.
“Primo !!! Dia bukan kembaranku !” seru Spade kesal. (Duh, ini para 1st guardian OOC nya to the EXTREME banget dehhhh)
“Sudahlah, kalian bantu saja mereka, sepertinya mereka kuwalahan,” respon Alaude (satu2nya yang masih waras#plakk) sambil menunjuk ke arah G dan YamaGoku yang sedang bertarung melawan Vindice.
“Ikuze,” respon Giotto serius (yah, tentunya dia sudah masuk Hyper Mode, jadinya serius lagi deh).
Sementara itu, Daemon dia berhasil kabur dan masih sambil mengutuk Bermuda yang menyebabkannya terjerumus dalam masalah konyol ini. Beruntung, ia berhasil menemukan Bermuada yang sedang bermain dengan Decimo dan sesosok manusia ‘nanas’ yang mirip dengan dirinya.
“Oi bayi konyol !” seru Daemon kesal.
“Ada apa sih , nanas ? Aku sedang sibuk !” jawab Bermuda kesal. Mendengar kata nanas membuat dua orang berwujud nanas di ruangan itu tersulut emosinya.Alhasil....
DHUAK ! Double punch diterima Bermuda dari Daemon dan Mukuro.
“Apa yang kau lakukan, dasar na....” Bermuda segera menutup mulutnya karena di depannya berdiri dua iblis Nanas yang siap menyiksanya.
Sementara Tsuna dan Enma menikmati pertarungan itu sambil minum teh dan pasang taruhan #eh.
 “Oi kalian berdua ! Berikan benda yang aku cari, maka sebagai gantinya aku akan kembalikan kalian ke masa depan !” seru Bermuda kehabisan ide.
“Benarkah ? Tapi...” Meski ragu Tsuna mulai tertarik dengan tawaran Bermuda.
Tapi seberapapun menariknya tawaran Bermuda Tsuna lebih merasa takut dengan apa yang akan dihadapinya nanti jika dia gagal dalam misi ini. Reborn pasti akan menghabisinya.
“Tsuna sebaiknya kita cepat menyembunyikan benda ini.” Enma menarik tangan Tsuna dan membawanya berlari. Bermuda yang melihat hal itu hendak mengejar mereka, tapi apa daya dua iblis yang kini yang berada di dekatnya masih belum mau melepaskan Bermuda begitu saja.
“Mau kemana kau bayi. Urusan kita belum selesai.” Keduanya menghalangi Bermuda yang berniat kabur.
“Heeee….”
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXxxxx
Enma dan Tsuna terus berlari menuju tempat yang Tsuna sama sekali tidak tahu dimana itu.
“Enma, sebenarnya kita mau kemana?” Tsuna yang ngos-ngosan berusaha mengimbangi kecepatan Enma.
“Ke tempat dimana kita harus menyembunyikan ini. Sesuai dengan perintah Giotto.” Enma mulai mengingat kembali jalan yang harus mereka ambil untuk sampai ke lokasi yang seharusnya.
“kau tahu, di sekitar sini ada Gua yang merupakan Gua rahasia milik Vongola. Gua itu memiliki keamanan khusus jika kita ingin memasukinya. Giotto bilang ada 13 gerbang yang menutup tempat  itu.”
“Ini akan jadi perkerjaan yang berat.” Tsuna merasa lelah mendengar 13 gerbang.
“Kita akan melakukan itu bersama.”
Enma dan Tsuna terus berlari melewati pepohonan dan batuan. Saat mereka sudah merasa keadaan mulai aman, merekapun menurunkan kecepatan. Terus berjalan melewati ngarai dan beberapa bukit, Tsuna dan Enma akhirnya beristirahat di sebuah sungai sambil melihat matahari terbit. Mereka sama sekali belum tidur maupun makan sejak kemarin. Berbekal buah yang mereka petik di jalan Tsuna dan Enma mengisi perut mereka sambil menyegarkan diri di sungai.
“Apa masih jauh?” tanya Tsuna lemas.
“Sekitar lima kilo meter lagi” Enma tersenyum pahit. Dalam kondisi sekarang lima kilometer bagaikan 100 km bai mereka.
“Mungkin sebaiknya kita segera bergegas. Kita tidak maukan terjadi sesuatu pada yang lainnya di Mansion jika tidak segera menyelesaikan misi ini.” Tsuna bangkit dan mulai berjalan. Di saat seperti ini semangat Tsuna memang lebih bisa diandalkan dari pada kekuatannya sendiri.
Mereka berjalan dalam diam. Suasana sepi membuat Tsuna kembali mengingat perkataan Enma semalam, saat Enma menyatakan cinta pada Tsuna. Memori itu membuat Tsuna merasa canggung berada di dekat Enma. Tsuna sendiri tidak tahu bagaimana perasaan dia terhadap Enma.
“Tsuna aku rasa itu guanya !” Teriakkan Enma membuyarkan lamunan Tsuna. Dengan cepat Tsuna dan Enma memasuki gua.
Tidak terlalu jauh mereka memasuki gua yang bisa mereka temukan hanya jalan buntu.
“Jalan buntu. Apa kau yakin ini gua yang dimaksudkan oleh Giotto?” tanya Tsuna meraba-raba dinding gua yang buntu.
“Ya, ini adalah gerbang pertama. Kita harus memasukan flame kita ke lubang itu.” Kata Enama menunjuk dua lubang yang berada di dinding Gua.
“Tapi bukankah kita tidak bisa menggunakan Flame kita? Jadi bagaimana sekarang?” Tsuna mulai panic, tapi Enma hanya diam saja.
“Apa kita harus kembali dan menyuruh yang lainnya untuk ke tempat ini? Melewati gerbang pertama saja kita sudah gagal.”
“Tsuna tenanglah.” Enma menenangkan tsuna dan menatapnya intens.
“Apa kau percaya padaku?” tanya Enma pada Tsuna.
“Mmmm, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, tapi tentu saja aku percaya padamu.” Dengan sedikit ragu Tsuna menjawab pertanyaan Enma.
“Aku tahu cara mengembalikan kekuatan flame kita.” Kata Enma mantap.
GULP. Tsuna menelah ludah karena tegang. Entah kenapa suasana di tempat itu menjadi sangat intens. Tatapan Enma kali ini tidaklah main-main. Dia serius akan suatu hal.
“Enma ? Apa yang ingin kau lakukan ?”
GREP ! Enma memeluk erat tubuh Tsuna, memanggil nama Tsuna dan mulai menciumi rambut karamelnya. Tsuna yang tak pernah melihat Enma begitu agressif seperti ini pun tak tahu harus bagaimana.
“Tsuna..I love you,” bisik Enma lembut.
“Enma,aku-Ngh “Tsuna hendak membuka mulutnya untuk merespon namun Enma tak memberi kesempatan. Enma membungkam mulut Tsuna dengan bibirnya. Kesempatan ! Enma mengajak Tsuna bermain main dengan lidahnya. Yah, seperti biasa Tsuna tak dapat mengelak.
“Hh,,En..ma..Ngh,” Syukurlah, Enma menarik dirinya, memberi waktu sang Decimo untuk bernafas.
“Nee, Tsuna ~ . Mana yang lebih kau sukai ? Giotto-san atau... aku ?” tanya Enma lembut. Meski fisiknya tak menyerang Tsuna tapi tatapan intens nan tajam dari Enma membuat hati Tsuna gelagapan(?).
“A-Apa maksudmu ? Aku...tak mengerti,” dengan suara lirih Tsuna menjawab. Jujur, ia tak berani menatap mata Enma secara langsung.
Enma hanya menghela nafas. Yah, ia sadar beginilah sifat Tsuna. Namun ia tak menyerah, bagaimanapun ia mencintai Tsuna apa adanya.
“Tsuna... kekuatan flame bisa dibangkitkan dengan adanya...hmmm ikatan yang kuat di antara...dua orang. Jadi.. apa kau mau menerimaku sebagai partnermu dan membangkitkan kekuatan flame itu denganku ?” tanya Enma lembut sambil tersenyum.
“Enma....” entah kenapa melihat senyum Enma yang polos seperti ini membuat jantung Tsuna berdebar bahagia. Ya, dia menyukai Enma yang seperti ini, Enma yang jujur dan polos.
“Tsuna...”Enma merespon senyum Tsuna dengan mendekatkan wajahnya padanya dan...
Chu ~ sebuah ciuman ringan mendarat di kening Tsuna.
“Enma... terima kasih,”
“Hahaha..tak perlu ber-Hmph “
 Eh ? Ada apa ini ? Tanpa disadari, Tsuna sudah melayangkan sebuah ciuman hangat ke bibir Enma. Mata Enma masih terbelalak kaget tak percaya. Kemudian secara reflek kedua tangannya meraih pundak Tsuna dan mendekatkan tubuh keduanya.
Entah, Enma masih tak mengerti, apa Tsuna sudah menerima cintanya dengan utuh ? Ataukah ini masih one-sided love ? Tak apa, paling tidak untuk saat ini, Tsuna percaya padanya.
“Akh..Tsuna, ayo kita coba,” akhirnya keduanya saling melepaskan diri. Lalu keduanya berdiri di depan masing-masing gerbang berkonsentrasi untuk membangkitkan kekuatan flame.
“Tsuna, percayalah padaku,” ujar Enma sekali lagi sambil memegang erat tangan Tsuna.
Tsuna membalas dengan tersenyum. “Umm ! Shinjiteru yo !”
Aku masih tak mengerti dengan perasaanku. Apa aku mencintai Enma atau tidak ? Aku juga tidak tahu. Aku tak mengerti apa itu cinta. Tapi aku mengerti akan satu hal, Enma adalah seseorang yang berharga untukku dan aku...Percaya padanya.
WUSHHHH !!!!!
Earth Flame dan Sky Flame berhasil dibangkitkan. Dan pintu itu pun terbuka.....
“Ternyata tidak sesulit yang aku bayangkan” Enma menarik Tsuna masuk melewati gerbang pertama.
“Masih ada 12 lagi. Kenapa mereka harus membuat gerbang sebanyak itu.”
“Mungkin benda yang kita pegang saat ini adalah sesuatu yang benar-benar berharga, dan kita harus melindunginya.” Enma memperhatikan kotak kecil yang masih dibawanya. Masih dengan rasa penasaran tentu saja. Tapi kini tidak masalah apapun benda yang ada di dalamnya, jika itu bisa membuat Enma lebih dekat dengan Tsuna maka dia akan melakukannya.
Dengan pakaian yang sobek-sobek dan sedikit terbakar, luka lecet di sana sini dan sepatu yang sudah hilang sebelah Tsuna dan Enma berhasil melewati gerbang yang terakhir.
“Yang tadi itu nyaris sekali.” Tsuna berkata sambil ngos-ngosan.
“Hmm….” Enma juga tidak kalah lelahnya dengan Tsuna. Mereka kini hanya perlu meletakkan benda itu di tempatnya dan menyegelnya.
“Apa ini artinya semua masalah telah selesai?” Tsuna dan Enma berjalan keluar dari Gua sesaat setelah misi mereka selesai.
“Entahlah.”
“Lalu bagaimana cara kita pulang?”
“Ho...ho..ho...ho..ho...” (note : ini bukan suara santa klaus yak -_- )
Tiba-tiba sebuah suara mmisterius muncul dari entah berantah. Membuat Tsuna dan Enma yang baru saja keluar dari gua merinding ketakutan.
“Su-su suara itu jangan..jangan...” Tsuna menelan ludahnya , entah karena kehausan atau ketakutan. Tapi ya, Tsuna mengenal suara ini, suara dari orang yang paling ditakutinya. Hieee, Hibari kah ? BUKAN ! Xanxus ? NGAWUR !!!! Ah, hanya satu yang orang yang bisa membuat sang Decimo ketakutan....
Sesosok makhluk misterius muncul dari atas , ia mengenakan kostum fairy dengan sayap2 di kedua punggungnya. Sebuah tongkat(yang mungkin)tongkat sihir dibawa sang fairy, yang anehnya kenapa fairy ini mengenakan pedora hats (huh ?).Tsuna takut sama peri ?????!!!!!
Re-re-re BORN ?!!!!!!” SERU Tsuna panik,kaget,bingung ,tapi lega juga sih ? Tapi apa yang Reborn lakukan di sini dan juga...kenapa dia berpenampilan aneh begitu ?
Buakhhh ! secara refleks Reborn menendang Tsuna hingga membuat muridnya itu terdiam seketika.
“Ho.ho.ho.ho, aku adalah Reibon Fairy, penjaga Reborn’s oracle,” ucap sosok misterius itu, yang sebenarnya adalah Reborn yang sedang bercosplay. -,-?
“Reibon Fairy ?” Enma terlihat takjub melihat sosok fairy yang tiba-tiba muncul itu.
“Hah ? Reborn ! fairy apaan sih ? lagipula apa yang kau-“
BUAKHH ! Lagilagi sebuah sepakan gratis diterima Tsuna dari sang fairy Reborn.
“Ck,ck, Dame-Tsuna. Sudah kubilang aku ini Fairy Reibon. Kau harus memaggil namaku dengan benar,” ujar Reborn seenaknya.
Sementara Tsuna hanya bisa menangis dalam hati. ToT
“Fairy-sama. Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Enma akhirnya.
“Hohohoho... aku datang karena kalian berdua berhasil menyelesaikan misi yang ada di Reborn’s Oracle. Aku ke sini untuk mengembalikan ke masa kalian berada..hohoho,”
“Eeeehhhh? Benarkah ?” Tsuna yang sedari tadi pundung di pojokan hutan (?) berteriak antusias ketika mendengar bahwa si reibon fairy atau siapapun itu akan mengembalikannya ke masa depan.
“Hohoho...Fairy tidak pernah berbohong, Dame-Tsuna,” respon Reibon-Fairy.
“Bagus !” respon Enma senang.
“Tapi...” tiba-tiba wajah Reborn berubah serius. “ Aku tidak punya banyak waktu, kalian harus kembali ke mansion itu dalam 5 menit. Atau semua orang yang ada di mansion itu akan tertinggal di sini selamanya.”
“Naniiii ??? Usooo !!!!” seru Tsuna tak percaya.
BUAKKKHHH ! Tendangan ketiga dilancarkan Reibon Fairy, “Sudah kubilang, aku tidak bohong, Dame-Tsuna !”
“Tapi...tidak mungkin kita bisa sampai ke mansion dalam lima menit, tenagaku sudah habis untuk membuka gerbang itu. Sigh,”keluh Tsuna dan juga Enma.
“Hohohoho...Kalau begitu, aku akan membantu kalian,” Reibon mengeluarkan sebuah remote mencurigakan. Ia menekan sebuah tombol dan..
WUSHHHHHH ! Entah bagaimana sebuah pegas raksasa membuat Enma dan Tsuna terlempar tepat ke arah mansion. Membuat keduanya hanya bisa menjerit pasrah.
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXxxxx
Di Vongola Mansion, keadaan masih sama. Bermuda masih sibuk ‘bermain’ kejar-kejaran dengann dua kepala nanas(read: mukuro dan Demon) dengan Fran sebagai wasit dan penontonnya. Di halaman belakang, Vindice sedang bersenang-senang dengan YamaGoku dan first generation Vongola guardian. Sedangkan Hibari? Ia masih sibuk mengutuk para ilusionis yang menciptakan barrier menyebalkan hingga ia hanya bisa menonton para herbivore yang sedang bertarung di depan matanya. Dino Cavallone ? masih useless seperti biasa..hahaha..
“Che! menyebalkan sekali mereka ini, tidak ada habisnya,” keluh Gokudera.
“Kau benar, di saat seperti ini Tsuna sedang apa ya ?” respon Yamamoto sambil menahan serangan Vindice.
“Sebaiknya kalian mundur saja bocah, nanti malah mengganggu,” ujar Alaude dingin menatap duo YamaGoku yang sempat mengobrol di saat genting.
“Cih, jangan remehkan kami,” respon Gokudera kesal.
“Ahahaha..dia mirip sekali dengan Hibari,” tambah Yamamoto.
DHUAR !!! Tibatiba sebuah ledakan muncul dari dalam mansion. Dari ledakan itu memuntahkan sesosok mumi bayi yang tak lain adalah Bermuda ? Oh, rupanya Bermuda memilih kabur dari dua monster nanas yang merepotkan.
“Huwaaaaa !!!! Awas !!!!!” seru Bermuda yang terjun bebas dari atas mansion.
“Tunggu kau bayi jelek !!!!” seru Daemon dan Mukuro dengan OOC nya (?). Mereka muncul di susul Fran yang masih asik bermain sebagai penonton.
DHUAK ! Apa yang terjadi ? Bermuda jatuh mengenai G. Daemon jatuh di atas Alaude. Mukuro jatuh di atas Gokudera. Hanya Fran yang beruntung, ia menjatuhi Yamamoto yang baik hati,penyayang dan rajin menabung(?).
“Teme !!!! Apa yang kau lakukan, stupid pineaple ??!!” seru Gokudera kesal. Mukuro yang dipanggil pineaple pun emosinya beralih pada bomber man yang juga emosi. Ledakan pertarungan pun tak terhindar.
“Hei kau, cepat menyingkir,” ujar Alaude dingin namun penuh dengan killing intent.
“Nufufu, A-Alaude..long time no see..” Daemon pun mulai deg2an karena di zaman ini Alaude masih sangat liar nafsu membunuhnya. ALHASIL, pertumpahan darah pun tak terelakan.
“Ah Spade ! itu kakakmu, cepat bantu dia atau Alaude akan membunuhnya ?” seru Giotto tanpa dosa.
“Biarkan saja,” resspon Spade cuek.
“Fuh, untung saja dua monster nanas itu sibuk dengan musuh-musuh baru. Dengan begini aku bisa fokus mencari benda itu. Mansion ini juga hampir hancur, pasti akan mudah mencarinya muhahaha,” gumam Bermuda tidak jelas. Ia tidak sadar bahwa ia sedang menduduki generasi pertama Storm guardian yang pada dasarnya sangat short-tempered.
“Bayi sialan.....” ujar G penuh emosi.
Sial bagi Bermuda, ia harus memainkan babak kedua dengan G.
“Whaaaaaaaa.... YAAANGGG DI BAWAHHHHH AWASSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” Tiba-tiba Tsuna dan Enma turun dari langit ke tengah-tengah pertarungan yang tak jelas lagi siapa musuh siapa kawan. Di sisi lain, akhirnya sang karnivore Namimori berhasil memecahkan barier yang mengurungnya. Dengan rasa lapar tingkat dewa, sang karnivore akan memangsa siapa saja yang ada di depannya. Namun...
BUAK !!! Sang karnivore kejatuhan sesuatu? Seseorang ? seekor ? herbivore yang bernama Sawada Tsunayoshi yang berani-beraninya jatuh menimpa Hibari.
“Ittai... ah, maaf, apa kau-“ Tsuna yang hendak meminta maaf pun harus terpotong ucapannya karena saat itu juga ia membeku akibat aura pembunuh Hibari yang terkendali.
“SAWADA TSUNAYOSHI ! Kamikorosu !”
“Hieeeeee !!!1 Gomenasaiiiiiii Hibari-san !” dengan secepat kilat Tsuna segera melarikan diri dari kejaran sang Karnivore. Menambah ke semrawutan pertarungan di tempat itu.
Enma dan Dino yang melihat masing-masing kekasih(?) nya sedang asik berperang pun hanya bisa jawsdrop. Keduanya enggan mengganggu pertarungan karena masih sayang nyawa.
“Hohohoho.... Sepertinya aku harus menghentikan perang dunia ini,” dengan senyum misterius sang Fairy Reibon menjatuhkan sesuatu dari atas langit dan ....
DHUARRRRR !!!!! Vongola Mansion terkena bom atom.
Korban yang bberjatuhan : Bermuda, Sebagian Vindice, Yamamoto,Gokudera, Tsuna,Enma dan Dino
Korban luka ringan : Daemon,Spade, Asari,G , Fran,Giotto,Cozarto,Knuckle
Korban tanpa luka : Alaude, Hibari, Mukuro
Nah, untuk selanjutnya para2 bocah itu pun berhasil kembali ke masa depan. Dan untuk kedua kalinya bermuda harus mengganti biaya ganti rugi atas rusaknya Vongola Mansion. Membuat sang Arcobaleno ini kembali uring-uringan.
Sementara Reborn menikmati uang hasil taruhannya dan duduk santai di rumah sambil minum espresso.
Author pun menarik nafas lega setelah berhasil menamatkan cerita aneh ini. Dan para readers pun hanya bisa jaws drop dan penuh tanda tanya ketika mereka menyadari bahwa ending cerita ini aneh dan tidak jelas.

-END (?)-
Iya ..ini beneran udah end kok, jangan garuk-garuk kepala karena bingung gitu dong XD
oke, komentar or review ya ? nanti kalau ingat(biasanya lupa) dibikin sekuelnya deh :3
Comments
1 Comments

1 komentar:

Stop being silent reader and write your comments.......