Title : Kioku Reunion ~ Bloody Island~
Author : Uchiha Ryuko, Nakahara Ningsih, Aerish Lee
Genre : Comedy / Adventure/Mystery
Summary : Ryuko, Nakahara, Aerish dan 4 temannya
semasa sekolah bertemu kembali dalam liburan yang tak terduga. Mereka pikir
liburan di Bloody Island akan menjadi liburan yang tenang dan mengasyikan. Tapi
yang menunggu mereka adalah liburan yang penuh dengan masalah.
Chapter 13
Vallery mendorong Aerish yang berada di depan pintu
sementara Akashi mengurus Ryuko.
“Hei, apa aku tidak penting sehingga kalian tidak
pernah memperdulikanku?” celetuk Nakahara memperhatikan keempat orang tersebut
sibuk sendiri. Ryuko sibuk melawan Akashi dengan tangan terikat, mau tidak mau
Ryuko harus menggunakan kakinya. Aerish dan Vallery juga sibuk bergulat
sendiri.
Vallery menarik kedua tangan Aerish ke belakang dan
menguncinya, membuat Aerish tidak bisa bergerak. Sementara Ryuko sibuk berlari
sambil sesekali menendang.
BUKK
Tendangan Ryuko tepat mengenai wajah Akashi yang
biasa-biasa saja itu.
“Kau pantas menerimanya!” teriak Ryuko bersiap
melancarkan serangan selanjutnya. Tapi dengan cepat Akashi menangkisnya dan
menarik kaki Ryuko hingga membuat gadis itu terjatuh.
“Hei kau, si bodoh yang di sana! Daripada hanya
berdiri lebih baik kau tolong aku atau Aerish!” Ryuko berteriak pada Nakahara
yang masih asyik menyaksikan pertunjukkan. Tapi Nakahara cuek saja, pura-pura
tidak mendengar teriakkan Ryuko.
“Naka-chan!” Aerish berteriak.
Sigh
Nakahara berlari menghampiri Vallery dan Aerish.
Nakahara menarik rambut Vallery dengan kasar hingga membuat Vallery melepas
cengkramannya pada Aerish dan berbalik bergulat dengan Nakahara. Ingin segera
menyelesaikan pertarungan, Nakahara memberikan tendangan di perut dan di wajah
Vallery hingga membuat wanita itu terjatuh.
“Hanya karena aku tidak pernah ikut dalam
pertarungan kalian, bukan berarti aku
tidak bisa bertarung.”
Vallery terbaring tidak bergerak di lantai.
Sepertinya pingsan.
“Don’t’waste
my time,” Nakahara mengalihkan perhatiannya pada Akashi yang
kini mulai terpojok oleh Ryuko. Nakahara menghampiri kedua orang itu.
“Biar aku selesaikan yang satu ini, kemudian kita
bisa….”
BUKK
Nakahara memotong kalimat Ryuko dengan membanting
gadis itu ke lantai.
“What the… apa yang kau lakukan?” Ryuko berusaha
bangkit tapi Nakahara menggencat kepala Ryuko dengan tangannya.
“Calm down
Ryuko, I just want you to help me,” Nakahara menyeret kaki Ryuko menuju Altar dan
mengikat tangan Ryuko pada rantai yang berada di kedua sisi altar.
“Jika aku jadi kau, aku akan duduk dengan tenang di
altar ini. Kau tidak tahu apa yang nantinya akan terjadi kan?” Dengan susah
payah Nakahara berhasil mengikat Ryuko di atas Altar.
“Jika kau ingin menolong Yuuki, sebaiknya cepat.
Jika Vallery sadar, mungkin dia akan melakukan sesuatu yang buruk padanya.”
kata Nakahara pada Akashi yang sepertinya masih berusaha mencerna situasi yang
ada. Tidak lama kemudian Akashi hanya mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan.
Nakahara menarik tangan Aerish dan menggiringnya keluar dari ruangan.
“Naka-chan, apa yang kau lakukan?” Aerish sama
bingungnya dengan Akashi.
“Hei Kau! Lepaskan aku!” teriak Ryuko. Nakahara
tidak memperdulikan pertanyaan Aerish maupun teriakan Ryuko dan terus berjalan
melewati pintu. Berhenti di depan alat scan Golden card.
BUKK…BUKK…BUKK
Nakahara menendang alat itu hingga hancur. Dengan
begitu pintu itu tidak akan tertutup lagi kan? Setelah puas menghancurkan benda tidak berdosa itu, Nakahara kembali
menarik tangan Aerish dan membawanya berlari pergi dari ruang bawah. menuju
lantai satu kastil.
“Hei kau! Tangkap!” teriak Nakahara pada seseorang yang tidak lain
adalah EunHyuk. Nakahara mendorong Aerish saat mereka masih berlari ke arah
EunHyuk. Walau masih tidak tahu apa yang terjadi dengan sigap EunHyuk menangkap
gadis itu. Belum selesai EunHyuk mengatur kembali keseimbangannya setelah
menangkap Aerish, Nakahara justru melemparkan sebuah benda asing ke arah
mereka. Yah seperti kataku tadi, karena Eunhyuk belum siap mau tidak mau benda
mendarat tepat di kepala Eunhyuk yang berisi otak super cerdas itu.
“Ups, sengaja. Aerish! gunakan benda itu untuk membantu Akashi dalam penyelamatan yuuki!” Tidak
sedetikpun Nakahara menghentikan laju larinya hingga gadis itu menghilang di
persimpangan lorong.
“Aerish, tidak bisakah kau berteman dengan manusia
normal?” kata Eunhyuk dengan nada kesal.
“Eunhyuk, Ryuko-chan. Dia masih di bawah sana. Dan
Nakahara, ada apa dengannya? Apa yang sebenarnya ingin dia lakukan?”
“Hwoa… tenang Aerish. Aku tidak mengerti apa yang
kau bicarakan.”
Aerish memandang benda yang di lempar oleh Nakahara
yang kini berada di tangan Eunhyuk.
“Apa itu?” tanya Aerish menunjuk benda yang mirip
dengan remote dengan banyak tombol.
“seharusnya aku yang bertanya padamu. Ini benda yang
dilemparkan temanmu tadi,” kata Eunhyuk memberikan remote itu pada Aerish. Aerish ingat! benda ini adalah alat yang digunakan Vallery untuk
membuka pintu rahasia dari dalam. Di dalam remote itu terdapat ketiga Golden
card. Sepertinya fungsi remote itu sama dengan Golden card yang bisa mengakses
seluruh ruangan di kastil. Tepatnya di Bloody Island.
Sementara itu keadaan dimana Ryuko berada.
“Ugh…” Vallery terbangun dari tidur panjangnya.
Wajahnya terasa bengkak, dan dia teringat itu karena tendangan Nakahara.
“Arrrggghhh!” Vallery berteriak penuh emosi
mengingat pertempuran belum lama ini.
“Hei kau!” panggil seseorang. Vallery melihat ke
arah Altar. Ryuko terduduk di sana dengan tangan yang terikat dengan rantai
yang menyambung ke setiap sisi Altar.
“Daripada berteriak seperti itu, lebih baik kau buka
ikatanku karena sepertinya rencanamu sudah gagal,” perintah Ryuko.
“Kenapa kau bisa terikat di situ?” dengan bodohnya
Vallery bertanya.
“Jangan ingatkan aku tentang hal itu. Aku sedang
sangat kesal. Jika aku bertemu dengannya aku pasti akan langsung mencincang orang itu,”
Ryuko terlihat benar-benar kesal.
“Aku rasa rencanaku belum sepenuhnya gagal,” Vallery berjalan mendekati Altar yang berjarak dua
meter di samping sebuah peti mati.
“Ugh… ini akan sedikit sulit.” Vallery berusaha
mendorong lingkaran besar yang tergambar di sisi Altar.
“Hei, apa yang kau lakukan?” tanya Ryuko menarik
rambut Vallery, berusaha menahan wanita
itu untuk tidak melakukan apapun yang ingin dilakukannya (haduh, bahasanya susah bgt).
Clik.
Terdengar suara klik saat Vallery berhasil mendorong
lingkaran besar itu ke bagian dalam.
Krik krik krik….
Tidak terjadi apapun.
“Hah, sudah ku bilang rencanamu itu sudah gagal,” Kata Ryuko. Tapi seulas senyum licik tergambar di
wajah Vallery yang kemudian melangkah menjauh dari Altar.
Altar tiba-tiba bergetar, begitu pula dengan peti
mati di sampingnya.
“Ck, apa lagi sekarang?”
Altar mulai bergerak naik bersama dengan peti mati.
Semakin tinggi keatas. Langit-langit juga terbuka dengan sendirinya membuat
Altar semakin bergerak naik. Dan kini Ryuko sepertinya sudah berada di lantai
satu. Dan terus naik.
“What The Hell!”
Teriak Ryuko saat Altar berhenti bergerak. Dan tebak dimana dia sekarang? Yup
dia bagian tertinggi dari kastil. Ryuko kini berada lebih tinggi dari atap
kastil. Dia dapat melihat menara-menara yang mengelilingi kastil. Jika
diperhatikan bangunan ini seperti membentuk formasi tertentu, dan Ryuko kini
berada di jantung formasi tersebut.
Diluar sudah gelap dan terlihat bulan purnama yang
mengiasi langit malam.
“Great!
Aku tahu Vallery membutuhkan bulan purnama untuk ritualnya. Tapi aku tidak
berfikir seperti ini caranya!” Teriak Ryuko dari atas dan tentu saja tidak ada
yang mendengarnya.
“Biarkan cahaya bulan ini memberi energi untuk kebangkitanmu,” Gumam Vallery yang tentu saja juga tidak terdengar oleh siapapun.
Terlihat di halaman depan kastil sudah ada beberapa
orang yang berkumpul untuk Grand opening. Tapi mereka sepertinya tidak
menyadari keberadaan Ryuko di atas sana.
“Yo!” sapa seseorang yang sangat dikenal oleh Ryuko
dan merupakan orang pertama yang ingin dimusnahkan olehnya.
Nakahara berdiri di salah satu atap kastil tidak
jauh dari tempat dimana Ryuko berada sambil menenteng sebuah kapak di bahunya.
Dengan datar Ryuko menatap temannya itu.
“Sebelum kau bertanya, biar langsung aku jawab. Aku
menemukan benda ini (di) salah satu dinding kastil sebagai dekorasi,” kata
Nakahara memperlihatkan kapak yang dibawanya. Tapi Ryuko sebenarnya sangat
tidak tertarik dengan hal itu.
“Dan… aku akan menggunakannya untuk membebaskanmu.
Jadi tunjukanlah sedikit rasa syukurmu,” lanjut Nakahara.
“Seharusnya, sejak awal kau tidak usah merantaiku di
sini jika pada akhirnya kau hanya akan melepaskanku,” Gumam Ryuko. Nakahara meloncat dari atap ke atap mencari sisi yang
paling dekat dengan Altar.
“kau pasti sangat berharap aku jatuh kan? Tapi
kuberitahu, itu tidak akan terjadi. Aku pernah berlatih sirkus selama satu
minggu. Cukup untuk membuatku ahli dalam hal ini,” celoteh Nakahara yang kini sudah berdiri di atas
Altar bersama dengan Ryuko.
“Apa kau punya asuransi?” tanya Nakahara.
“Ha?” Ryuko tidak mengerti pertanyaan tidak penting
dari Nakahara.
“Yah, hanya untuk berjaga-jaga kalau TANPA SENGAJA
aku memotong tanganmu dan bukannya rantai itu,” seulas senyum mencurigakan mengembang di wajah
Nakahara.
“Perlu kau tahu, kita berada diatas ketinggian 50
meter dari tanah, jadi jangan lakukan sesuatu yang akan membuatmu menyesal,” ancam
Ryuko.
“Sigh… hai hai Ojou
sama.”
PRANG!
Tanpa peringatan Nakahara memotong rantai yang
mengikat tangan Ryuko dengan kapak. Ryuko sepertinya sudah terbiasa dengan
kejutan-kejutan seperti itu, dan dia hanya memijat tangannya yang sudah bebas.
“Hei mau apa kau?” Ryuko menarik kerah belakang baju
training Nakahara saat mendapati gadis itu hendak melakukan sesuatu.
“Aku masih ada janji kencan,” Nakahara menunjuk ke arah peti mati yang berada tidak jauh dari Altar.
“Tck,” Ryuko melepaskan Nakahara dan membiarkan gadis itu
melompat ke arah peti mati.
“Hello, honey”
“Jadi ini alasanmu membantu Vallery?” tanya Ryuko
pada Nakahara yang masih asik membuka peti mati tersebut.
“sudah kuduga,”
Lanjut Ryuko. Sementara Nakahara hanya terdiam.
“Hei, bisa kau cepat sedikit? Atau aku akan
meninggalkanmu,” Ryuko mulai tidak sabar
menunggu Nakahara, walau sebenarnya dia bisa pergi sendiri sih.
“What…. WHAT
THE HELL.!!!!” tiba-tiba Nakahara berteriak.
“Apa lagi sekarang?” Ryuko bertanya masih dengan
menutup telinganya karena teriakan Nakahara yang mengganggu.
“Lihat ini!” Nakahara menunjuk sebuah tulisan.
MADE IN CHINA
“Ini palsu! Pria tua itu pasti sudah menukarnya.
Mana yang asli? Museum, yah dia bilang beberapa benda di kastil itu di serahkan
ke museum di London.AAAARRRRGGGGHHHH!!!!” Yah seperti itulah sesi tanya sendiri
jawab sendiri dari Nakahara.
“Pfft.” Ryuko hanya tertawa geli.
“Tunggu sampai Vallery mengetahuinya,” Lanjut Ryuko.
Sementara itu, di
tempat lain, Aerish masih menatap heran remote yang baru saja dia terima dari
Nakahara. Meski sudah jelas, kalau di sana ada ketiga golden card, tapi yang
membuat bingung Aerish adalah untuk apa Nakahara memberikannya itu? Untuk
mengakses ruangan itu? Tidak mungkin, ruangan itu bahkan tak bisa tertutup lagi
gara-gara ulah Nakahara. Untuk mengakses ruangan lain? Tapi, ruangan yang
mana....
“ Akhhh....” seru
Aerish frustasi menatap benda di tangannya.
“ Kau kenapa?”
tanya Eunhyuk heran melihat Aerish.
“ Tidak apa-apa,”
jawab Aerish biasa.
“ Apa yang kau
lakukan dengan benda itu sekarang?”
“ Itu dia yang
dari tadi kupikirkan. Aku tidak tahu rencana apa yang ada di pikiran Nakahara
sekarang. Tapi, yang jelas, aku harus melakukan sesuatu untuk menolongnya dan
Ryuko.”
“ Kalau memang
kau mau menolong mereka, kenapa kau tidak masuk lagi saja?”
“ Nanti,” jawab
Aerish. “ Eunhyuk....”
Eunhyuk hanya
diam menanti kelanjutan kalimat Aerish.
“ Terima kasih,”
lanjut Aerish.
“ Untuk?”
“ Terima kasih
karena kau telah menolongku....”
“ Bukankah kau
keluar tidak karenaku? Jadi untuk apa kau berterima kasih padaku?”
“ Aku tahu. Ah,
pokoknya....”
Bruak.....
Aerish
mengernyitkan keningnya mendengar sesuatu dari dalam kastil. Seperti....
“ Ah, Eunhyuk,
bisa kau tolong aku untuk mencari keberadaan seseorang?” tanya Aerish.
“ Siapa?”
“ Karina-san. Aku
tidak tahu dimana dia sekarang dan aku juga tidak tahu kenapa firasatku
mengatakan ada sesuatu yang buruk terjadi padanya. Jadi, tolong cari tahu
dimana dia sekarang dengan kemampuan hack-mu itu,” pinta Aerish.
“ Siapa Karina
itu?”
“ Dia salah satu
pembimbingku yang juga salah satu pemegang saham di sini. Jadi, kau mau kan
melakukan itu? Aku hanya ingin tahu keadaannya saja,” mohon Aerish.
Eunhyuk menghela
nafasnya kecil. “ Baiklah. Aku akan mencarinya nanti.”
“ Terima kasih
dan sepertinya aku harus mengecek sesuatu,” ujar Aerish berlari kembali masuk
ke dalam kastil.
“ Hei, kenapa kau
masuk lagi ke dalam? Kau, kan sudah keluar?” teriak Eunhyuk bingung melihat
Aerish masuk lagi ke dalam.
“ Ada sesuatu
yang harus kuurus. Pastikan saja kau menemukannya!” seru balik Aerish yang kini
sudah masuk dan menghilang dari pandangan Eunhyuk.
“ Hh.... Bodoh!
Selalu saja masuk ke dalam bahaya!” ucap Eunhyuk yang langsung pergi mencari
tempat untuk menjalankan apa yang diminta Aerish.
Di dalam
kastil....
Aerish terkejut
begitu mendapati seseorang sedang terkapar tak berdaya di lantai. Dia lihat
baik-baik orang itu dan pelan-pelan mendekati. Sebenarnya sih, tidak perlu
seperti itu. Karena dari jauh, dia sudah bisa tahu siapa korban yang terkapar
tak berdaya itu.
“ Ryuko-chan!”
seru Aerish memanggil temannya yang kini tengah terbaring lemah di lantai.
Sementara yang
dipanggil hanya menatapnya datar.
“ Apa yang
terjadi denganmu? Mana Naka-chan?” tanya Aerish panik.
“ Sigh. Bisa kau
diam!” Ryuko bangun dari tidurnya dan masih menatap Aerish tajam.
“ Bagaimana bisa
kau jatuh di sini?” Aerish melihat Ryuko dan atap kastil yang terbuka
bergantian.
Ryuko hanya
menjawabnya dengan memberi death glare
pada Aerish seolah memintanya untuk diam.
“ Lihat saja
nanti! Akan kucincang dia!” umpat Ryuko sembari menatap langit kastil.
“ Bagaimana bisa
kau ada di sini?” seru seseorang yang sudah tak asing lagi. Vallery.
Aeris dan Ryuko
langsung menoleh ke sumber suara.
“ Sepertinya
rencanamu benar-benar gagal sekarang!” ucap Ryuko sinis mengabaikan pertanyaan
Vallery.
“ Gagal?!”
Vallery tertawa mendengarnya. “ Tidak mungkin. Meski kau gagal jadi mangsanya,
tapi aku yakin saat ini dia sedang proses untuk kebangkitannya,” ujar Vallery
masih tidak tahu soal peti mati palsu itu.
“ Kebangkitan?!”
Kali ini Ryuko yang tertawa. “ Ya, ya. Dia memang sedang proses kebangkitan.
Kebangkitan dari peti mati palsu,” ucap Ryuko tersenyum sinis.
“ Ryuko-chan, apa
yang terjadi di sini?” tanya Aerish bingung dengan pembicaraan mereka.
“ Diam dan ikuti
saja apa yang kulakukan!” perintah Ryuko.
“ Apa?! Peti mati
palsu? Apa maksudmu?”
“ Seperti yang
kau dengar. Peti itu palsu. Apa kau mau bukti?” Ryuko memberikan tatap penuh
arti pada Vallery lalu.....
Brukkk.....
Tiba-tiba saja
sebuah peti mati jauh dari atap tak jauh dari tempat Vallery berada. Beruntung
dia berhasil menghindar sehingga tak ada anggota tubuhnya yang terkena peti
mati itu.
Vallery terkejut
melihat peti mati dan segera saja membukanya. Matanya terbelalak begitu melihat
peti itu kosong dan terdapat tulisan MADE IN CHINA.
“ See? Kau lihat sendiri, kan?” ujar Ryuko
tersenyum mengejek.
“ What the hell?! Siapa yang berani
melakukan ini? Sial!” seru Vallery kesal menatap Ryuko dan Aerish tajam.
“ Siapapun orang
itu, tapi setidaknya orang itu tahu maksudmu yang sebenarnya. Dan aku harus
berterima kasih padanya karena dia berhasil menipumu dan juga manusia sialan
itu (read: Nakahara)!”
jawab Ryuko senang.
“ Aku tidak
peduli siapa yang berani menipuku. Tapi, berhubung kalian sudah ada di sini,
jadi....” Vallery tersenyum licik dan langsung melemparkan sebuah pisau yang
tak tahu darimana ke arah Ryuko.
Beruntung Ryuko
bisa beladiri, jadi dia bisa menghindar dengan cepat meski sedikit terhalang
dengan kakinya yang cedera akibat jatuh dari langit atap kastil.
“ Responmu
cepat!” ucap Vallery yang langsung menyerang Ryuko dan Aerish. Namun fokusnya
hanya pada Ryuko dan bertarung dengannya. Aerish yang sebenarnya tidak bisa
beladiri, hanya melihat mereka bertarung dan menunggu kesempatan untuk membantu
Ryuko menjatuhkan Vallery.
Ketika kesempatan
itu tiba, Aerish mengambil pisau yang tadi dilempar Vallery dan segera menikam
punggungnya.
“ Arghh... Kau?!”
Vallery membalikkan badan dan langsung menerkam leher Aerish.
Ryuko membantu
Aerish lepas dari cengkeraman Vallery.
“ Sigh!
Menyerahlah! Waktumu sudah habis!” saran Ryuko.
“ Menyerah?”
Vallery tertawa getir menahan sakit akibat tusukan Aerish. “ Tidak akan
pernah!” Dengan sisa-sisa tenaganya, Vallery menyerang Aerish dan Ryuko lagi
secara bersamaan. Namun, serangannya meleset karena tenaganya sudah terkuras
habis dan darah selalu mengucur deras dari lukanya.
“ Aerish! Bisa
kau bantu aku?!” Ryuko melirik Aerish dari sudut matanya.
Aerish
menganggukkan kepalanya dan mengerti apa yang dimaksud Ryuko. Dengan cepat
mereka berdua meringkus Vallery yang sudah lemah dan hampir tak berdaya. Mereka
mengikat Vallery dengan tali yang sebelumnya digunakan untuk mengikat Ryuko
sewaktu jatuh dari atas.
“ Sudah kubilang,
waktumu sudah habis. Tak ada gunanya lagi kau melawan. Rencanamu sudah gagal!
Dan kau tak bisa apa-apa sekarang,” ucap Ryuko menatap Vallery tajam.
“ Tidak semudah
itu, Ashihara!” Vallery tersenyum penuh arti.
@@@
Di rumah
sakit....
Arystar berjalan
dengan tergesa-gesa menuju ruang rawat Karina. Dia sedikit terkejut melihat ada
Robert dan Alaude berdiri di depan ruang Karina.
“ Aku ingin
bertemu dengannya,” ucap Arystar pada Robert.
“ Untuk apa?”
tanya Robert.
Arystar memberi
tatapan tajam pada Robert, lalu dia mempersilakan Arystar untuk menemui Karina.
“ Bodoh! Apa yang
sudah kau lakukan? Dan kenapa mereka menjaga kamarmu?” seru Arystar begitu
melihat Karina terbaring di tempatnya.
“ Mereka
menjagaku. Dan aku juga sudah menceritakan semuanya pada Nakahara,” jawab
Karina.
“ Apa?! Kau
menceritakan semuanya padanya? Kau ini bodoh atau apa?” teriak Arystar berang.
“ Aku tidak
bodoh. Justru itu satu-satunya cara untuk bisa menyelamatkan kita dan semuanya.
Karena aku tidak bisa berbuat apa-apa, jadi aku memberitahunya,” jawab Karina.
“ Tapi, kau....”
“ Tenanglah. Ada
kalanya kita membutuhnya untuk menyelamatkan kita,” ujar Karina menenangkan.
Tok tok....
Pintu ruang rawat
Karina terbuka dan Robert masuk menyerahkan sebuah amplop pada Karina.
“ Dari siapa?”
tanya Karina menatap amplop itu.
“ Seorang perawat
memberikannya padaku katanya itu dari seseorang yang Karina-san kenal. Karena
itu masalah pribadi Anda, jadi saya tidak berani membukanya,” jawab Robert yang
langsung keluar dari ruang rawat Karina.
Karina langsung
membuka amplop itu dan terkejut begitu membaca isinya.
Melihat perubahan
wajah Karina, Arystar langsung meminta surat itu dan membaca isinya. Wajah
Arystar juga langsung berubah begitu tahu isinya.
“ Ini tidak
mungkin. Jadi kau juga sudah....”
“ Aku hanya
memberinya petunjuk. Aku juga terkejut dia bisa tahu secepat ini,” jawab Karina
memotong kata-kata Arystar.
“ Jadi, siapa
saja yang sudah kau beritahu?”
“ Hanya mereka
berdua. Tapi, sebaiknya kita ikuti saja apa yang dia katakan. Itu lebih baik
buat kita,” kata Karina bangkit dari tempatnya dan bersiap-siap untuk pergi.
“ Kau yakin?”
“ Seyakin sewaktu
aku menerima ajakanmu untuk memulai rencana itu,” jawab Karina berjalan ke arah
pintu meski dengan tertatih-tatih. Arystar mengikutinya.
Sewaktu di depan,
Robert menghentikan mereka berdua.
“ Kami hanya
ingin jalan-jalan mencari udara segar,” jawab Karina berjalan melewati Robert
diikuti Arystar.
@@@
Di tempat
lain....
Seseorang menatap
datar gambar yang ada di depannya seolah dia sudah tahu apa yang akan terjadi
nantinya pada gambar-gambar yang ada di depannya. Sembari menghisap minumannya,
dia kembali melihat lembar kecil yang berada di dekatnya.
Vampir
adalah segalanya baginya
Dia
selalu pada tempatnya
Tak
jauh denganmu tapi juga tak dekat dengamu
Bulan
purnama, kunci segalanya
Orang itu
tersenyum penuh arti menatap tulisan itu.
“ Seperti yang
kuduga,” gumamnya.
@@@
Akashi masih terus berlari untuk mencari keberadaan
Yuuki. Seperti yang sudah ia duga, Yuuki sedang berada di tempat utama bersama
pengawal mencurigakan yang selalu mengikutinya ke mana pun.
Akashi bisa bernafas sedikit lega karena kondisi
Yuuki masih utuh seperti terakhir ia melihatnya. Namun tiba-tiba Yuuki dan
pengawalnya bergerak menjauhi kerumunan. Dengan sembunyi-sembunyi Akashi
mengikuti Yuuki untuk mencari kesempatan
yang tepat melumpuhkan pengawal suruhan Vallery.
“Kurasa sekarang saat yang tepat untuk
menyerangnya,” bisik Akashi pada dirinya sendiri. Dengan gerakan yang cepat dan
luwes Akashi melayangkan sebuah tendangan pada pengawal di samping Yuuki. Tapi
pengawal bertopeng itu seolah memiliki mata di punggungnya, tanpa menoleh
sedikit pun ia bisa menangkis serangan Akashi dengan mudah.
“Cih, aku tidak tahu kalau Vallery memiliki petarung
yang sangat berbahaya,” Akashi menatap pria bertopeng itu dengan kesal.
“Shouichi?! Apa yang kau....?”
Belum sempat Yuuki menyelesaikan adegan terkejutnya
(zoom in zoom out ala sinetron?) si
pria bertopeng itu langsung memberikan serangan balik pada Akashi. Tendangan
dari si topeng membuat kacamata Akashi retak .
“Sial..Siapa kau sebenarnya?” Akashi melepas
kacamatanya dan melemparnya dengan kesal. Tanpa kacamata membuat Akashi menjadi
seseorang yang berbeda. Tidak...dia tidak berubah menjadi kamen rider atau
ultraman (?). Dia masih seorang Akashi, hanya saja yang satu ini terlihat lebih
nakal, lebih liar dan berbahaya #gapenting.
Si pria bertopeng tidak tersenyum ataupun menjawab
pertanyaan Akashi. Ia hanya memiringkan kepalanya sedikit, seolah mengatakan
pada Akashi :’ mau tahu aja apa mau tahu banget?’ XD
“Tunggu dulu, Shouichi,” Yuuki yang tidak mengerti
segera menempatkan diri di antara Akashi dan pria bertopeng. “Apa yang kau
lakukan? Kenapa kau menyerang pengawalku?” seru Yuuki menatap Akashi tajam.
“Menyingkirlah darinya, Yuuki!” seru Akashi kesal.
Baru saja Akashi hendak melakukan serangan balasan, si pria bertopeng sudah
lebih dahulu menarik Yuuki dan melemparnya menjauhi Pertarungannya dengan
Akashi. Selang beberapa detik si pria bertopeng sudah berhasil meninggalkan kissmark,
maksudnya, bekas luka pukulan di wajah
Akashi.
Akashi menyentuh bekas luka di pipinya yang masih
terasa panas. Great, pipi kanannya mendapatkan bekas luka dari Ryuko dan pipi
kirinya mendapatkan bekas dari si pria bertopeng. Ugh, mereka pikir wajahnya
yang tampan ini adalah karung tinju yang digunakan untuk latihan?
“Ugh..sial,” Akashi meringis kesakitan sambil
menatap si pria bertopeng. Entah kenapa, ada yang aneh dari si pria bertopeng
ini. “ Apa yang kau inginkan?” tanya Akashi masih menatap tajam si topeng.
“Paksa aku untuk menjawab pertanyaanmu,” akhirnya si
pria bertopeng itu angkat bicara.
“Suara ini...”
Tanpa membalas ucapan si topeng, Akashi melancarkan serangan padanya.
Memberikan tendangan untuk menjatuhkan si pria bertopeng. Namun si pria
bertopeng berhasil melompat untuk menghindari serangan Akashi. Dengan segera
Akashi mengeluarkan chidori,eh maksudku, pisau lipat untuk menyerang si
pria bertopeng. Namun sayang, ternyata Akashi hanya berhasil menyerang ilusi,
maksudku topengnya saja hingga hancur.
“Not bad,”
komentar si pria bertopeng yang tak lagi bertopeng (?) santai sambil menatap
Akashi.
“Kau...”
“Tch, kupikir kau bisa membuat ini lebih menarik,
Ashihara Sasuke ,” komentar Yuuki menatap pria yang berdiri di depan Akashi.
“Kau..Ashihara Sasuke?” ucap Akashi gugup. “Apa yang
kau lakukan di sini? Kupikir kau...”
“Hahahaha,,, Kau tertipu Shouichi,” tiba-tiba Yuuki
tertawa melihat ekspresi bingung plus panik dari Akashi. “Hei Ashihara, seharusnya kau buat Shouchi lebih
kesal lagi. Aku suka melihat ekspresi kesalnya itu,” lanjut Yuuki puas menatap
ekspresi aneh yang muncul dari wajah Akashi.
“Yuuki, kupikir pria yang bersamamu itu seorang
assasin, tapi kenapa malah Sasuke yang...”
“Akashi Shouichi, kau bukan satu-satunya orang yang
bisa mempermainkan orang lain,” ucap Sasuke dan aura demonnya.
“Tapi...” Akashi sangat tidak suka pada aura
mengintimidasi dari Sasuke.
“Shouchi, kalau yang kau maksud assasin rendahan
yang berpura-pura sebagai pengawalku itu,, dia sudah dibereskan olehnya,” Yuuki
melirik pada Sasuke yang masih pada mode demonnya.
“Sigh. Kalau kau sudah tahu, kau tak perlu
mempermainkanku seperti itu, Yuuki. Kau benar-benar jahat pada teman masa
kecilmu,” keluh Akashi.
“Yah..mau bagaimana lagi Shou-chan? Aku suka
melihatmu menderita,” komentar Yuuki sambil tertawa bahagia.
“Jadi Akashi, jika kau sudah berada di sini aku
berasumsi masalah di dalam kastil sudah selesai bukan?” Sasuke memotong adegan childhood reunion antara Akashi dan
Yuuki dengan tidak sabar.
“Kau... sudah tahu tentang rencana Vallery?” tanya
Akashi heran.
“Kau pikir kau sedang berbicara dengan siapa?” balas
Sasuke dingin. “Katakan padaku, apa terjadi sesuatu dengan Ryuko?” tanya Sasuke
sambil mengiirimkan death glare pada
Akashi.
Akashi mengelus pipi kanannya,mengingat bekas luka
yang didapatkan dari Ryuko. “Ryuko-san masih berada di dalam kastil bersama
Nakahara-san,Aerish-san dan juga Vallery,” lanjut Akashi.
“Well well,
mungkin sebaiknya kalian lakukan sesuatu untuk membantu mereka bertiga karena
Vallery itu tipe yang bisa menjadi sangat gila jika apa yang dia inginkan tidak
terwujud,” celetuk Yuuki yang juga sudah tahu semua tentang Vallery.
“Entahlah, tapi aku rasa Ryuko-san bisa membereskan
masalah di kastil itu, dia tidak lemah kok,” ucap Akashi sambil mengelus
lukanya(lagi). “Lagipula di kastil itu ada dua orang temannya,” lanjut Akashi.
“Well, dia
pernah menghadapi musuh yang jauh lebih berbahaya daripada sekedar wanita gila
maniak vampire,” komentar Sasuke santai.
“Tapi sebaiknya kalian tidak lupa kalau Nakahara ada
di sana. Dia sering membuat situasi menjadi semakin tidak terkendali,” komentar
Yuuki.
Sementara itu....
“Kau pikir ini sudah berakhir, Ashihara?Kau salah!”
seru Vallery sambil tertawa layaknya orang gila.
“Diamlah Vallery. Jangan berteriak frustasi seperti
caleg yang gagal dalam pemilu (?),”ujar Ryuko ga jelas.
Smirk. Sebuah senyum mencurigakan dari Vallery membuat
Ryuko kembali bersikap waspada.
“Kalau aku gagal membangkitkan masterku, maka aku
akan mengubur kalian semua bersama dengan kastil ini, Tapi sebelum itu..”
CLAK.
Vallery menginjak lantai kastil hingga membuat
kastil kembali bergetar. Awalnya Ryuko mengira bahwa kastil akan kembali
bergerak atau akan ada serangan mendadak yang muncul dari atap kastil. Tetapi
yang muncul malah zombie menjijikan yang pernah menyerang Ryuko cs sebelumnya.
“Ryuko-chan, makhluk itu lagi,,” kata Aerish
bergidik ngeri melihat zombie-zombie palsu yang muncul dari balik dinding
kastil.
“Ugh, sialan kau Vallery,” Ryuko berusaha
mempertahankan diri dengan kondisi seadanya.
Tiba-tiba Buakkk! Sebuah kapak besar turun dari
langit menghantam zombie palsu yang ada di depan Ryuko cs. Dan entah kenapa, tiba-tiba semua zombie itu
pun berhenti bergerak. Aerish mendongak ke atas untuk melihat orang yang
tiba-tiba melempar kapak dari atap kastil. Terlihat Nakahara melambaikan tangan
dengan bodohnya.
“Oi Naka-chan~ terima kasih,” seru Aerish.
“Tch, kenapa bukan dia saja yang jatuh dari atas
atap itu,” Ryuko menatap Nakahara dengan kesal, mengingat bagaimana dirinya
hampir mati karena terjatuh dari atap kastil yang tingginya hampir 50 meter .
Dan semua itu karena Nakahara. Dia benar-benar pengacau profesional.
“Sial! Lagilagi si pengacau itu!” Bahkan Vallery pun
kesal pada Nakahara. “Kalau begitu kuhancurkan saja tempat ini!” seru Vallery.
Vallery berlari mendekati sebuah lantai dengan
ukiran tengkorak di sisi lain ruangan itu (bodohnya Ryuko cs hanya mengikat
tangan Vallery dan tak mengikat kakinya juga). Ia memanfaatkan darah yang
mengalir dari tubuhnya dan mengalirkannya pada ukiran tengkorak di lantai itu.
“Self destruction
activated!”
Tiba-tiba getaran gempa ber kekuatan 8 Skala
ritcher(?) terasa di sekitar kastil, bahkan mungkin terasa sampai di sekitar
kastil.
“Apa lagi ini?” seru Ryuko kesal. Ia menatap Vallery
yang terlihat kacau karena rencananya gagal. Terlihat Vallery sedang tertawa
layaknya orang gila.
“Ryuko-chan! sepertinya tempat ini akan runtuh, kita
harus keluar dari sini!” seru Aerish panik.
“Wait!”
Ryuko berlari mendekati Vallery dan menarik kerah bajunya. “ Katakan padaku
bagaimana cara menghentikan ini!” ancam Ryuko
“ Hahahaha...Tidak ada cara menghentikan ini,” jawab
Vallery sambil tertawa gila.
“Kau-“
“Ryuko-chan , ayo cepat!” seru Aerish memanggil
Ryuko. “Naka-chan! Sebaiknya kau turun dari sana! Vallery sudah mengaktifkan self destruction tempat ini!” seru
Aerish memanggil Nakahara yang masih berada di atas.
Nakahara yang masih berada di atas masih santai
memperhatikan semua orang yang berada di halaman kastil. Semuanya terlihat
panik karena getaran gempa yang tiba-tiba terasa di sekitar kastil.
“Self
destruction? Yang benar saja. Mana ada orang bodoh yang membangun kastil
kemudian membuat sistem self destruction
untuk tempat yang susah payah dibangun?” seru Nakahara membalas ucapan Aerish.
“Wait...” Ryuko berpikir sejenak ketika mendengar seruan
Nakahara dari atas. “Oi Nakahara! kau tahu bagaimana menghentikan getaran ini
kan? Aku perintahkan kau untuk menghentikan getaran ini sekarang juga!”
“Dibayar pun aku tidak akan mau menuruti
perintahmu,” seru Nakahara.
“Kau!”
“Sigh. Lagipula aku sudah mendapatkan spot yang
bagus untuk melihat banyak orang menderita di bawah sana hahaha,” entah kenapa
saat ini Nakahara terdengar lebih antagonis dibandingkan dengan Vallery.
“Ryuko-chan, sekarang apa yang ingin kau lakukan?”
tanya Aerish panik.
“Kalau bisa aku ingin terbang ke atas dan menghajar
Nakahara,”jawab Ryuko yang mulai frustasi menghadapi Nakahara.
Orang-orang yang ada di halaman mulai berlarian
menuju gerbang utama kastil. Mungkin mereka berniat untuk kabur dari kastil.
“Aerish-chan!” Nakahara berteriak dari atas.
“Apa lagi sekarang?!” yang di panggil Aerish malah
Ryuko yang menjawab. Sepertinya Ryuko sedang darah tinggi.
“Aerish, apa kau masih membawa remote yang aku
lemparkan padamu?” tanya Nakahara mengabaikan komentar Ryuko. Aerish teringat remote
yang dimaksud Nakahara dan merogoh kantungnya.
“Apa remote ini yang kau maksudkan?” teriak Aerish.
“Gezz tidak bisakah kau turun! Kami lelah jika harus
berteriak. Leherku juga sakit jika harus terus melihat keatas!” teriak Ryuko.
Nakahara hanya menjulurkan lidahnya mengejek Ryuko.
“Aerish, cukup dengarkan saja perintahku. Bisa kau
tekan tombol GC pada remote itu?” teriak Nakahara. Aerish dengan polosnya
mengikuti perintah Nakahara dan menekan tombol GC pada remote.
BAM
Terdengar suara gerbang tertutup. Ryuko yang merasa
curiga langsung menuju jendela yang mengarah ke halaman depan kastil. Gerbang
yang tadinya terbuka kini tertutup. Para tamu terjebak di halaman kastil.
“Hei, apa yang kau lakukan!” Ryuko terlihat semakin
kesal.
“Tidak akan menyenangkan jika para korban berhasil
kabur!”
“Aku tidak peduli, cepat hentikan getaran ini!”
perintah Ryuko.
“Ok ok, Aerish bisa kau tekan tombol S1 dan S2?!”
perintah Nakahara. Kali ini Aerish agak ragu tapi pada akhirnya dia tetap
menekan tombol itu.
WUUZZ
Mesin penyiram otomatis yang berada di halaman depan
kastil menyala semua dan mulai menyemprotkan air. Terdengar teriakan para tamu
yang mulai basah. Tidak hanya itu. Alat pemadam kebakaran yang berada di dalam
kastil juga ikut menyala dan membasahi seluruh ruangan termasuk Ryuko dan
Aerish.
“Kau! Jangan main-main!” sepertinya Ryuko sudah siap
untuk meledak.
“Ups, maaf. Aku juga sedang berusaha mengingat
disini,” kata
Nakahara berpura-pura lupa. Tapi tentu saja Ryuko tahu kalau Nakahara sengaja melakukan hal ini.
“Ok, getaran self
destruction itu hanya kamuflase untuk mengecoh para pengacau. Jadi kastil
ini tidak akan benar-benar hancur. Tujuannya adalah, membuat para pengacau itu
kabur keluar agar kastil bisa melarikan diri.”
“Hentikan omong kosongmu dan langsung ke pokok
permasalahan!” teriak Ryuko.
“Gezz, tekan saja tombol MV!” teriak Nakahara.
Aerish menekan tombol seperti yang diperintahkan.
Tik Tok Tik Tok. Setelah beberapa detik getaran
berhenti.
Ryuko terlihat lega karena getaran sudah berhenti
dan alat pemadam dan menyiram otomatis juga ikut berhenti.
“Ryuko-chan,”
Aerish terlihat masih khawatir. “Apa tadi Naka-chan bilang
agar kastil bisa melarikan diri? Apa maksudnya itu?” lanjut Aerish.
Ryuko baru tersadar setelah Aerish menanyakan hal
itu. Benar saja, belum ada satu menit mereka bernafas lega, kastil kembali
bergetar. Tapi kali ini getaran terasa lebih lembut.
“Apa yang kau lakukan?!” Ryuko berteriak.
“Seperti yang kau minta. Aku menghentikan getaran
dari self destruction!”
“Tapi kastil ini masih bergetar Naka-chan,” Aerish berusaha menjaga keseimbangannya agar tidak
terjatuh karena getaran.
“Well, yang pasti getaran ini bukan dari self Destruction. ITS MOVING CASTLE HAHA…” Nakahara berteriak penuh semangat.
“Sepertinya dia sudah sama gilanya dengan Vallery,” gumam
Ryuko.
“Ngomong-ngomong soal Vallery, dimana dia sekarang?”
tanya Aerish celingukan mencari keberadaan Vallery. Tapi ruangan itu kosong.
Hanya ada mereka berdua plus Nakahara di atas sana.
“Jika kau mencari Vallery, dia sudah kabur dari
tadi. Sejak kalian panik karena guncangan yang pertama!” teriak Nakahara.
“Jika kau melihatnya kabur kenapa tidak beritahu
kami!” kali ini Ryuko yang berteriak.
“Gezz, kalian maunya apa sih? Sebentar perintah ini,
sebentar perintah itu. Lagipula Robert pasti sudah mengurusnya!” kata Nakahara
“Daripada kalian sibuk mengurus Vallery, sepertinya
kalian punya masalah yang lebih besar yang harus diselesaikan,” lanjut
Nakahara. Ryuko dan Aerish menatap keluar jendela. Terlihat kastil mulai
terangkat dari tanah. Pilar yang mengelilingi kastil kini menjadi kaki. Kastil
kini bergerak dan berjalan. Para tamu yang ada di halaman kastil mulai
berteriak histeris. Tentu saja, saat ini mereka sedang melihat bangunan besar yang
bergerak dan berjalan seolah memiliki kaki. Hanya orang aneh yang tidak
berteriak.
“What the….
Apa-apaan ini!” teriak Ryuko.
“Aerish kau bisa mengendalikan laju kastil ini
dengan remote itu! Semua akan baik-baik saja selama kau tidak jatuh ke jurang
atau ke laut atau menabrak tebing!” teriak Nakahara yang sudah duduk dengan
tenang di altar yang berada di atas kastil.
“Ryu…Ryuko-chan,” Kata aerish gemetaran memegang remote di tangannya.
“Tenang Aerish, nyawa kita kini berada di tanganmu.
Jadi kau harus tenang.”
“What?
Ryuko-chan kau sama sekali tidak membantu,”
Aerish semakin gemetaran.
“Guys! Aku
rasa kalian harus UP sekarang!” teriak Nakahara. Aerish dan Ryuko kembali
menatap ke luar jendela. Tembok besar yang mengelilingi kastil kini berada di
hadapan mereka.
“Waa….. UP UP UP!” Aerish panik mencari tombol yang
dimaksud oleh Nakahara.
Peep
Tombol UP berhasil ditekan. Menara kastil yang kini
menjadi kaki tiba-tiba memanjang hingga membuat kastil semakin terangkat ke
atas dan kastilpun tidak jadi menabrak tembok.
“Ryuko-chan. Jika begini terus aku tidak sanggup
lagi,” Kata Aerish lelah.
“Tenang! aku akan menjadi pemandu kalian! Dari atas
sini semuanya terlihat lebih jelas!”
“Nakahara menjadi pemandu kita? Ryuko-chan kali ini
aku benar-benar yakin bahwa kita akan mati!”
“Hei! aku bisa dengar itu!” keluh Nakahara.
“Nakahara, aku harap kali ini kau lakukan tugasmu
dengan benar! Jika tidak, kau juga akan mati!” perintah Ryuko.
“Ok ok ok aku tahu!”
Ryuko dan Aerish masih waspada memandang keluar
jendela. Saat ini kastil bergerak mengarah ke alun-alun utama pulau.
“Aku rasa kita harus memutar! Kastil ini mengarah ke
alun-alun!” teriak Nakahara.
“Lalu?” dengan bodohnya Aerish bertanya.
“Di alun-alun ada laut Aerish sayang. Jika kita
salah langkah maka…BUK…PRANG…DUAR….BYUR The end,” Kata Ryuko mejelaskan.
“Ok, begini rencananya. Kita harus putar haluan
sebesar 68 derajat ke arah Utara. Perhatikan angin dari arah barat dan
selatan!” perintah Nakahara.
“Umh… Naka-chan?!” panggil Aerish.
“Ya?!”
“Sebenarnya apa yang kau bicarakan? Aku tidak
mengerti,” kata
Aerish.
“Tidak apa Aerish! aku juga tidak mengerti! Barusan
aku hanya mencoba sebuah kalimat dari salah satu movie kesukaanku!” Jewab
Nakahara tanpa dosa.
“Berhenti bercanda! Dan lakukan tugasmu dengan
benar!” teriak Ryuko.
“Baiklah kastil ini tidak bisa berputar 360 derajat
karena ukurannya yang besar, kita hanya bisa berbelok sekitar 30-60 derajat,
jadi akan lebih mudah jika kita memutari pulau untuk mengarahkan kastil ini
kembali ke tempatnya. Gunakan TL untuk belok ke kiri dan TR untuk belok ke
kanan. L untuk bergeser ke kiri dan R untuk bergeser ke kanan. Up untuk
meninggikan kastil dan Stop untuk menghentikan kastil ini. Jangan lupa tekan
tombol FW di akhir acara. Selesai” kata Nakahara menjelaskan.
Singkatnya dengan sedikit kepanikan dan banyak
perdebatan akhirnya tiga serangkai itu berhasil membawa kastil kembali ke
tempatnya.
“Sedikit ke kiri Aerish,” perintah Ryuko berusaha mengepaskan pondasi kastil
dengan lubang yang ada.
“Tidak tidak tidak, kau harus lebih ke kanan!” perintah Nakahara dari atas.
“Aerish, apa kau tidak bisa melihatnya dari sini?
Sedikit ke kiri,” kata Ryuko.
“Apa kau lupa? Aku bisa melihat lebih jelas dari
sini!” Nakahara tidak mau kalah.
“Bisakah kalian berdua tenang? Aku sedang
berkonsentrasi di sini,” Aerish terlihat mulai
lelah mendengar perdebatan Ryuko dan Nakahara.
Beep
Dengan banyak tekanan dari Ryuko dan Nakahara,
akhirnya Aerish berhasil menekan tombol STOP dan
membuat kastil kembali ke tempatnya semula.
“Aerish! Tekan tombol FW nya!” perintah Nakahara.
Masih terlalu lelah, Aerish akhirnya menekan tombol FW.
SYUUU DUUAAARRR
Kembang api yang entah datang dari mana mulai
bermunculan dan menghiasi langit malam.
“Mission
Complete. It’s a perfect way to end this mission, isn’t it?” kata Nakahara
memandang langit sebelum kembali memandang ke kedua temannya yang berada di
bawah. Ryuko sudah terbaring di lantai. Dan Aerish? Jangan ditanya. Sepertinya
dia memiliki terlalu banyak energy sampai-sampai masih sempat memikirkan
Vallery.
“I don’t care
about her anymore. Just let me rest for a bit,” kata Ryuko saat Aerish mengajaknya untuk mencari
Vallery. Dia ingin memastikan apa benar Robert sudah mengurus Vallery.
“Just enjoy
this firework!” teriak Nakahara yang kini juga sudah berbaring di atas altar.
Berfikir sejenak, akhirnya Aerish mengikuti kata kedua temannya itu. Toh sayang
juga kalau mereka melewatkan pemandangan seindah ini hanya karena Vallery.
Ketiga gadis muda itu akhIrnya hanya berdiam di sana
dan menikmati sisa malam itu tanpa memikirkan vampire, vallery ataupun Grand
Opening yang secara tidak langsung sudah berhasil digagalkan oleh mereka
bertiga.
The End (?)
Wohoho ~ Finally ini sudah berakhir ~ Oh ya, masih ada versi Omake nya Naka Aerish dan Ryuko version.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Stop being silent reader and write your comments.......