Selasa, 06 Mei 2014

Kioku Reunion ~Bloody Island~ Chapter 7


A Combination Project with Nakahara Ningsih and Lee Diah
Title : Kioku Reunion ~ Bloody Island~
Author : Uchiha Ryuko, Nakahara Ningsih, Aerish Lee
Genre : Comedy / Adventure/Mystery
Summary : Ryuko, Nakahara, Aerish dan 4 temannya semasa sekolah bertemu kembali dalam liburan yang tak terduga. Mereka pikir liburan di Bloody Island akan menjadi liburan yang tenang dan mengasyikan. Tapi yang menunggu mereka adalah liburan yang penuh dengan masalah.
Cerita ini memiliki 4 sudut pandang berbeda, Ryuko POV, Nakahara POV, Aerish POV dan Normal POV.
CHAPTER 7
NORMAL POV
Tatapan Akashi terhenti pada sebuah pemandangan mencurigakan di pojok ruangan. Seorang pria muda dan wanita yang tak lain adalah dua pemilik saham Bloody Island tengah mengobrol dengan salah satu pelayan keluarga Miura, Vallery.  Tak lama kemudian, Vallery meninggalkan kedua pemilik saham itu yang kemudian memasuki ruangan itu. Tunggu? Bukankah itu adalah ruang TKP tempat Tn Miura menghilang? Apa yang mereka berdua lakukan di sana? Seharusnya tak seorang pun diperbolehkan memasuki ruangan TKP, bahkan pemilik saham sekalipun.

Akashi mengendap perlahan mendekati ruangan itu. Ia mencoba mendengarkan pembicaraan dengan mendekatkan telinganya pada pintu, namun sial baginya pintu itu justru terbuka dan membuatnya terjatuh tepat di depan Mr Arystar dan Miss Karina. Sontak kedua pemilik saham itu langsung terkejut.
“Etto, aku bisa jelaskan,” ujar Akashi tanpa dosa.
“Kau... bukannya laki-laki yang selalu bersama Miss Ashihara?” tanya Karina-san.
“Hm, ya begitulah,” jawab Akashi sambil tertawa paksa, tatapannya terpaku pada sosok Ryuko yang sedang tertidur di sebuah sofa. “ Etto, ngomong2 kenapa Ryuko-san tidur di sini?” tanya Akashi.
“Ah itu, kebetulan sekali, sepertinya Miss Ashihara kelelahan dan dia ketiduran di sini,” jawab Mr Arystar.
“Ah begitu. Kalau begitu aku akan membawa Ryuko-san ke kamarnya,” ucap Akashi sambil mendekati Ryuko dan menggendongnya ala bridal style. “Ah, maafkan saya sebelumnya, tapi bukankah tempat ini dilarang untuk dikunjungi untuk sementara waktu guna penyelidikan? Jadi akan lebih baik jika anda tidak berada di sini,” ujar Akashi santai sambil melirik tajam ke arah kedua pemilik saham itu. Tak berapa lama kemudian Akashi membuka pintu dan pergi dari ruang TKP.
“Tch, sial! Kita hampir berhasil mendapatkan golden card dari si Ashihara itu,” ujar Mr Arystar kesal.
“Tak apa Mr Arystar, kita masih memilik kesempatan.”
Sementara itu Akashi yang sudah sampai di kamar Ryuko pun segera menempatkan Ryuko pada tempat tidur dan membiarkannya tidur. Ia hendak pergi Namun tatapannya terhenti pada sebuah patung kecil yang tak lain adalah benda yang digunakan untuk melukai Yuuki malam itu.
“Maaf Ryuko-san, aku pinjam benda inI sebentar.” Tanpa ragu Akashi mengambil patung kecil itu dan memasukannya ke dalam tas lalu kemudian pergi.
Sekitar empat jam berlalu, sekarang hampir pukul 4 sore. Ryuko bangun dai tidur panjangnya karena dering HP yang mengganggu telinganya.
“Hmm? Kenapa aku ada di sini?” Ryuko masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Berusaha mengingat apa yang terjadi. Namun, dering HP yang sangat mengganggu memaksanya untuk mengangkat telepon terlebih dulu.
Ryuko : Halo? Siapa? Ada apa? (Ryuko bertanya dengan satu helaan nafas)
Takano : Its me, Takano. Kau bilang akan menemuiku siang ini? Dan sekarang sudah jam berapa? Oh ya ada berita penting untukmu. (Takano pun membalas dengan tak kalah cepat)
Ryuko : Menemuimu? Ah, benar juga, sebentar lagi aku akan menemuimu. Tunggu sebentar, aku akan ambil patungnya dulu. Oh ya, berita penting itu apa?
Takano : Aerish dan Makio sudah berhasil menemukan Tn Miura dan sepertinya mereka sedang menemui Robert sekaligus melaporkan Miss Karina dan Mr Arystar tentang keterlibatan mereka dalam kasus penculikan itu.
Ryuko : Hmm, begitu ya? Ne, Takano bisa kau hentikan Aerish dan Makio agar tak menemui Robert terlebih dahulu? Aku baru saja menemukan bukti yang bisa membuat kedua pemilik saham itu agar tak bisa mengelak. Belum saatnya Tn Miura muncul ke permukaan. Aku ingin memberi mereka sedikit kejutan.
Takano : Hm, rencana aneh apa lagi yang ada di otakmu?
Ryuko : Ck, sudahlah, kau sendiri yang bilang ingin mengikuti permainanku.
Takano : Tch, wakatta yo. (pada detik berikutnya Takano sudah menutup telponnya)
Ryuko membuka semua laci yang ada di kamarnya, tapi dia tak bisa menemukan patung itu di manapun. Ck, bisa gawat kalau patung itu ada di tangan orang yang salah. Sial!
“Hn, sebaiknya aku cek rekaman ini saja.” Ryuko mengambil rekaman CCTV yang di dalam sakunya kemudian memainkannya pada laptop di depannya.
“Sesuai dugaan. Denga begini mereka tak bisa mengelak lagi,” ucap Ryuko puas. Tak berapa lama kemudian tiba-tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Ia segera menutup layar laptopnya dan berjalan menuju pintu kamarnya.
“Ck, siapa lagi sih yang mau menggangguku?”
@@@
Nakahara
Sudah hampir tiga jam aku menjelajah di dalam kastil setelah pertemuanku dengan Ryuko. Mengelilngi ruang bawah tanah yang ternyata luas, hingga ke atap kastil. Aku menemukan beberapa kenyataan yang cukup mengejutkan. Kastil ini mungkin sama tuanya dengan istana milik Vland Dracul, atau mungkin ini memang salah satu kastil miliknya? Seperti yang aku dengar dari Yuuki, kastil ini dulunya merupakan satu-satunya bangunan yang ada di pulau.
Ada banyak ruangan di kastil ini, dan kebanyakan justru ruangan kosong kecil tidak lebih dari 5 x 5 meter persegi. Berbekal denah rumit di tanganku, aku memasuki kastil semakin ke dalam. Untuk bangunan tua, Kastil ini terlihat sangat terawat. Mungkin para pemegang saham sudah melakukan beberapa perbaikan di sana-sini tanpa meninggalkan bentuk asli dari kastil.
Beruntung aku masih membawa Golden card bersamaku. Dengan mudah aku bisa membuka semua ruangan yang ada di kastil.
“Fuh, lagi-lagi ruang kosong,keluhku menutup ruangan yang lagi-lagi kosong. Saat ini aku sedang  menjelajah ruang bawah tanah. Jika diperhatikan dengan seksama denah kastil terlihat sangat tidak beraturan. Tidak seperti bangunan tua pada umumnya yang biasanya dibangun rapi sesuai kepercayaan pada jaman itu.
Biar kujabarkan, bentuk kastil ini persegi dengan menara di setiap sudutnya. Ruangan bagian luar tertata rapi keculai lapisan kedua dan seterusnya. Ini seperti persegi di dalam persegi.
“Hmm… jadi ini patung ke empat?” Aku menekan mata patung yang ternyata adalah sebuah tombol. Ada empat patung sebelumnya di lantai empat, lantai dua, lantai satu dan ruang bawah tanah, di sebuah ruangan kosong.
Beberapa saat setelah aku menekan tombol sesuatu mulai terjadi. Tanah yang kupijak mulai begetar. Bagus, apa ini artinya aku akan merubuhkan kastil bersejarah? Dan daftar kriminalitasku pun akan semakin panjang.
Aku mencoba untuk keluar menuju pintu tiba-tiba tembok di sampingku mulai bergerak, sebenarnya aku tidak yakin yang bergerak itu tembok atau lantainya.
Wait…” Aku berteriak saat tembok semakin mendekat dan siap menerjangku. Tapi tentu saja, apa gunanya aku berteriak pada tembok? Ini tidak seperti mereka memiliki telinga bukan? Dengan sigap aku langsung berlari ke arah yang lainnya dimana tembok semakin mejauh. Perlahan pintu juga mulai bergeser dan menghilang dari pandangan.
Great!” Sekarang aku berada di ruangan tertutup tanpa pintu dan jendela. Tembok masih terus bergerak dan aku masih berlari diantara kedua tembok. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku berlari, satu jam? Seharian? #padahal cuma satu menit. Aku akui, aku memang bukan pelari yang baik. Lututku mulai terasa sakit tapi jika aku berhenti sekarang tembok di belakangku akan segera menerjangku tanpa pemberitahuan.
BUUKK
“Ouch!” Dan tentu saja mereka juga tidak akan memberitahuku kapan akan berhenti. Aku mengusap keningku yang berdenyut. Aku harap tidak akan bengkak nantinya.
Selama beberapa detik semua kembali tenang kemudian tembok di bagian sisi yang lain lah yang kini bergerak mendekat
You must be kidding me…” Dan aku harus berlari kembali. Kemudian tanpa pemberitahuan lagi mereka berhenti. Tenang kembali dan Wuzzz…. Aku seperti sedang naik lift yang bergerak ke atas dengan kecepatan yang mengejutkan.
Baiklah, setidaknya aku masih hidup, tapi mungkin tidak akan lama lagi jika aku tidak segera menemukan pintu keluar. Tapi sepertinya itu akan sulit karena aku kini berada di ruangan tertutup tanpa jendela maupun pintu. Lubang kecilpun mungkin tidak ada. Aku meraba-raba tembok berharap ada keajaiban dengan munculnya pintu atau paling tidak lubang yang cukup untuk kulewati.
Aku merasakan getaran lagi tapi tidak sekeras getaran sebelumnya dan salah satu tembok pun bergerak. Dari pojokan muncul sebuah pintu.
“Hei berhenti!” Pintu itu terus berjalan dan kemudian menghilang di sudut lainnya. Aku rasa aku sudah mulai gila. Beberapa menit lalu aku bicara pada tembok dan sekarang aku bicara pada pintu. Beberapa detik kemudian pintu muncul kembali. Tanpa banyak bicara aku langsung melompat melewati pintu dan mendarat dengan sempurna di sisi sebaliknya. Jika memang kastil ini seperti persegi di dalam persegi maka mungkin saat ini aku sedang berada di lapisan terluarnya. Dan persegi bagian dalamlah yang saat ini sedang bergerak.
Tembok bagian dalam Kastil masih bergerak. Aku ingat pasti seharusnya aku berada di ruang bawah tanah, tapi setelah keluar melalui pintu tadi kini aku berada di lantai tiga. Aku rasa ruangan bagian dalam kastil ini memang bisa berpindah. Itu menjelaskan mengapa ada banyak ruangan kosong dan serupa di dalam kastil. Jika sudah seperti ini, aku sama sekali tidak memerlukan denah.
Aku kembali berkelana mencari kitab suci dalam kastil, dan ada satu kesimpulan yang bisa aku ambil. Semua jalan yang ada dalam kastil saat ini hanya mengarah pada satu tempat. Tangga yang menuju ke bawah #yah itu karena aku ada di atas. Aku menuruni tangga yang sepertinya menuju ke ruang bawah tanah. Di ujung tangga aku melihat sebuah ruangan yang terkunci. Aku mencoba membukanya menggunakan Golden card yang kubawa.
“Aneh,gumamku saat pinru itu masih tidak terbuka saat aku menggunakan Golden card. Seharusnya aku bisa mengakses semua tempat yang ada di pulau ini kan? Aku melihat ada tiga lampu kecil, dan salah satunya menyala setelah aku menggunakan Golden card.
“Tiga lampu? Apa mungkin…”
Suara musik pemakaman mulai dimainkan. Ah, itu nada dering handphoneku.
Me: What?
Aerish: Darimana saja kau? Aku berusaha menghubungimu dari tadi.
Me: Aku terjebak dan mungkin tidak ada sinyal. Kenapa?
Aerish: Aku menemukan Tn Miura.
Me: Oh kupikir ada apa, baiklah aku akan segera menemuimu.
Beep demikian aku menutup percakapan. Beberapa detik kemudian Aerish menghubungiku lagi.
Me: Apa lagi?
Aerish: Gezz setidaknya tanya dulu aku ada di mana.
Me: Ups, maaf aku lupa. Dimana?
Aerish: Aku ada di kamarku.
Me: Nethian?
Aerish : Bukan! Kamar hotel!
Me: oh, Ok.
Beep sekali lagi aku menutup percakapan.
Sebenarnya aku masih penasaran dengan ruangan di hadapanku ini. Tapi aku juga harus segera menemui Tn. Miura dan memastikan keadaannya.
@@@
“Dimana dia?” Aku bertanya pada Aerish sesaat setelah menerobos ke dalam kamarnya. Tanpa perlu menunggu jawaban dari Aerish aku sudah dapat melihat sosok Tn.Miura yang terduduk di sofa sambil menonton TV. Wow, santai sekali dia. Apa dia tidak tahu kalau karena dia dan anaknya itu aku jadi dikejar-kejar detective?
“Aku sedikit menyesal melihat anda masih hidup…” kataku kesal. Tn. Miura melihatku dengan ekspresi bingung.
“Siapa kau?” tanya Makio yang tiba-tiba muncul dari kamar kecil. Kenapa dia ada di tempat ini? Aku melemparkan pandanganku pada Aerish berharap dia bisa segera menjelaskan kenapa Makio ada di kamarnya.
“Mmm, ano…” Aerish terlihat sedikit bingung harus mulai darimana.
“Aku sepupunya,jawabku cepat dan berjalan menghampiri Makio. Dengan satu gerakan aku menuntun Makio ke arah pintu.
“Aku ada pembicaraan penting dengan Aerish, jadi bisakah kau pergi sekarang?” lanjutku membukakan pintu untuk Makio. Belum sempat Makio menjawab aku sudah mendorongnya keluar dan menutup pintu.
“Apa ada selain Makio yang sudah tahu kalau Pria tua itu sudah bebas?” tayaku sambil menujuk kearah Tn. Miura.
“Hei siapa yang kau sebut Pria tua, Nona?”
“Aku dengar dari Makio, dia sudah memberitahu Takano dan sepertinya Takano sudah memberitahu Ryuko,jawab Aerish.
Sigh, sial…. Aku kecolongan lagi.
Aku menghampiri Tn. Miura dan duduk di hadapannya mengahalangi TV.
“Berhubung Anda ada di sini, bisa bantu aku untuk menyelesaikan masalah yang sudah Anda buat?”
“Kau siapa?”
Its me,” kataku membuka rambut palsu dan kacamata.
“Nakahara!” Tn. Bangkit untuk memelukku.” Aku benar-benar tidak mengenalimu dengan dandanan seperti itu. Tapi aku akui kau terlihat manis,celoteh Tn. Miura.
“Aku tidak peduli soal yang itu. Besok adalah Grand opening, dan Yuuki memintaku untuk menhancurkannya karena kupikir Anda juga menginginkan hal itu. Yang angin aku tanyakan, bagaimana sekarang? Apa yang akan Anda lakukan dengan Grand openingnya?”
“Besok? Berarti mereka mengundurnya ya?” Tn. Miura terlihat sedang berfikir.
“Daripada memikirkan grand opening bukankah seharusnya kita menangkap penculik Tn. Miura?” tanya Aerish.
“Aku tidak peduli dengan penculik itu. Lagipula Pria tua ini pantas mandapatkannya,kataku ketus.
“Waa.. kau kejam sekali Naka-chan. Siapa yang kau bilang tua?” Yah aku akaui Tn. Miura memang terlihat masih muda dan tampan. Tapi dia tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa sebenarnya dia itu sudah TUA. Aku hanya memberikan tatapan malas padanya.
“Masalah Grand Opening aku akan menghadirinya,” kata Tn. Miura santai.
“Baiklah kalau begitu. Aerish aku minta kau jauhkan Tn. Miura dari jangkauan Ryuko. Bisa dibilang saat ini Ryuko berada di pihak Vallery dan dua pemegang saham lainnya. Aku sedikit curiga pada mereka. Aku tidak ingin berita bebasnya Tn. Miura sampai ke telinga mereka.”
“Hei tunggu.” Tn. Miura memotong kata-kataku dengan ekspresi yang serius.
“Dimana Yuuki?” lanjutnya.
“Entahlah, coba cari di gang sempit. Mungkit kau bisa menemukan mayatnya di sana,kataku masa bodoh.
“Naka-chan!” Aerish terlihat tidak suka dengan apa yang aku katakan. Ada apa dengannya?
“Ini tidak bagus,kata Tn. Miura murung.
“Lihat kau melukai perasaannya,kata Aerish.
No Way!.” Aku sangat tahu sifat asli Tn. Miura.
“Ini tidak baik karena akan sedikit merepotkan jika aku harus mencari anak yang baru. Yah setidaknya aku bisa memilih yang lebih bagus dari Yuuki haha…” lanjut Tn. Miura.
“Tuan Miura!” kali ini Tn. Miura yang kena semprot.
“Apa kalian tidak khawatir padanya? Kudengar saat ini dia dijaga ketat seperti tawanan oleh Vallery dan Robert,lanjut Aerish.
Well, dia pantas mendapatkannya!” Tn. Miura dan aku berkata secara bersamaan. Wow, pemikiran kami memang sama.
@@@
Aerish
Beruntung sebelum grand opening Bloody Island aku sudah menemukan Tn. Miura seperti yang diminta Nakahara. Meskipun dengan sedikit bantuan Makio. Tapi, kalau tidak ada dia, aku tidak tahu bagaimana caranya bisa masuk rumah itu. Jadi, mungkin aku akan berterima kasih padanya, nanti.
“ Kemana kita akan membawanya pergi?” tanya Makio berbisik di sampingku.
“ Hmm... Kemana, ya? Aku juga tidak tahu,” jawabku sembari berpikir. Sementara Tn. Miura yang masih berdiri di dekat kami hanya diam.
“ Apa perlu minta bantuan yang lain?”
“ Aku rasa mereka tidak akan mau membantu,” jawabku.
“ Kalau kita minta bantuan Robert serta melaporkan Karina-san dan Mr. Arystar yang terlibat dalam kasus penculikan Tn. Miura, bagaimana?” saran Makio.
“ Hmm... melaporkan mereka?” Aku berpikir sejenak. “ Apa tidak beresiko kalau kita melaporkan mereka berdua dan memberitahukan penemuan Tn. Miura? Aku tidak mau berurusan dengan mereka dan diinterogasi untuk penemuan ini,”  jawabku entah kenapa aku merasa dengan melibatkan Robert, berarti akan ada banyak masalah tak terduga nantinya yang muncul.
“ Kalau begitu....” Belum sempat Makio meneruskan kalimatnya, tiba-tiba dering handphonenya berbunyi dan Makio segera mengangkatnya.
Makio : Ya, Takano. Ada apa?
Takano : Kau dimana? Aku membutuhkanmu sekarang.
Makio : Aku sedang bersama Aerish dan.....
Takano : Maafkan kelancanganku yang mengganggu kalian. (Memotong kata-kata Makio)
Makio : (Mengabaikan ucapan Takano) Kenapa kau membutuhkanku? Oh, ya. Ada berita penting dan sepertinya aku juga membutuhkan bantuanmu. Itu pun kalau kau mau.
Takano : Berita apa? Dan bantuan apa yang kau butuhkan? Mungkin kita bisa barter.
Makio : Aku dan Aerish sudah menemukan Tn. Miura. Sekarang kami bingung mencari tempat persembunyian untuk Tn. Miura. Dan kami juga sudah tahu siapa penculiknya. Menurutmu apa kita harus melaporkan penculiknya dan meminta Robert untuk membantu menyembunyikan Tn. Miura?
Takano : Sebaiknya jangan melaporkan mereka dulu. Bagaimana kalau sementara kau sembunyikan Tn. Miura di tempat Nakahara bersembunyi sebelumnya?
Makio : Maksudmu ruang bawah tanah itu?
Aku hanya mengernyitkan keningku mendengar Makio menyebut ruang bawah tanah tempat kami menyembunyikan Nakahara dulu. Apa mungkin....
Takano : Hmm... aku rasa itu tempat yang aman.
Makio : Aku akan membicarakannya dengan Aerish dulu.
Sambungan telepon putus.
“ Bagaimana?” tanyaku begitu Makio sudah memasukkan teleponya ke dalam saku.
“ Takano menyarankan kita untuk membawa Tn. Miura ke ruang bawah tanah tempat kita menyembunyikan Nakahara sebelumnya,” jawab Makio.
“ Ruang bawah tanah itu?” Aku kembali memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika Tn. Miura bersembunyi di sana. “ Aku rasa itu bukan tempat yang bagus. Tapi... mungkin kita bisa mencari tempat itu nanti. Kita harus memberitahu Nakahara dulu kalau kita sudah menemukan Tn. Miura. Setidaknya dia pasti ingin bertemu dengan Tn. Miura,” lanjutku.
“ Mungkin kau benar. Robert dan yang lain sudah tahu tempat itu. Lalu, dimana kau akan membawa Tn. Miura untuk sementara ini?”
“ Ke kamarku. Kita harus bisa menyelundupkan Tn. Miura ke sana. Yah, hanya sementara sampai dia bertemu dengan Nakahara,” jawabku yang langsung memikirkan cara untuk menyelundupkan Tn. Miura.
Aku, Makio dan Tn. Miura kembali berjalan menuju hotel tempat kami menginap. Dan tentunya kami sudah menyamarkan Tn. Miura dengan penampilan seperti tamu-tamu yang lainnya. Dengan susah payah Makio menemukan satu set kaos lengan pendek berwarna biru muda dan celana jeans yang sedikit kekecilan untuk ukurannya Tn. Miura, topi hitam, kaca mata hitam, dan kumis palsu (yang ini aku tidak tahu dimana dia mendapatkannya).
Begitu sudah mulai dekat dengan hotel, aku deg-degan dan takut setengah mati kalau nanti Tn. Miura ketahuan. Namun, kuyakinkan hatiku kalau tidak akan ada orang yang akan mencurigai kalau orang yang bersamaku adalah Tn. Miura. Dan dengan keyakinan itu, aku berjalan bersama dengan Makio dan Tn. Miura memasuki lobi hotel. Oke, di lobby tidak ada yang menyadari kalau dia adalah Tn. Miura. Selanjutnya kami mulai naik lift. Tapi, sialnya kami melihat Karina-san dan Mr. Arystar sedang berjalan menuju lift yang kami naiki dan dengan cepat aku menekan tombol untuk menutup lift. Tapi, sialnya lagi, Mr. Arystar menahan pintu lift itu dan masuk bersama dengan Karina-san.
“ Aerish-chan?” sapa Karina-san yang mungkin terkejut melihatku di lift itu.
“ Karina-san. Apa kabar?” tanyaku basa-basi untuk menyembunyikan kegugupanku.
“ Seperti yang kau lihat. Kau dari mana?” tanya Karina-san sedikit melirik pada Tn. Miura yang sedang menyamar. Begitu juga dengan Mr. Arystar yang sedari tadi melirik Tn. Miura yang berdiri di belakangnya.
“ Hmmm... Habis jalan-jalan dengan temanku,” jawabku sembari menunjuk Makio yang kebetulan berdiri di sebelahku.
“ Ah... begitu rupanya,” ujar Karina-san yang langsung berbalik dan diam.
Untunglah suasana yang begitu menegangkan di dalam lift bersama dengan Karina-san, Mr. Arystar dan Tn. Miura segera berakhir begitu pintu lift terbuka. Aku, Makio, dan Tn. Miura segera keluar dan dengan menundukkan kepala kecil aku berpamitan dengan Karina-san. Dengan cepat kami bertiga melangkah menuju kamarku. Huh.... beruntunglah mereka berdua tidak menyadari penyamaran Tn. Miura.
“ Kau kenapa? Sejak tadi terlihat tegang sekali?” tanya Makio begitu kami bertiga sudah masuk ke dalam kamarku.
“ Apa kau tidak tegang setelah satu lift dengan Karina-san dan Mr. Arystar? Aku takut setengah mati kalau-kalau mereka mengenali Tn. Miura,” jawabku yang langsung pergi mengambil minum di atas meja samping tempat tidurku dan memberikannya pada Tn. Miura serta Makio.
“ Tapi, buktinya mereka tidak mengenalinya, kan? Justru dengan sikapmu yang seperti itu yang akan membuat mereka curiga dan nantinya bisa mengenali Tn. Miura,” ujar Makio sembari meneguk minumannya.
“ Aku tahu itu. Tapi, aku benar-benar takut,” jawabku sedikit menyesal. “ Ah, aku rasa aku harus memberitahunya sekarang.” Aku segera mengeluarkan handphoneku dan menelepon seseorang. Tapi, tidak ada jawaban. Setelah berulang kali menghubunginya, akhirnya terdengar suaranya yang menjawab dengan datar.
Nakahara : What?
Me : Darimana saja kau? Aku berusaha menghubungimu dari tadi.
Nakahara : Aku terjebak dan mungkin tidak ada sinyal. Kenapa?
Me : Aku menemukan Tn Miura. (Aku melirik Tn. Miura yang sedang mengobrol dengan Makio)
Nakahara : Oh kupikir ada apa, baiklah aku akan segera menemuimu.
Dengan seenaknya Nakahara menutup teleponnya padahal aku belum selesai bicara dengannya. Dasar Nakahara. Apa dia tidak ingin tahu dimana aku dan Tn. Miura sekarang? Dengan enggan, kuhubungi dia lagi.
Nakahara : Apa lagi?
Me : Gezz setidaknya tanya dulu aku ada di mana.
Nakahara : Ups, maaf aku lupa. Dimana?
Aku hanya bisa menepuk keningku mendengar jawabannya.
Me : Aku ada di kamarku.
Nakahara : Nethian?
Apa dia lupa kalau aku masih di bloody island membantunya? Aku rasa, amnesianya kambuh lagi.
Me : Bukan! Kamar hotel!
Nakahara : oh, Ok.
Lagi-lagi dengan seenaknya dia menutup teleponnya. Aku hanya menghela nafas dan bergabung bersama Tn. Miura dan Makio.
“ Bagaimana? Kapan dia akan datang?” tanya Makio begitu aku sudah duduk di kursi.
“ Mungkin sebentar lagi,” jawabku.
“ Siapa yang datang?” tanya Tn. Miura.
“ Nakahara. Dia ingin bertemu dengan Anda. Anda tidak keberatan bukan?” jawabku.
“ Tentu saja tidak. Aku juga ingin bertemu dengan Naka-chan,” jawab Tn. Miura sedikit tersenyum kecil. “ Yah, setelah mendengar cerita dari Makio, sepertinya aku harus meminta maaf padanya.”
Tak lama kemudian, terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku dan begitu pintu itu kubuka, orang itu langsung menerobos masuk.
“ Dimana dia?” tanya Nakahara begitu sudah masuk ke kamarku.
Sebelum aku menjawabnya, Nakahara sudah melihat sosok Tn. Miura yang duduk di sofa menonton tv. Dengan kata-kata dinginnya, dia menyapa Tn. Miura. Namun, Tn. Miura tidak menjawabnya dan menatapku bingung. Aku tahu, dia pasti tidak mengenali Nakahara yang sedang menyamar dengan rambut palsu dan kacamatanya. Sebelum Nakahara melanjutkan kata-katanya yang pedas dan dingin ke Tn. Miura, Makio keluar dari kamar mandi dan bertanya siapa Nakahara. Lagi-lagi penyamaran Nakahara berhasil. Makio tidak mengenali Nakahara dan dengan cepat Nakahara mengusirnya keluar. Kasihan Makio.
Melihat keberadaan Makio, Nakahara meminta penjelasanku dan kujelaskan kalau dia membantuku menemukan Tn. Miura dan perihal Takano dan Ryuko yang juga tahu mengenai Tn. Miura yang sudah ditemukan.
Setelah kepergian Makio, aku hanya menjadi pendengar setia pembicaraan yang pedas dan penuh sindiran antara Nakahara dan Tn. Miura. Hingga akhirnya mereka membahas Yuuki, putra Tn. Miura yang saat ini seperti tawanan Vallery dan selalu dijaga ketat olehnya dan Robert. Tapi, aku benar-benar tidak menyangka dengan jawaban Tn. Miura yang mengatakan kalau anaknya pantas mendapatkan itu. Benar-benar ayah yang aneh.
Dan tak lama kemudian, Nakahara keluar dari kamarku dan kembali ke kastil tempat Robert menyekapnya. Tapi, seperti sebelumnya Nakahara memintaku untuk tidak mempertemukan Tn. Miura dengan Ryuko. Rasanya ada yang aneh dengan mereka berdua. Kenapa aku merasa seperti berada di tengah-tengah antara dua orang yang sedang bertarung, ya? Di satu sisi, Nakahara yang menjadi tersangka berusaha untuk menghancurkan grand openingnya, meski aku berharap itu tidak terjadi karena aku sudah menantikan acara itu. Sementara yang satunya, Ryuko berusaha untuk membuat grand opening tetap berjalan sesuai rencana. Ah, aku benar-benar tidak mengerti dengan pikiran mereka berdua.
Daripada memikirkan mereka berdua yang tidak penting, sekarang yang harus aku pikirkan adalah kemana aku akan menyembunyikan Tn. Miura? Karena tidak mungkin di kamarku, kan? Di ruang bawah tanah juga tidak mungkin. Di kastil juga tidak. Ah, dimana, ya?
“ Ano.... Tn. Miura, apa ada tempat di pulau ini yang tidak memerlukan golden card untuk memasukinya?” tanyaku pada Tn. Miura yang kembali asyik dengan televisi di depannya begitu Nakahara pergi.
“ Hmm... aku rasa ada,” jawab Tn. Miura tanpa mengalihkan pandangannya dari tv.
“ Dimana? Apa Anda tahu lokasinya?”
“ Tentu saja tahu. Karena sekarang aku sedang berada di tempat itu,” jawab Tn. Miura santai.
“ Di tempat itu? Maksud Anda tempat yang tidak memerlukan golden card untuk mengaksesnya hotel ini?”
“ Hemm...” Tn. Miura menganggukkan kepalanya. LOL. Aku hanya bisa menghela nafas mendengarnya. Kalau hotel ini, sih aku udah tahu dari awal kalau tidak diperlukan golden card untuk mengaksesnya.
“ Selain hotel ini, apa ada tempat lain?” tanyaku lagi masih berharap kali ini Tn. Miura menjawabnya dengan benar.
“ Aku rasa tidak ada,” jawab Tn. Miura. Well, berarti semua tempat di sini harus diakses dengan golden card? Jadi, untuk bisa menyembunyikan Tn. Miura di tempat yang aman, aku harus mempunyai golden card? So, how to get that golden card?
Tiba-tiba terdengar pintu kamarku diketuk seseorang ketika aku sedang memikirkan tempat persembunyian Tn. Miura. Dan dengan cepat kubuka pintu kamarku dan seulas senyum kecil tersungging di bibirku begitu melihat siapa yang datang.

Dia datang diwaktu yang tepat. 
@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stop being silent reader and write your comments.......