A Combination Project with Nakahara Ningsih and Lee
Diah
Title : Kioku Reunion ~ Bloody Island~
Author : Uchiha Ryuko, Nakahara Ningsih, Aerish Lee
Genre : Comedy / Adventure/Mystery
Summary : Ryuko, Nakahara, Aerish dan 4 temannya
semasa sekolah bertemu kembali dalam liburan yang tak terduga. Mereka pikir
liburan di Bloody Island akan menjadi liburan yang tenang dan mengasyikan. Tapi
yang menunggu mereka adalah liburan yang penuh dengan masalah.
Cerita ini memiliki 4 sudut pandang berbeda, Ryuko
POV, Nakahara POV, Aerish POV dan Normal POV.
CHAPTER 4
NORMAL POV
Setelah misi pelarian panjang mengambil
kitab suci , Nakahara dan Aerish berhasil sampai di sebuah ruangan
tersembunyi di dekat tangga. Aerish membuka pintu ajaib yang mengantarkan mereka menuju neraka, pada sebuah ruangan yang dipenuhi herbivore, ehem, teman-teman lamanya.
“Whaa, itu dia Nakahara!” seru Sharie dengan suara yang cetar membahana.
“Ssst, pelan-pelan,” dengan cepat Makio membekap Sharie kemudian memberi
tanda pada Naka dan Aerish untuk segera memasuki
ruangan.
“Wow, apa kalian sedang melakukan ritual pemanggilan roh?” tanya Nakahara
antusias ketika melihat Sharie cs berkumpul membentuk lingkaran. Hm, mungkin
dia antusias dengan kondisi ruangan yang cukup suram dan mistis. Habitat(?)
yang cocok untuk Nakahara.
“Heh? apa? roh?” Sharie mulai ketakutan mendengar kata2 yang menyangkut
dunia Nakahara (read: mistis)
“Sebenarnya ini ritual pemanggilan kriminal,” respon Popuri datar.
“Hmm, ritual yang tidak menarik. Aku mau pergi... “ ujar Nakahara dengan
tanpa dosa.
“Teman-teman, berhentilah bercanda, kita punya masalah serius di sini,” ujar Aerish
berusaha mengembalikan atmosfir pada kadar kenormalan yang pas (?).
“Ehem, Jadi Nakahara, sudah sejauh mana levelmu dalam melakukan tindakan
kriminal?” tanya Takano berusaha sok serius.
“Masih dalam tahap awal, aku masih belum melakukan tindakan kriminal
sehebat Jack the Ripper,” jawab Nakahara.
“Ah, kupikir kau sudah sekejam Adolf Hitler dalam membantai umat manusia
di muka bumi ini,” respon Popuri santai.
“Duh! Berhentilah bercanda!” keluh Makio yang mulai stress dengan ketiga
temannya.
“Hahh! aku tidak mengerti ucapan kalian semua!” keluh Sharie memperkeruh
suasana.
Pasangan kompak (jadi-jadian)
Makio dan Aerish hanya menepuk jidat(lebarnya)
karena frustasi.
@@@
Ryuko
Warna biru bukanlah lucky colour
ku malam ini. Terbukti, rapat yang kupikir akan cepat selesai malah menjadi
kacau balau. Semua ini karena the Queen
Of destruction, Nakahara. Sukses mengacaukan rapat dengan melukai anak
pemilik saham (setidaknya itulah yang
diasumsikan seluruh peserta rapat). Great. Hal ini
membuatku harus mengikuti rapat susulan, karena jelas , grand opening tidak
bisa dilakukan karena Yuuki yang sedang terluka.
“Ryuko-san,” panggil seseorang yang kuduga bernama Vallery. “ Bagaimana
keadaan, tuan muda Yuuki?” tanyanya khawatir.
“Err,sepertinya dia baik-baik saja, mungkin sebentar lagi kau boleh
menemuinya,” jawabku sok tahu. Oke, jujur saja aku belum mengecek apakah Yuuki
masih hidup atau tidak. Karena aku belum melihat aura kematian dari ruangannya
dirawat, kurasa dia masih hidup.
“Yokatta, kuharap lukanya tidak parah,” ujarnya lega. “Ryuko-san, apa aku
boleh meminta satu hal padamu?” lanjutnya
“Hm, mungkin. Apa yang bisa kubantu?” tanyaku ragu. Jujur, aku merasakan
hal yang merepotkan akan terjadi di sini.
“Sebaiknya grand opening ditunda satu hari lagi, aku khawatir dengan
keadaan Tuan muda Yuuki ”
“Hmm, apa aku punya hak untuk itu? Maksudku bagaimana jika kedua pemilik
saham lainnya tidak setuju?” responku tak yakin. Aku tak peduli posisi apa yang
kumiliki saat ini, InterSEO lah, InterMilan(?) lah #lupakan. I dont give a damn
about that position! I dont want to do something that isnt my business!
“Kurasa mereka berdua pasti setuju,” respon Vallery yakin.
“Maksudmu?”
“Ehem, Apa anda tahu legenda yang tersebar luas di pulau ini?” tanya
Vallery tiba-tiba. “Ada legenda kuno yang mengatakan bahwa tempat ini dulunya
adalah pulau di mana vampire berasal. Di
malam bulan purnama, Seluruh penduduk di pulau ini dibantai oleh vampire
tersebut hingga pulau ini disebut.. Bloody Island. Dua hari lagi bulan purnama.
Agar feel Bloody Island lebih terasa, maka grand opening sebaiknya dilaksanakan
saat bulan purnama. Tentu saja hal itu akan menarik lebih banyak minat masyarakat
dan menaikan income bagai pulau
wisata ini” ujar Vallery tiba-tiba.
“Alasan itu cukup meyakinkan para investor,” responku jujur. Tapicukup aneh, respon otakku yang lain.
“Jadi.. apa anda...”
“Baiklah,di rapat susulan nanti aku akan mengusulkan grand opening itu
ditunda saja,” responku santai. “Ehm, Vallery-san, kau di sini untuk menjaga
Yuuki kan? Ehm, boleh aku pamit? Aku lelah dan ngantuk,” ujarku mencari-cari
alasan untuk pergi dari sini.
“Ah, tentu saja, mari kuantar,” ujar Vallery sambil mulai mengajakku
keluar dari rumah sakit. “Sebelumnya terima kasih banyak, Ryuko-san,” ujar
Vallery tersenyum padaku.
Aku menganggukan kepalaku singkat sambil berjalan menuju hotel. Hm,
ngomong2, aku tak melihat Akashi sejak kejadian tadi. Ah, sudahlah tak lama
lagi dia pasti muncul seperti hantu.
Tiba-tiba ponselku berbunyi, dan kejutan! The most
annoying stupid young master, Ashihara Sasuke, call me since the day he broke
the promise! Dan kuangkat telponnya.
Me : .......
Sasuke : Oi?
Me :.....
Sasuke :Oi Ryuko, Kau masih hidup kan?
Me : Aku tidak akan mati sebelum mencincang mu!
Sasuke : Sigh. Stupid as laways, hey.. kau...baik-baik saja kan?
Me : Oh ya tentu saja aku baik-baik saja, bahkan setelah kau mengingkari
janjimu dan menipuku ke sebuah pulau aneh bernama Bloody Island, bahkan
seenaknya mengganti nama margaku, kemudian membuatku harus menghadiri rapat dan
mengaku ngaku sebagai perwakilan InterSEO dan bahkan mengirimku bersama seorang
pria penakut,aneh dan tidak jelas bernama Akashi...bblablabla..
Sasuke :..Apa? Akashi? Siapa dia? Kau bersama pria lain di pulau itu?
Me : Tch, pria menyebalkan dan tak bisa diandalkan, selalu mengikutiku ke
manapun, seperti anak anjing yang..
Sasuke : Tunguu dulu! aku tidak....
“RYUKO-SAN!!!!!!!!” sebuah teriakan dan Brukkkkk !!!!!!!
Ouch, sesuatu menimpa tubuhku. Sebuah benda nista yang bernama Akashi.
“Get away from me!!”
“Hiyaaaa...Gomenasai, aku
tersandung dan....” GLEK! Kurasa dia cukup bijak untuk diam karena aku sedang
kesal sekali hari ini. Aku mencari keberadaan ponsel yang baru saja terjatuh
karena kecelakaan nista Akashi
yang baru saja menabrakku. Perfect, My phone was broken. Aku bahkan
belum selesai meluapkan emosiku pada Sasuke, anjing penakut (read: Akashi) ini datang untuk menjadi
pelampiasanku.
“Akashi-kun, ayo kita bermain game sederhana. Aku akan mengejarmu, jika
kau tertangkap kau akan..MATI!!!!!” ujarku dengan killing intent yang sudah
terpendam selama bertahun-tahun.
“Hiyaaaaaa!!!! Gomenasai!!!!!!!”
dengan secepat kilat Akashi berlari dari tempat itu.
“Jangan lari!!! Stupid Akashi!!!!!!”
Masih asyik memburu anjing penakut Akashi, tatapanku terpaku pada sebuah
sosok yang sedang berdiri dengan mencurigakan di depan kastil aneh yang pernah
kukunjungi (jangan tanya kenapa Ryuko
bisa mengejar Akashi sampai tempat itu). Ada tiga orang yang sedang
berdiskusi. Tapi satu hal yang kulihat dengan pasti, dua orang itu memiliki
golden card. Perlahan aku mencoba mendekati mereka karena penasaran.
“Kau masih belum menemukannya?,” tanya salah seorang seorang pria.
“Tn Miura tak memiliki golden card yang kita incar, kemungkinan dipegang
oleh anaknya,”
“Tapi aku sudah menggeledah kamar anaknya tapi aku tak bisa menemukan golden
card itu,” jawab seorang wanita.
“Sigh. Kita harus segera menemukannya. Waktunya tinggal dua hari lagi,”
jawab wanita satunya.
Tak lama kemudian mereka meninggalkan tempat itu, membuatku masih
kebingungan dengan apa yang terjadi.
“Golden card, huh? Sepertinya benda itu kunci dari semua masalah ini,”
@@@
Karena gagal memburu Akashi, aku kembali
ke hotel dengan kesal. Ternyata kesialanku malam ini masih terus
berlanjut. Di tengah jalan aku bertemu dengan Sharie cs yang sedang merumput
layaknya herbivore. Entah dari mana Aerish tahu tentang masalah antara aku dan
InterSEO membuatku harus kembali menceritakan rapat yang berhasil dikacaukan
oleh Nakahara, sekaligus statusnya barunya sebagai tersangka atas percobaan
pembunuhan. Aerish cs pun mendiskusikan rencana untuk membantu Nakahara (yah, mereka
memang cenderung memiliki ketertarikan pada masalah orang lain).
“Aku tahu sebuah tempat yang aman di dekat sini,” ujar Takano percaya
diri.
“Oke, kita berkumpul di tempat yang kau bilang, sekarang kita harus
menemukan Nakahara,” respon Makio.
“Ah, itu serahkan saja padaku,” ujar Aerish.
“Hm, bukannya tidak mau membantu. Aku harus kembali ke hotel dan berganti
kostum. Ada hal yang harus ...kulakukan. Nanti akan kutemui kalian di tempat itu,” ujarku cepat.
“Yayaya… Kami mengerti , NONA ASHIHARA,” respon Sharie
sambil tertawa.
“Ingatkan aku untuk menambahkanmu sebagai orang ketiga yang akan
kucincang,” ujarku datar sambil pergi meninggalkan mereka semua.
Oke, singkat cerita, setelah aku berganti kostum, aku memiliki satu orang
yang bisa kutanyai tentang Golden Card. Miura Yuuki, meski sepertinya dia tak
terlalu menyukaiku, tak ada salahnya aku sedikit mencari informasi darinya. Aku
memasuki pintu nomer 13 dan kulihat dia sedang bersantai sambil membaca komik.
“Sedang apa kau di sini?” tanyanya sinis.
“Maaf aku tersesat,” responku tanpa dosa. “ Tentu saja aku punya urusan
denganmu,” responku cepat.
“Aku bertaruh kau pasti akan menanyakan apa aku melihat orang yang
melukaiku tadi malam,. Biar kujelaskan aku tak melihatnya sama sekali,”
“Bukan itu, aku ingin tahu masalah Goden Card. Apa kau memiliki kartu itu?
Dan apa gunanya kartu itu?” tanyaku hati-hati.
“Kenapa kau ingin tahu?” tanyanya curiga.
“Dengar, jika kau memilikinya, sebaiknya kau berhati-hati. Hilangnya
ayahmu, kemungkinan karena ada yang menginginkan golden card itu,” ujarku
serius. “ Maaf sudah mengganggu, aku permisi..”
“Tunggu!” panggil Yuuki cepat. “ Aku sudah tahu bahwa ada yang mengincar
golden card itu. Kau tak perlu khawatir, karena aku sudah memberikan golden
card pada seseorang yang bisa kupercaya,” lanjut Yuuki.
“Hm, baguslah,” aku menghela nafas untuk memberi jeda. “ Aku tahu kau tak
terlalu mempercayaiku. Tapi apa kau mau melakukan satu hal untukku?” tanyaku
serius.
“Tergantung.”
“Sigh. Aku hanya ingin ketika kau menghadiri rapat susulan. Aku ingin kau
berbohong bahwa kau mempercayakan golden card itu padaku. Aku hanya bisa
mendekati pelakunya jika mereka percaya aku memiliki kartu itu,” kataku santai.
Yuuki terlihat ragu. “ Itu.. biar aku pikirkan dulu,”
“Hm, baiklah. I’m looking for a good answer,” ujarku sambil menutup pintu.
Setelah keluar dari ruangan Yuuki aku segera menuju base tempat Aerish cs
berkumpul. Dan seperti dugaan, mereka malah ribut sendiri seolah tak sedang
menghadapi masalah serius, terutama si Nakahara yang menjadi sumber masalahnya.
“Sigh. Masih ribut seperti biasa,” keluhku.
“Ah, nona Ashihara sudah kembali,” celetuk Sharie tanpa dosa. Spontan
kukirimkan death glare gratis
padanya.
“Oi Nakahara, apa kau tahu sesuatu soal golden card?” tanyaku langsung
pada intinya.
“Maksudmu ini?” Nakahara mengeluarkan golden card dari sakunya dengan
santai.
“BLOODY HELL! Apa kau
mencurinya?” seruku kaget.
“Enak saja! Aku tak serendah dirimu yang hampir ditudduh mencuri karena
menemukan golden card,” entah kenapa dia bisa mengetahui masalah itu. “Yuuki
memeberikan ini padaku,”
“Ryuko, aku rasa golden card ini kunci masalahnya,” ucap Aerish
tiba-tiba.
“Hmm, aku tahu. Hmm, apa diantara kalian ada yang bisa membuat duplicate
kartu ini?” tanyaku sambil melihat sekeliling.
“Ah, itu gampang. Meniru adalah keahlian kami. Leave it to me and Makio!”
ujar Takano percaya diri. Oke, mungkin status keduanya sebagai mahasiswa IT
membuatnya memiliki kemampuan itu.
“Apa yang ingin kau lakukan dengan membuat bajakan kartu itu? Apa kau
ingin dipenjara karena plagiatisasi?” tanya Popuri.
“Sigh. Bukan... Kita akan membuat pelaku dari semua masalah ini
kebingungan,” ujarku sambil tersenyum misterius.
“Ehm. Masalahnya saat ini justru aku yang kebingungan,” respon Sharie. “
Bisa kalian jelaskan dari awal?” tanyanya tanpa dosa.
“Sigh” Keluhan massa terdengar di ruangan itu.
Nakahara
Untuk sementara kita kesampingkan dulu
permintaan Sharie yang konyol dan tidak penting itu. Jadi kami di sini,
tepatnya mereka, sedang menyusun sebuah rencana untuk bisa mengungkap misteri
yang ada. Sedang aku dengan asyik mengunyah makanan yang Aerish bawa sambil
mendengarkan perdebatan mereka.
“Pertama kita perlu bukti bahwa Nakahara
tidak bersalah.” Kata Takano.
“Aku percaya bahwa Nakahara tidak akan melakukan
hal seperti itu.” Kata Aerish mantap.
“Tapi kita tidak bisa percaya begitu saja
dan mengesampingkan situasi yang ada hanya karena dia teman kita.” Ck, maunya
apa sih Takano ini?
“Aku rasa ada benarnya.” Celetuk Makio.
“Apa kau punya alibi Naka-chan?” tanya
Popuri.
“Abbhu
bhuna, bhabbwi abbhu bibwak bhabin abba abwa bakbi.” Kataku dengan mulut
penuh makanan.
“Bisakah kau bicara yang jelas!” seru
mereka bersamaan kecuali Sharie.
“Aku rasa maksudnya ‘Aku punya, tapi aku
tidak yakin apa ada saksi’. Kata Sharie sedikit ragu. Wow, untuk urusan bahasa
Alien Sharie memang jagonya. Masih sibuk dengan makananku aku hanya
manggut-manggut membenarkan perkataan Sharie.
“Jadi, dimana kau saat Tn Miura hilang?”
tanya Ryuko.
“Mana aku tahu. Bukankah kita belum tahu
pasti jam berapa tepatnya Tn. Miura hilang?” kali ini menyisihkan dulu
makananku agar bisa bicara dengan normal. (catatan:
Nakahara into tidak pernah normal)
“Ceritakan saja apa yang kau lakukan malam
itu hingga pagi!” Lagi, mereka berkata secara bersamaan. Kalau saat seperti ini
saja, mereka baru terlihat kompak.
“ Sepulang dari kastil aku makan malam
dengan Yuuki dan Tn. Miura, lalu setelah itu dia mengajakku ke kamarnya untuk
berbicara. Selesai bicara aku langsung kembali ke kamar. Aku tidak tahu
tepatnya jam berapa, mungkin jam 11 malam?” kataku santai.
“Apa kau tahu siapa yang pertama kali
menyadari bahwa Tn. Miura hilang?” tanya Aerish.
“Aku dengar dari Yuuki, Vallery lah yang
pertama kali menyadari hilangnya Tn. Miura. Vallery menghubungi Yuuki sekitar
jam lima pagi.”
“Mmm, Vallery ya…” kata Ryuko seperti
sedang berfikir.
“Jadi bisa disimpulkan hilangnya Tn. Miura
antara pukul 11 malam sampai jam lima pagi.” Kata Takano serius.
“Lalu, untuk kasus kedua. Apa benar kau
dituduh melukai Yuuki pada rapat hari ini?”
“Yup” kataku bangga. Hei tentu saja aku
harus bangga, aku sudah berhasil membuat kekacauan di Rapat walau memang di
luar rencana.
“Kronologi?” tanya Ryuko.
“Kau kan juga ada di rapat itu Miss
Ashihara.” Kataku mengejek. Ryuko memeberikan Death Glare nya, tapi tentu hal itu tidak akan mempan padaku.
“Kalian mau tau sekali urusan pribadiku.”
“Cepat ceritakan!” teriak mereka kompak.
“Ok, Slow
down guys. Begini, aku masuk ke ruang rapat yang gelap karena memang aku
yang mematikan listriknya. Tapi saat aku sedang melangkah di kegelapan
seseorang menubrukku hingga jatuh. Aku tidak tahu itu Yuuki yang sudah terluka
atau si penyerang itu. Saat aku terjatuh tanganku menyentuh benda yang
sepertinya digunakan si pelaku untuk melukai Yuuki. Dan Tamat.” Kataku yang
kali ini berusaha untuk terdengar serius.
“Apa menurutmu pelaku penyerangan itu sama
dengan pelaku penyebab hilangnya Tn. Miura?” tanya Makio.
“Tentu saja sama. Bukankah pelakunya
sama-sama Nakahara? Haha..” kata Popuri menggoda. Masih sempat dia bergurau.
“Jika memang patung itu adalah senjata
yang digunakan untuk melukai Yuuki, tentu akan ada sidik jari dari pelaku
sebenarnya kan?” kata Sharie. Wow,
seharusnya kita sering mengadakan rapat seperti ini. Grade Sharie sepertinya meningkat sejak rapat dimulai.
“Tapi masalahnya sekarang, patung itu
berada di tangan Robert.” Kata Ryuko.
“Kita tanya saja pada Robert.” Kataku
santai. Dengan segera mereka bersama-sama menjitak kepalaku, tentu saja kecuali
Aerish dan Sharie karena hanya mereka yang masih waras untuk tidak bermain-main
denganku.
“Kau ini buronan, bersikaplah normal
seperti buronan yang lain!” kata Makio kesal.
“Aku kan hanya mengutarakan pendapatku
saja.” Kataku datar.
“Robert itu seperti seekor singa yang
sedang berburu mangsa, dan kau lah mangsanya. Jadi jika kau bertemu dengan
Robert dia pasti akan mencincangmu.” Lanjut Makio. Sigh, apa makio ini tidak
tahu kalau singa betina lah yang melakukan perburuan? Sedangkan Robert kan laki-laki #g penting.
“Aku tidak bilang aku yang harus bertanya
padanya. Kalau kalian mau kalian juga bisa bertanya pada Robert. Tenang saja
aku tidak akan memonopoli Robert.”
“Bukankah Robert dekat dengan Karina-san?
Bukankah mereka pernah terlihat bersama?” kata Sharie.
“Mungkin kita bisa mendapatkan informasi
dari Karina-san?” kata Ryuko sambil melihat ke arah Aerish dan diikuti yang
lainnya.
“Mmm… Ok, akan aku coba.” Kata Aerish
mengerti.
“Baiklah, ini sudah malam. Aku perlu tidur
untuk memenuhi janji kencanku dengan para Zombie dalam mimpi. Tidak bisakah
rapat dilanjutkan besok?” kataku mengantuk.
“Sigh, kau pikir karena siapa kami
melakukan rapat sampai selarut ini?” kata Popuri mengeluh.
“Aerish, kami mengandalkanmu untuk mencari
informasi dari Karina-san. Dan kalian berdua…” Ryuko menunjuk kearah Makio dan
Takano. “Aku menunggu tiruan Golden card buatan kalian pagi ini.” Lanjutnya
yang seperti biasa sok bossy-bossy.
“Akan kami coba, tapi tentu saja fungsinya
tidak akan sama dengan yang aslinya, namanya juga imitasi.” Kata Takano.
Rapat dibubarkan secara paksa olehku dan
perlahan mereka mulai meninggalkan ruangan. Tanpa keberadaan yang lainnya tuang
bawah tanah ini terlihat luas tapi suram. Tempat yang nyaman sekali dan
berkesan horror. Tapi masih kurang layak sempurna untukku. Mungkin hanya semalam
saja aku akan tidur di tempat ini. Yah, hanya semalam.
Aerish
Selepas rapat dengan
teman-temanku, aku terus berpikir. Bagaimana caranya aku bertanya pada
Karina-san mengenai Robert? Kalau langsung bertanya terang-terangan, itu akan
mencurigakan. Tapi, kalau tidak, bagaimana aku bisa mendapatkan patung itu? Ah,
ini benar-benar membuatku frustasi.
Keesokan paginya, aku masih
memikirkan cara untuk berbicara dengan Karina-san. Beruntung ada Ryuko yang
merupakan tamu VIP. Jadi, aku bisa tahu dimana kamar Karina-san.
Sesampainya di depan kamar
Karina-san, aku mencoba untuk mengatur nafas dan memberanikan diri mengetuk
pintu kamarnya. Tapi... tunggu dulu. Kalau dia membuka pintunya dan menanyakan
apa yang kulakukan, apa yang harus kukatakan? Tidak mungkin, kan hanya sekedar
ingin bertemu dengannya. Pasti dia akan menanyakan alasannya. Tapi...
teman-temanku mengandalkanku untuk mencari informasi itu. Jadi...
“ Masa bodoh dengan yang
terjadi nanti. Aku harus mencobanya,” gumamku yakin. Kuketuk pintu Karina-san
dan menunggu orangnya keluar. Tapi, tak ada jawaban. Apa Karina-san tidak ada
di kamarnya? Kuketuk lagi... tetap tak ada jawaban. Ah, mungkin dia sedang
keluar, pikirku.
Aku segera pergi meninggalkan
kamar Karina-san menyusuri lorong kamar VIP. Namun, sesampainya di depan lift,
aku bertemu dengan Karina-san yang baru keluar dari lift bersama dengan
seseorang. Sepertinya seorang wanita yang pernah kulihat bersamanya waktu itu.
Tapi, aku tidak tahu siapa wanita itu.
“ Ah, Aerish-chan. Apa yang kau
lakukan di sini?” Tepat seperti dugaanku.
“ Ah... baru saja bertemu
dengan temanku,” jawabku asal. Berharap dia percaya.
“ Temanmu? Ah, apa nona
Ashihara Ryuko?” tanyanya memastikan.
“ Hmm....” Kuanggukkan kepalaku
cepat. Sekilas kulirik wanita di sebelah Karina-san sedikit terkejut mendengar
aku baru saja bertemu dengan Ryuko. Mungkin dia belum tahu kalau aku mengenal
Ryuko dan berteman dengannya.
“ Apa kau benar teman nona
Ashihara Ryuko?” tanya wanita di sebelah Karina-san. Mungkin untuk meyakinkan
dirinya.
“ Bisa dibilang begitu. Aku
hanya pernah mengenalnya,” ujarku santai. “ Maaf, aku harus pergi.” Kutundukkan
kepalaku sebagai salam pada Karina-san yang lebih tua dariku dan dengan cepat
menekan tombol di pintu lift. Menunggu lift terbuka.
“ Apa kau buru-buru, Aerish-chan?”
tanya Karina-san membuatku menoleh menatapnya.
“ Tidak.”
“ Bisa kita bicara sebentar?”
pinta Karina-san. Bisa. Ingin sekali aku langsung menjawabnya begitu. Tapi,
tidak kulakukan.
“ Kalau boleh tahu, bicara
tentang apa, Karina-san?”
“ Apa saja. Itu pun kalau tidak
mengganggu waktumu,” jawab Karina-san tersenyum kecil. Seolah dengan
senyumannya itu, dia ingin menyembunyikan sesuatu. Entah apa itu.
“ Tentu saja tidak. Tapi,
bagaimana dengan Karina-san? Apa itu tidak menggangu jadwal Karina-san?”
tanyaku pura-pura perhatian dengan jadwalnya. Meskipun sama sekali aku tidak
peduli.
“ Ah, kebetulan aku sedang
tidak ada jadwal apa-apa. bukan begitu, Vallery-san?” kata Karina-san sembari
memandang wanita di sebelahnya yang kutahu bernama Vallery. Tunggu. Vallery?
Bukankah dia yang menemukan pertama kali Tn. Miura telah menghilang?
“ Betul. Kalau begitu, saya
permisi dulu.” Vallery bergegas pergi meninggalkanku dan Karina-san.
Setelah Vallery pergi, aku
diajak Karina-san ke kamarnya. Meski sebenarnya aku sudah tahu dimana letak
kamarnya, tapi aku pura-pura tidak tahu dan terus mengikutinya di belakang.
“ Duduklah, Aerish-chan,” kata
Karina-san menyuruhku duduk di sofa di kamarnya.
Sembari melihat-lihat kamarya,
aku duduk di sofa. Menunggunya ikut duduk.
Beberapa menit kemudian,
Karina-san duduk sembari menyodorkan segelas minuman dingin padaku. Kuterima
itu dan menengguknya sedikit.
“ Lalu, apa yang ingin
Karina-san bicarakan padaku?” tanyaku langsung pada intinya.
“ Sebenarnya tidak terlalu
penting. Tapi... apa kau keberatan untuk membantuku, Aerish-chan?” Membantunya?
Wow, kurasa ini keberuntunganku. Sebelum aku meminta, Karina-san sudah
memintaku lebih dulu. Perfect.
“ Tergantung. Membantu untuk apa?”
“ Hmm.... Tidak susah
sebenarnya. Aku hanya perlu bantuanmu untuk mempertemukanku dengan Ashihara
Ryuko. Ada yang ingin kubicarakan padanya. Selain itu, aku juga ingin tahu
mengenai siapa Ashihara Ryuko itu sebenarnya,” jawab Karina-san.
Aku mengerutkan keningku
mendengarnya. “ Tahu soal Ryuko? Untuk apa?” Bodoh. Bagaimana bisa pertanyaan
itu keluar begitu saja dari mulutku?
“ Sebetulnya aku tidak ingin
mengatakan ini padamu, Aerish-chan. Tapi, berhubung aku sudah meminta
bantuanmu, maka aku akan mengatakannya padamu,” ujar Karina-san.
Aku terdiam. Menunggu apa yang
akan dia katakan selanjutnya.
“ Ada kejadian yang kurang
mengenakkan lagi. Putra Tn. Miura diserang sewaktu rapat. Meski tidak parah
lukanya, tapi itu cukup untuk membuat kami untuk memikirkan ulang mengenai
grand openingnya. Nah, yang jadi masalah itu pelakunya kabur dari kantor
polisi. Robert sudah mencarinya. Tapi, aku rasa itu akan sulit. Meski aku tahu
pelakunya hanya anak remaja seusiamu, tapi aku khawatir, dia akan melukai para
pemegang saham lain dan mengacaukan grand openingnya. Karena itulah....”
Karina-san memberi jeda untuk mengambil nafas. Lalu mendangiku. “ Karena itulah
aku ingin meminta bantuan Ashihara Ryuko. Mengingat dia adalah anggota
InterSEO,” lanjutnya.
Jujur aku tidak mengerti
bagaimana Karina-san bisa mengharapkan bantuan dari seorang Ryuko. Terlebih
dengan statusnya sebagai anggota InterSEO. Organisasi keamanan internasional
yang tidak kumengerti. Tapi, aku tidak mengatakan keherananku dan hanya
menjawabnya dengan berkata, “ Aku tidak tahu pasti apa Ryuko mau bertemu dengan
Karina-san. Mengingat dia bukan tipe orang yang mau bertemu dengan orang lain
dengan mudah. Dia akan membutuhkan seribu alasan yang masuk akal untuk akhirnya
mau bertemu dengan orang lain.”
“ Apa sesulit itu untuk bertemu
dan berbicara dengannya?”
“ Begitulah. Dia bukan orang
yang mudah berbicara dengan orang lain. Apalagi kalau itu sudah menyangkut
urusan orang lain. Dia lebih suka bersikap cuek daripada harus ikut campur.”
“ Apa tidak ada cara untuk
memaksanya bertemu denganku? Kau, kan temannya Aerish-chan. Kau pasti tahu
mengenai dirinya, kan?” Sepertinya Karina-san ingin sekali bertemu dengannya.
Bagus. Aku harap dengan ini aku bisa mencari informasi yang kubutuhkan.
“ Hmm.... sepertinya ada cara,”
ujarku yakin.
Kulihat mata Karina-san berbinar-binar
menungguku melanjutkan ucapanku.
“ Kalau Karina-san bisa
memberikan alasan yang masuk akal bagi Ryuko, mungkin dia mau menemui
Karina-san,” ujarku.
“ Bukankah alasanku tadi sudah
masuk akal? Aku membutuhkannya untuk mengamankan pulau ini dan juga grand
opening. Serta menangkap pelakunya,” jawab Karina-san.
“ Hmm.... Aku rasa itu masih
kurang. Dia tidak akan mau bertemu dengan Karina-san kalau dengan alasan
seperti itu,” ucapku berusaha untuk menggoyahkannya. Berharap dengan begitu,
dia akan bercerita lebih banyak untuk mencari alasan yang tepat agar Ryuko mau
bertemu dengannya.
“ Lalu, apa menurutmu yang bisa
membuatnya mau bertemu denganku?” Sepertinya Karina-san benar-benar terobsesi
dengan Ryuko.
“ Hmm.... Apa Karina-san tahu
kejadian saat pelaku melukai putra Tn. Miura?” tanyaku hati-hati.
“ Aku tidak tahu persisnya.
Tapi, kata Robert pelaku memukul kepala putra Tn. Miura dengan patung. Dan
patung itu sekarang sudah dia amankan,” jelas Karina-san. Bagus. Pancingan
pertama berjalan mulus.
“ Apa Robert sudah mencari tahu
mengenai patung itu?”
Karina-san menggeleng pelan. “
Aku rasa belum. Dia terlalu sibuk mencari pelakunya dan menjaga putra Tn.
Miura. Takut kalau pelaku datang dan melukainya lagi,” jawab Karina-san.
“ Bagus kalau begitu,” seruku
refleks. Dengan cepat aku menghela nafas kecil dan mengendalikan diri. Kulihat
Karina-san mengerutkan keningnya mendengar seruanku yang terdengar gembira.
Namun, sebelum dia berbicara aku sudah menyelanya.
“ Maksudku, karena Robert belum mencari tahu mengenai patung itu, kenapa tidak Karina-san gunakan sebagai alasan untuk bertemu dengan Ryuko?” saranku.
“ Maksudku, karena Robert belum mencari tahu mengenai patung itu, kenapa tidak Karina-san gunakan sebagai alasan untuk bertemu dengan Ryuko?” saranku.
“ Maksudmu, Aerish-chan?”
“ Bukankah Ryuko yang sebagai
anggota InterSEO nantinya bisa membantu Karina-san dan Robert untuk mencari
tahu mengenai patung itu? Meski itu hanya alasan Karina-san untuk bertemu
dengannya, tapi paling tidak Karina-san dan Robert bisa tahu dimana pelaku mendapat
patung itu. Dan mungkin juga akan tahu tempat persembunyian pelaku itu.”
Kujabarkan rincianku dan berharap Karina-san percaya.
“ Hmm....” Sepertinya
Karina-san sedang memikirkan saranku.
“ Aku rasa kau benar,
Aerish-chan. Meski patung itu tidak penting, tapi itu bisa jadi alasan yang
kuat untuk bertemu dengannya. Alih-alih untuk mencari informasi mengenai patung
itu, aku akan meminta bantuannya,” ujar Karina-san setuju.
Aku tersenyum mendengarnya.
Tidak kusangka pancinganku berjalan dengan baik.
“ Lalu, apa Karina-san akan
menemui Robert dan meminta patung itu?” tanyaku sedikit ingin tahu apa yang
akan dilakukan Karina-san untuk mendapatkan patung itu.
“ Mungkin. Tapi, bukankah itu
hanya alasan. Jadi, aku tidak perlu membawa patung itu, kan?”
“ Hmm.... Aku rasa ada baiknya
Karina-san membawa serta patung itu ketika bertemu dengan Ryuko. Karena kalau
tidak, dia akan curiga dengan tujuan Karina-san dan mungkin akan langsung pergi
meninggalkan Karina-san sebelum Karina-san mengatakan tujuan yang sebenarnya,”
ucapku meyakinkannya.
“ Hmm.... Kau benar
Aerish-chan. Mengingat dia anggota InterSEO, dia pasti lebih waspada dibanding
orang lain.” Benarkah itu? Mungkin tidak. “ Kalau begitu, aku akan meminta
Robert untuk mengantarkan patunya kemari.” Karina-san segera menjauh dariku dan
menghubungi Robert.
Lalu, sekarang apa yang harus
kulakukan? Apa aku harus menghubungi teman-temanku dan meminta mereka mencegat
Robert lalu mengambil patunya? Ah, tidak mungkin. Atau aku harus menawarkan
diriku untuk mengambil patung itu dan membawanya lari? Ah, itu juga tidak
mungkin. Karina-san akan curiga nanti. Lalu, apa? Tidak mungkin, kan aku hanya
berdiam diri di sini sementara Robert membawa patung itu dan menyerahkannya
pada Karina-san nanti?
Aku terus memeras otakku untuk
berpikir dan....
“ Bodoh. Bukankah nanti patung
itu diberikan pada Ryuko. Jadi, biarkan dia saja yang mengurusnya,” gumamku
tersenyum penuh arti.
Tak lama kemudian, Karina-san
sudah menutup teleponnya dan kembali mengobrol denganku. Setelah hampir satu
jam mengobrol dengannya, aku pamit pergi dan segera menemui Ryuko. Mengatakan
perihal Karina-san yang akan menemuinya dengan membawa patung yang digunakan
untuk memukul Yuuki.
Ryuko
Tidur hanya 3 jam membuat wajahku terlihat seperti zombie cantik (zombie, tapi masih cantik). Aku bisa
saja tidur lebih lama sampai malam nanti, tapi suara mengganggu dari balik
pintu terpaksa membuatku harus bangun dan membuat siapapun yang di balik pintu
itu menyesal sudah terlahir di dunia ini !
To be
continued........
A/N : Yay, chapter 4 update ! Whew bikin penasaran ga? Wait for the next chapter ya
CHAPTER 5 >>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Stop being silent reader and write your comments.......