Sabtu, 26 April 2014

Kioku Reunion ~Bloody Island~ Chapter 4


A Combination Project with Nakahara Ningsih and Lee Diah
Title : Kioku Reunion ~ Bloody Island~
Author : Uchiha Ryuko, Nakahara Ningsih, Aerish Lee
Genre : Comedy / Adventure/Mystery
Summary : Ryuko, Nakahara, Aerish dan 4 temannya semasa sekolah bertemu kembali dalam liburan yang tak terduga. Mereka pikir liburan di Bloody Island akan menjadi liburan yang tenang dan mengasyikan. Tapi yang menunggu mereka adalah liburan yang penuh dengan masalah.
Cerita ini memiliki 4 sudut pandang berbeda, Ryuko POV, Nakahara POV, Aerish POV dan Normal POV.

CHAPTER 4
NORMAL POV
Setelah misi pelarian panjang mengambil kitab suci , Nakahara dan Aerish berhasil sampai di sebuah ruangan tersembunyi di dekat tangga. Aerish membuka pintu ajaib yang mengantarkan mereka menuju neraka, pada sebuah ruangan yang dipenuhi herbivore, ehem, teman-teman lamanya.
“Whaa, itu dia Nakahara!” seru Sharie dengan suara yang cetar membahana.
“Ssst, pelan-pelan,” dengan cepat Makio membekap Sharie kemudian memberi tanda pada  Naka dan Aerish untuk segera memasuki ruangan.
“Wow, apa kalian sedang melakukan ritual pemanggilan roh?” tanya Nakahara antusias ketika melihat Sharie cs berkumpul membentuk lingkaran. Hm, mungkin dia antusias dengan kondisi ruangan yang cukup suram dan mistis. Habitat(?) yang cocok untuk Nakahara.
“Heh? apa? roh?” Sharie mulai ketakutan mendengar kata2 yang menyangkut dunia Nakahara (read: mistis)
“Sebenarnya ini ritual pemanggilan kriminal,” respon Popuri datar.
“Hmm, ritual yang tidak menarik. Aku mau pergi... “ ujar Nakahara dengan tanpa dosa.
“Teman-teman, berhentilah bercanda, kita punya masalah serius di sini,” ujar Aerish berusaha mengembalikan atmosfir pada kadar kenormalan yang pas (?).
“Ehem, Jadi Nakahara, sudah sejauh mana levelmu dalam melakukan tindakan kriminal?” tanya Takano berusaha sok serius.
“Masih dalam tahap awal, aku masih belum melakukan tindakan kriminal sehebat Jack the Ripper,” jawab Nakahara.
“Ah, kupikir kau sudah sekejam Adolf Hitler dalam membantai umat manusia di muka bumi ini,” respon Popuri santai.
“Duh! Berhentilah bercanda!” keluh Makio yang mulai stress dengan ketiga temannya.
“Hahh! aku tidak mengerti ucapan kalian semua!” keluh Sharie memperkeruh suasana.
Pasangan kompak (jadi-jadian) Makio dan Aerish hanya menepuk jidat(lebarnya) karena frustasi.

@@@
Ryuko
Warna biru bukanlah lucky colour ku malam ini. Terbukti, rapat yang kupikir akan cepat selesai malah menjadi kacau balau. Semua ini karena the Queen Of destruction, Nakahara. Sukses mengacaukan rapat dengan melukai anak pemilik saham (setidaknya itulah yang diasumsikan seluruh peserta rapat). Great. Hal ini membuatku harus mengikuti rapat susulan, karena jelas , grand opening tidak bisa dilakukan karena Yuuki yang sedang terluka.
“Ryuko-san,” panggil seseorang yang kuduga bernama Vallery. “ Bagaimana keadaan, tuan muda Yuuki?” tanyanya khawatir.
“Err,sepertinya dia baik-baik saja, mungkin sebentar lagi kau boleh menemuinya,” jawabku sok tahu. Oke, jujur saja aku belum mengecek apakah Yuuki masih hidup atau tidak. Karena aku belum melihat aura kematian dari ruangannya dirawat, kurasa dia masih hidup.
“Yokatta, kuharap lukanya tidak parah,” ujarnya lega. “Ryuko-san, apa aku boleh meminta satu hal padamu?” lanjutnya
“Hm, mungkin. Apa yang bisa kubantu?” tanyaku ragu. Jujur, aku merasakan hal yang merepotkan akan terjadi di sini.
“Sebaiknya grand opening ditunda satu hari lagi, aku khawatir dengan keadaan Tuan muda Yuuki ”
“Hmm, apa aku punya hak untuk itu? Maksudku bagaimana jika kedua pemilik saham lainnya tidak setuju?” responku tak yakin. Aku tak peduli posisi apa yang kumiliki saat ini, InterSEO lah, InterMilan(?) lah #lupakan. I dont give a damn about that position! I dont want to do something that isnt my business!
“Kurasa mereka berdua pasti setuju,” respon Vallery yakin.
“Maksudmu?”
“Ehem, Apa anda tahu legenda yang tersebar luas di pulau ini?” tanya Vallery tiba-tiba. “Ada legenda kuno yang mengatakan bahwa tempat ini dulunya adalah pulau di mana vampire berasal.  Di malam bulan purnama, Seluruh penduduk di pulau ini dibantai oleh vampire tersebut hingga pulau ini disebut.. Bloody Island. Dua hari lagi bulan purnama. Agar feel Bloody Island lebih terasa, maka grand opening sebaiknya dilaksanakan saat bulan purnama. Tentu saja hal itu akan menarik lebih banyak minat masyarakat dan menaikan income bagai pulau wisata ini” ujar Vallery tiba-tiba.
“Alasan itu cukup meyakinkan para investor,” responku jujur. Tapicukup aneh, respon otakku yang lain.
“Jadi.. apa anda...”
“Baiklah,di rapat susulan nanti aku akan mengusulkan grand opening itu ditunda saja,” responku santai. “Ehm, Vallery-san, kau di sini untuk menjaga Yuuki kan? Ehm, boleh aku pamit? Aku lelah dan ngantuk,” ujarku mencari-cari alasan untuk pergi dari sini.
“Ah, tentu saja, mari kuantar,” ujar Vallery sambil mulai mengajakku keluar dari rumah sakit. “Sebelumnya terima kasih banyak, Ryuko-san,” ujar Vallery tersenyum padaku.
Aku menganggukan kepalaku singkat sambil berjalan menuju hotel. Hm, ngomong2, aku tak melihat Akashi sejak kejadian tadi. Ah, sudahlah tak lama lagi dia pasti muncul seperti hantu.
Tiba-tiba ponselku berbunyi, dan kejutan! The most annoying stupid young master, Ashihara Sasuke, call me since the day he broke the promise! Dan kuangkat telponnya.
Me : .......
Sasuke : Oi?
Me :.....
Sasuke :Oi Ryuko, Kau masih hidup kan?
Me : Aku tidak akan mati sebelum mencincang mu!
Sasuke : Sigh. Stupid as laways, hey.. kau...baik-baik saja kan?
Me : Oh ya tentu saja aku baik-baik saja, bahkan setelah kau mengingkari janjimu dan menipuku ke sebuah pulau aneh bernama Bloody Island, bahkan seenaknya mengganti nama margaku, kemudian membuatku harus menghadiri rapat dan mengaku ngaku sebagai perwakilan InterSEO dan bahkan mengirimku bersama seorang pria penakut,aneh dan tidak jelas bernama Akashi...bblablabla..
Sasuke :..Apa? Akashi? Siapa dia? Kau bersama pria lain di pulau itu?
Me : Tch, pria menyebalkan dan tak bisa diandalkan, selalu mengikutiku ke manapun, seperti anak anjing yang..
Sasuke : Tunguu dulu! aku tidak....
“RYUKO-SAN!!!!!!!!” sebuah teriakan dan Brukkkkk !!!!!!!
Ouch, sesuatu menimpa tubuhku. Sebuah benda nista yang bernama Akashi.
“Get away from me!!”
“Hiyaaaa...Gomenasai, aku tersandung dan....” GLEK! Kurasa dia cukup bijak untuk diam karena aku sedang kesal sekali hari ini. Aku mencari keberadaan ponsel yang baru saja terjatuh karena kecelakaan nista Akashi yang baru saja menabrakku.  Perfect, My phone was broken. Aku bahkan belum selesai meluapkan emosiku pada Sasuke, anjing penakut (read: Akashi) ini datang untuk menjadi pelampiasanku.
“Akashi-kun, ayo kita bermain game sederhana. Aku akan mengejarmu, jika kau tertangkap kau akan..MATI!!!!!” ujarku dengan killing intent yang sudah terpendam selama bertahun-tahun.
“Hiyaaaaaa!!!! Gomenasai!!!!!!!” dengan secepat kilat Akashi berlari dari tempat itu.
“Jangan lari!!! Stupid Akashi!!!!!!”
Masih asyik memburu anjing penakut Akashi, tatapanku terpaku pada sebuah sosok yang sedang berdiri dengan mencurigakan di depan kastil aneh yang pernah kukunjungi (jangan tanya kenapa Ryuko bisa mengejar Akashi sampai tempat itu). Ada tiga orang yang sedang berdiskusi. Tapi satu hal yang kulihat dengan pasti, dua orang itu memiliki golden card. Perlahan aku mencoba mendekati mereka karena penasaran.
“Kau masih belum menemukannya?,” tanya salah seorang seorang pria.
“Tn Miura tak memiliki golden card yang kita incar, kemungkinan dipegang oleh anaknya,”
“Tapi aku sudah menggeledah kamar anaknya tapi aku tak bisa menemukan golden card itu,” jawab seorang wanita.
“Sigh. Kita harus segera menemukannya. Waktunya tinggal dua hari lagi,” jawab wanita satunya.
Tak lama kemudian mereka meninggalkan tempat itu, membuatku masih kebingungan dengan apa yang terjadi.
“Golden card, huh? Sepertinya benda itu kunci dari semua masalah ini,”
@@@
Karena gagal memburu Akashi, aku kembali  ke hotel dengan kesal. Ternyata kesialanku malam ini masih terus berlanjut. Di tengah jalan aku bertemu dengan Sharie cs yang sedang merumput layaknya herbivore. Entah dari mana Aerish tahu tentang masalah antara aku dan InterSEO membuatku harus kembali menceritakan rapat yang berhasil dikacaukan oleh Nakahara, sekaligus statusnya barunya sebagai tersangka atas percobaan pembunuhan. Aerish cs pun mendiskusikan rencana untuk membantu Nakahara (yah, mereka memang cenderung memiliki ketertarikan pada masalah orang lain).
“Aku tahu sebuah tempat yang aman di dekat sini,” ujar Takano percaya diri.
“Oke, kita berkumpul di tempat yang kau bilang, sekarang kita harus menemukan Nakahara,” respon Makio.
“Ah, itu serahkan saja padaku,” ujar Aerish.
“Hm, bukannya tidak mau membantu. Aku harus kembali ke hotel dan berganti kostum. Ada hal yang harus ...kulakukan. Nanti akan kutemui kalian di tempat itu,” ujarku cepat.
“Yayaya… Kami mengerti , NONA ASHIHARA,” respon Sharie sambil tertawa.
“Ingatkan aku untuk menambahkanmu sebagai orang ketiga yang akan kucincang,” ujarku datar sambil pergi meninggalkan mereka semua.
Oke, singkat cerita, setelah aku berganti kostum, aku memiliki satu orang yang bisa kutanyai tentang Golden Card. Miura Yuuki, meski sepertinya dia tak terlalu menyukaiku, tak ada salahnya aku sedikit mencari informasi darinya. Aku memasuki pintu nomer 13 dan kulihat dia sedang bersantai sambil membaca komik.
“Sedang apa kau di sini?” tanyanya sinis.
“Maaf aku tersesat,” responku tanpa dosa. “ Tentu saja aku punya urusan denganmu,” responku cepat.
“Aku bertaruh kau pasti akan menanyakan apa aku melihat orang yang melukaiku tadi malam,. Biar kujelaskan aku tak melihatnya sama sekali,”
“Bukan itu, aku ingin tahu masalah Goden Card. Apa kau memiliki kartu itu? Dan apa gunanya kartu itu?” tanyaku hati-hati.
“Kenapa kau ingin tahu?” tanyanya curiga.
“Dengar, jika kau memilikinya, sebaiknya kau berhati-hati. Hilangnya ayahmu, kemungkinan karena ada yang menginginkan golden card itu,” ujarku serius. “ Maaf sudah mengganggu, aku permisi..”
“Tunggu!” panggil Yuuki cepat. “ Aku sudah tahu bahwa ada yang mengincar golden card itu. Kau tak perlu khawatir, karena aku sudah memberikan golden card pada seseorang yang bisa kupercaya,” lanjut Yuuki.
“Hm, baguslah,” aku menghela nafas untuk memberi jeda. “ Aku tahu kau tak terlalu mempercayaiku. Tapi apa kau mau melakukan satu hal untukku?” tanyaku serius.
“Tergantung.”
“Sigh. Aku hanya ingin ketika kau menghadiri rapat susulan. Aku ingin kau berbohong bahwa kau mempercayakan golden card itu padaku. Aku hanya bisa mendekati pelakunya jika mereka percaya aku memiliki kartu itu,” kataku santai.
Yuuki terlihat ragu. “ Itu.. biar aku pikirkan dulu,”
“Hm, baiklah. Im looking for a good answer,” ujarku sambil menutup pintu.
Setelah keluar dari ruangan Yuuki aku segera menuju base tempat Aerish cs berkumpul. Dan seperti dugaan, mereka malah ribut sendiri seolah tak sedang menghadapi masalah serius, terutama si Nakahara yang menjadi sumber masalahnya.
“Sigh. Masih ribut seperti biasa,” keluhku.
“Ah, nona Ashihara sudah kembali,” celetuk Sharie tanpa dosa. Spontan kukirimkan death glare gratis padanya.
“Oi Nakahara, apa kau tahu sesuatu soal golden card?” tanyaku langsung pada intinya.
“Maksudmu ini?” Nakahara mengeluarkan golden card dari sakunya dengan santai.
BLOODY HELL! Apa kau mencurinya?” seruku kaget.
“Enak saja! Aku tak serendah dirimu yang hampir ditudduh mencuri karena menemukan golden card,” entah kenapa dia bisa mengetahui masalah itu. “Yuuki memeberikan ini padaku,”
“Ryuko, aku rasa golden card ini kunci masalahnya,” ucap Aerish tiba-tiba.
“Hmm, aku tahu. Hmm, apa diantara kalian ada yang bisa membuat duplicate kartu ini?” tanyaku sambil melihat sekeliling.
“Ah, itu gampang. Meniru adalah keahlian kami. Leave it to me and Makio!” ujar Takano percaya diri. Oke, mungkin status keduanya sebagai mahasiswa IT membuatnya memiliki kemampuan itu.
“Apa yang ingin kau lakukan dengan membuat bajakan kartu itu? Apa kau ingin dipenjara karena plagiatisasi?” tanya Popuri.
“Sigh. Bukan... Kita akan membuat pelaku dari semua masalah ini kebingungan,” ujarku sambil tersenyum misterius.
“Ehm. Masalahnya saat ini justru aku yang kebingungan,” respon Sharie. “ Bisa kalian jelaskan dari awal?” tanyanya tanpa dosa.
“Sigh” Keluhan massa terdengar di ruangan itu.
Nakahara
Untuk sementara kita kesampingkan dulu permintaan Sharie yang konyol dan tidak penting itu. Jadi kami di sini, tepatnya mereka, sedang menyusun sebuah rencana untuk bisa mengungkap misteri yang ada. Sedang aku dengan asyik mengunyah makanan yang Aerish bawa sambil mendengarkan perdebatan mereka.
“Pertama kita perlu bukti bahwa Nakahara tidak bersalah.” Kata Takano.
“Aku percaya bahwa Nakahara tidak akan melakukan hal seperti itu.” Kata Aerish mantap.
“Tapi kita tidak bisa percaya begitu saja dan mengesampingkan situasi yang ada hanya karena dia teman kita.” Ck, maunya apa sih Takano ini?
“Aku rasa ada benarnya.” Celetuk Makio.
“Apa kau punya alibi Naka-chan?” tanya Popuri.
Abbhu bhuna, bhabbwi abbhu bibwak bhabin abba abwa bakbi.” Kataku dengan mulut penuh makanan.
“Bisakah kau bicara yang jelas!” seru mereka bersamaan kecuali Sharie.
“Aku rasa maksudnya ‘Aku punya, tapi aku tidak yakin apa ada saksi’. Kata Sharie sedikit ragu. Wow, untuk urusan bahasa Alien Sharie memang jagonya. Masih sibuk dengan makananku aku hanya manggut-manggut membenarkan perkataan Sharie.
“Jadi, dimana kau saat Tn Miura hilang?” tanya Ryuko.
“Mana aku tahu. Bukankah kita belum tahu pasti jam berapa tepatnya Tn. Miura hilang?” kali ini menyisihkan dulu makananku agar bisa bicara dengan normal. (catatan: Nakahara into tidak pernah normal)
“Ceritakan saja apa yang kau lakukan malam itu hingga pagi!” Lagi, mereka berkata secara bersamaan. Kalau saat seperti ini saja, mereka baru terlihat kompak.
“ Sepulang dari kastil aku makan malam dengan Yuuki dan Tn. Miura, lalu setelah itu dia mengajakku ke kamarnya untuk berbicara. Selesai bicara aku langsung kembali ke kamar. Aku tidak tahu tepatnya jam berapa, mungkin jam 11 malam?” kataku santai.
“Apa kau tahu siapa yang pertama kali menyadari bahwa Tn. Miura hilang?” tanya Aerish.
“Aku dengar dari Yuuki, Vallery lah yang pertama kali menyadari hilangnya Tn. Miura. Vallery menghubungi Yuuki sekitar jam lima pagi.”
“Mmm, Vallery ya…” kata Ryuko seperti sedang berfikir.
“Jadi bisa disimpulkan hilangnya Tn. Miura antara pukul 11 malam sampai jam lima pagi.” Kata Takano serius.
“Lalu, untuk kasus kedua. Apa benar kau dituduh melukai Yuuki pada rapat hari ini?”
“Yup” kataku bangga. Hei tentu saja aku harus bangga, aku sudah berhasil membuat kekacauan di Rapat walau memang di luar rencana.
“Kronologi?” tanya Ryuko.
“Kau kan juga ada di rapat itu Miss Ashihara.” Kataku mengejek. Ryuko memeberikan Death Glare nya, tapi tentu hal itu tidak akan mempan padaku.
“Kalian mau tau sekali urusan pribadiku.”
“Cepat ceritakan!” teriak mereka kompak.
“Ok, Slow down guys. Begini, aku masuk ke ruang rapat yang gelap karena memang aku yang mematikan listriknya. Tapi saat aku sedang melangkah di kegelapan seseorang menubrukku hingga jatuh. Aku tidak tahu itu Yuuki yang sudah terluka atau si penyerang itu. Saat aku terjatuh tanganku menyentuh benda yang sepertinya digunakan si pelaku untuk melukai Yuuki. Dan Tamat.” Kataku yang kali ini berusaha untuk terdengar serius.
“Apa menurutmu pelaku penyerangan itu sama dengan pelaku penyebab hilangnya Tn. Miura?” tanya Makio.
“Tentu saja sama. Bukankah pelakunya sama-sama Nakahara? Haha..” kata Popuri menggoda. Masih sempat dia bergurau.
“Jika memang patung itu adalah senjata yang digunakan untuk melukai Yuuki, tentu akan ada sidik jari dari pelaku sebenarnya kan?”  kata Sharie. Wow, seharusnya kita sering mengadakan rapat seperti ini. Grade Sharie sepertinya meningkat sejak rapat dimulai.
“Tapi masalahnya sekarang, patung itu berada di tangan Robert.” Kata Ryuko.
“Kita tanya saja pada Robert.” Kataku santai. Dengan segera mereka bersama-sama menjitak kepalaku, tentu saja kecuali Aerish dan Sharie karena hanya mereka yang masih waras untuk tidak bermain-main denganku.
“Kau ini buronan, bersikaplah normal seperti buronan yang lain!” kata Makio kesal.
“Aku kan hanya mengutarakan pendapatku saja.” Kataku datar.
“Robert itu seperti seekor singa yang sedang berburu mangsa, dan kau lah mangsanya. Jadi jika kau bertemu dengan Robert dia pasti akan mencincangmu.” Lanjut Makio. Sigh, apa makio ini tidak tahu kalau singa betina lah yang melakukan perburuan? Sedangkan Robert  kan laki-laki #g penting.
“Aku tidak bilang aku yang harus bertanya padanya. Kalau kalian mau kalian juga bisa bertanya pada Robert. Tenang saja aku tidak akan memonopoli Robert.”
“Bukankah Robert dekat dengan Karina-san? Bukankah mereka pernah terlihat bersama?” kata Sharie.
“Mungkin kita bisa mendapatkan informasi dari Karina-san?” kata Ryuko sambil melihat ke arah Aerish dan diikuti yang lainnya.
“Mmm… Ok, akan aku coba.” Kata Aerish mengerti.
“Baiklah, ini sudah malam. Aku perlu tidur untuk memenuhi janji kencanku dengan para Zombie dalam mimpi. Tidak bisakah rapat dilanjutkan besok?” kataku mengantuk.
“Sigh, kau pikir karena siapa kami melakukan rapat sampai selarut ini?” kata Popuri mengeluh.
“Aerish, kami mengandalkanmu untuk mencari informasi dari Karina-san. Dan kalian berdua…” Ryuko menunjuk kearah Makio dan Takano. “Aku menunggu tiruan Golden card buatan kalian pagi ini.” Lanjutnya yang seperti biasa sok bossy-bossy.
“Akan kami coba, tapi tentu saja fungsinya tidak akan sama dengan yang aslinya, namanya juga imitasi.” Kata Takano.
Rapat dibubarkan secara paksa olehku dan perlahan mereka mulai meninggalkan ruangan. Tanpa keberadaan yang lainnya tuang bawah tanah ini terlihat luas tapi suram. Tempat yang nyaman sekali dan berkesan horror. Tapi masih kurang layak sempurna untukku. Mungkin hanya semalam saja aku akan tidur di tempat ini. Yah, hanya semalam.
Aerish
Selepas rapat dengan teman-temanku, aku terus berpikir. Bagaimana caranya aku bertanya pada Karina-san mengenai Robert? Kalau langsung bertanya terang-terangan, itu akan mencurigakan. Tapi, kalau tidak, bagaimana aku bisa mendapatkan patung itu? Ah, ini benar-benar membuatku frustasi.
Keesokan paginya, aku masih memikirkan cara untuk berbicara dengan Karina-san. Beruntung ada Ryuko yang merupakan tamu VIP. Jadi, aku bisa tahu dimana kamar Karina-san.
Sesampainya di depan kamar Karina-san, aku mencoba untuk mengatur nafas dan memberanikan diri mengetuk pintu kamarnya. Tapi... tunggu dulu. Kalau dia membuka pintunya dan menanyakan apa yang kulakukan, apa yang harus kukatakan? Tidak mungkin, kan hanya sekedar ingin bertemu dengannya. Pasti dia akan menanyakan alasannya. Tapi... teman-temanku mengandalkanku untuk mencari informasi itu. Jadi...
“ Masa bodoh dengan yang terjadi nanti. Aku harus mencobanya,” gumamku yakin. Kuketuk pintu Karina-san dan menunggu orangnya keluar. Tapi, tak ada jawaban. Apa Karina-san tidak ada di kamarnya? Kuketuk lagi... tetap tak ada jawaban. Ah, mungkin dia sedang keluar, pikirku.
Aku segera pergi meninggalkan kamar Karina-san menyusuri lorong kamar VIP. Namun, sesampainya di depan lift, aku bertemu dengan Karina-san yang baru keluar dari lift bersama dengan seseorang. Sepertinya seorang wanita yang pernah kulihat bersamanya waktu itu. Tapi, aku tidak tahu siapa wanita itu.
“ Ah, Aerish-chan. Apa yang kau lakukan di sini?” Tepat seperti dugaanku.
“ Ah... baru saja bertemu dengan temanku,” jawabku asal. Berharap dia percaya.
“ Temanmu? Ah, apa nona Ashihara Ryuko?” tanyanya memastikan.
“ Hmm....” Kuanggukkan kepalaku cepat. Sekilas kulirik wanita di sebelah Karina-san sedikit terkejut mendengar aku baru saja bertemu dengan Ryuko. Mungkin dia belum tahu kalau aku mengenal Ryuko dan berteman dengannya.
“ Apa kau benar teman nona Ashihara Ryuko?” tanya wanita di sebelah Karina-san. Mungkin untuk meyakinkan dirinya.
“ Bisa dibilang begitu. Aku hanya pernah mengenalnya,” ujarku santai. “ Maaf, aku harus pergi.” Kutundukkan kepalaku sebagai salam pada Karina-san yang lebih tua dariku dan dengan cepat menekan tombol di pintu lift. Menunggu lift terbuka.
“ Apa kau buru-buru, Aerish-chan?” tanya Karina-san membuatku menoleh menatapnya.
“ Tidak.”
“ Bisa kita bicara sebentar?” pinta Karina-san. Bisa. Ingin sekali aku langsung menjawabnya begitu. Tapi, tidak kulakukan.
“ Kalau boleh tahu, bicara tentang apa, Karina-san?”
“ Apa saja. Itu pun kalau tidak mengganggu waktumu,” jawab Karina-san tersenyum kecil. Seolah dengan senyumannya itu, dia ingin menyembunyikan sesuatu. Entah apa itu.
“ Tentu saja tidak. Tapi, bagaimana dengan Karina-san? Apa itu tidak menggangu jadwal Karina-san?” tanyaku pura-pura perhatian dengan jadwalnya. Meskipun sama sekali aku tidak peduli.
“ Ah, kebetulan aku sedang tidak ada jadwal apa-apa. bukan begitu, Vallery-san?” kata Karina-san sembari memandang wanita di sebelahnya yang kutahu bernama Vallery. Tunggu. Vallery? Bukankah dia yang menemukan pertama kali Tn. Miura telah menghilang?
“ Betul. Kalau begitu, saya permisi dulu.” Vallery bergegas pergi meninggalkanku dan Karina-san.
Setelah Vallery pergi, aku diajak Karina-san ke kamarnya. Meski sebenarnya aku sudah tahu dimana letak kamarnya, tapi aku pura-pura tidak tahu dan terus mengikutinya di belakang.
“ Duduklah, Aerish-chan,” kata Karina-san menyuruhku duduk di sofa di kamarnya.
Sembari melihat-lihat kamarya, aku duduk di sofa. Menunggunya ikut duduk.
Beberapa menit kemudian, Karina-san duduk sembari menyodorkan segelas minuman dingin padaku. Kuterima itu dan menengguknya sedikit.
“ Lalu, apa yang ingin Karina-san bicarakan padaku?” tanyaku langsung pada intinya.
“ Sebenarnya tidak terlalu penting. Tapi... apa kau keberatan untuk membantuku, Aerish-chan?” Membantunya? Wow, kurasa ini keberuntunganku. Sebelum aku meminta, Karina-san sudah memintaku lebih dulu. Perfect.
“ Tergantung. Membantu untuk apa?”
“ Hmm.... Tidak susah sebenarnya. Aku hanya perlu bantuanmu untuk mempertemukanku dengan Ashihara Ryuko. Ada yang ingin kubicarakan padanya. Selain itu, aku juga ingin tahu mengenai siapa Ashihara Ryuko itu sebenarnya,” jawab Karina-san.
Aku mengerutkan keningku mendengarnya. “ Tahu soal Ryuko? Untuk apa?” Bodoh. Bagaimana bisa pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku?
“ Sebetulnya aku tidak ingin mengatakan ini padamu, Aerish-chan. Tapi, berhubung aku sudah meminta bantuanmu, maka aku akan mengatakannya padamu,” ujar Karina-san.
Aku terdiam. Menunggu apa yang akan dia katakan selanjutnya.
“ Ada kejadian yang kurang mengenakkan lagi. Putra Tn. Miura diserang sewaktu rapat. Meski tidak parah lukanya, tapi itu cukup untuk membuat kami untuk memikirkan ulang mengenai grand openingnya. Nah, yang jadi masalah itu pelakunya kabur dari kantor polisi. Robert sudah mencarinya. Tapi, aku rasa itu akan sulit. Meski aku tahu pelakunya hanya anak remaja seusiamu, tapi aku khawatir, dia akan melukai para pemegang saham lain dan mengacaukan grand openingnya. Karena itulah....” Karina-san memberi jeda untuk mengambil nafas. Lalu mendangiku. “ Karena itulah aku ingin meminta bantuan Ashihara Ryuko. Mengingat dia adalah anggota InterSEO,” lanjutnya.
Jujur aku tidak mengerti bagaimana Karina-san bisa mengharapkan bantuan dari seorang Ryuko. Terlebih dengan statusnya sebagai anggota InterSEO. Organisasi keamanan internasional yang tidak kumengerti. Tapi, aku tidak mengatakan keherananku dan hanya menjawabnya dengan berkata, “ Aku tidak tahu pasti apa Ryuko mau bertemu dengan Karina-san. Mengingat dia bukan tipe orang yang mau bertemu dengan orang lain dengan mudah. Dia akan membutuhkan seribu alasan yang masuk akal untuk akhirnya mau bertemu dengan orang lain.”
“ Apa sesulit itu untuk bertemu dan berbicara dengannya?”
“ Begitulah. Dia bukan orang yang mudah berbicara dengan orang lain. Apalagi kalau itu sudah menyangkut urusan orang lain. Dia lebih suka bersikap cuek daripada harus ikut campur.”
“ Apa tidak ada cara untuk memaksanya bertemu denganku? Kau, kan temannya Aerish-chan. Kau pasti tahu mengenai dirinya, kan?” Sepertinya Karina-san ingin sekali bertemu dengannya. Bagus. Aku harap dengan ini aku bisa mencari informasi yang kubutuhkan.
“ Hmm.... sepertinya ada cara,” ujarku yakin.
Kulihat mata Karina-san berbinar-binar menungguku melanjutkan ucapanku.
“ Kalau Karina-san bisa memberikan alasan yang masuk akal bagi Ryuko, mungkin dia mau menemui Karina-san,” ujarku.
“ Bukankah alasanku tadi sudah masuk akal? Aku membutuhkannya untuk mengamankan pulau ini dan juga grand opening. Serta menangkap pelakunya,” jawab Karina-san.
“ Hmm.... Aku rasa itu masih kurang. Dia tidak akan mau bertemu dengan Karina-san kalau dengan alasan seperti itu,” ucapku berusaha untuk menggoyahkannya. Berharap dengan begitu, dia akan bercerita lebih banyak untuk mencari alasan yang tepat agar Ryuko mau bertemu dengannya.
“ Lalu, apa menurutmu yang bisa membuatnya mau bertemu denganku?” Sepertinya Karina-san benar-benar terobsesi dengan Ryuko.
“ Hmm.... Apa Karina-san tahu kejadian saat pelaku melukai putra Tn. Miura?” tanyaku hati-hati.
“ Aku tidak tahu persisnya. Tapi, kata Robert pelaku memukul kepala putra Tn. Miura dengan patung. Dan patung itu sekarang sudah dia amankan,” jelas Karina-san. Bagus. Pancingan pertama berjalan mulus.
“ Apa Robert sudah mencari tahu mengenai patung itu?”
Karina-san menggeleng pelan. “ Aku rasa belum. Dia terlalu sibuk mencari pelakunya dan menjaga putra Tn. Miura. Takut kalau pelaku datang dan melukainya lagi,” jawab Karina-san.
“ Bagus kalau begitu,” seruku refleks. Dengan cepat aku menghela nafas kecil dan mengendalikan diri. Kulihat Karina-san mengerutkan keningnya mendengar seruanku yang terdengar gembira. Namun, sebelum dia berbicara aku sudah menyelanya.
“ Maksudku, karena Robert belum mencari tahu mengenai patung itu, kenapa tidak Karina-san gunakan sebagai alasan untuk bertemu dengan Ryuko?” saranku.
“ Maksudmu, Aerish-chan?”
“ Bukankah Ryuko yang sebagai anggota InterSEO nantinya bisa membantu Karina-san dan Robert untuk mencari tahu mengenai patung itu? Meski itu hanya alasan Karina-san untuk bertemu dengannya, tapi paling tidak Karina-san dan Robert bisa tahu dimana pelaku mendapat patung itu. Dan mungkin juga akan tahu tempat persembunyian pelaku itu.” Kujabarkan rincianku dan berharap Karina-san percaya.
“ Hmm....” Sepertinya Karina-san sedang memikirkan saranku.
“ Aku rasa kau benar, Aerish-chan. Meski patung itu tidak penting, tapi itu bisa jadi alasan yang kuat untuk bertemu dengannya. Alih-alih untuk mencari informasi mengenai patung itu, aku akan meminta bantuannya,” ujar Karina-san setuju.
Aku tersenyum mendengarnya. Tidak kusangka pancinganku berjalan dengan baik.
“ Lalu, apa Karina-san akan menemui Robert dan meminta patung itu?” tanyaku sedikit ingin tahu apa yang akan dilakukan Karina-san untuk mendapatkan patung itu.
“ Mungkin. Tapi, bukankah itu hanya alasan. Jadi, aku tidak perlu membawa patung itu, kan?”
“ Hmm.... Aku rasa ada baiknya Karina-san membawa serta patung itu ketika bertemu dengan Ryuko. Karena kalau tidak, dia akan curiga dengan tujuan Karina-san dan mungkin akan langsung pergi meninggalkan Karina-san sebelum Karina-san mengatakan tujuan yang sebenarnya,” ucapku meyakinkannya.
“ Hmm.... Kau benar Aerish-chan. Mengingat dia anggota InterSEO, dia pasti lebih waspada dibanding orang lain.” Benarkah itu? Mungkin tidak. “ Kalau begitu, aku akan meminta Robert untuk mengantarkan patunya kemari.” Karina-san segera menjauh dariku dan menghubungi Robert.
Lalu, sekarang apa yang harus kulakukan? Apa aku harus menghubungi teman-temanku dan meminta mereka mencegat Robert lalu mengambil patunya? Ah, tidak mungkin. Atau aku harus menawarkan diriku untuk mengambil patung itu dan membawanya lari? Ah, itu juga tidak mungkin. Karina-san akan curiga nanti. Lalu, apa? Tidak mungkin, kan aku hanya berdiam diri di sini sementara Robert membawa patung itu dan menyerahkannya pada Karina-san nanti?
Aku terus memeras otakku untuk berpikir dan....
“ Bodoh. Bukankah nanti patung itu diberikan pada Ryuko. Jadi, biarkan dia saja yang mengurusnya,” gumamku tersenyum penuh arti.
Tak lama kemudian, Karina-san sudah menutup teleponnya dan kembali mengobrol denganku. Setelah hampir satu jam mengobrol dengannya, aku pamit pergi dan segera menemui Ryuko. Mengatakan perihal Karina-san yang akan menemuinya dengan membawa patung yang digunakan untuk memukul Yuuki.
Ryuko
Tidur hanya 3 jam membuat wajahku terlihat seperti zombie cantik (zombie, tapi masih cantik). Aku bisa saja tidur lebih lama sampai malam nanti, tapi suara mengganggu dari balik pintu terpaksa membuatku harus bangun dan membuat siapapun yang di balik pintu itu menyesal sudah terlahir di dunia ini !

To be continued........
A/N : Yay, chapter 4 update ! Whew bikin penasaran ga? Wait for the next chapter ya
CHAPTER 5 >>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stop being silent reader and write your comments.......