Minggu, 05 Agustus 2012

Summer Vacation part 3



Finally...it has been released...please read the previous cahapter on Summer Vacation part 2 ( klik here). Oke.. no more words..here we go...enjoy it. (This is the last part !!!)
Main character : Ryuko, Sasuke, Nakahara, Otani , 
Side character    : Seijiro,Shun


#Ryuko Point of View
DHUAR!!! Sesaat aku tak menyadari apa yang terjadi. Hanya saja kakiku terasa sakit karena mendarat di atas tanah dengan posisi yang salah. Tapi aku cukup beruntung karena kepala dan punggungku mendarat di atas tubuh Sasuke. Tetapi tetap saja kakiku terasa sakit.



Aku mengeluh dan sedikit berdebat kecil dengan Sasuke, tetapi seorang pimpinan bandit yang bernama Seijiro mengganggu perdebatanku dengan Sasuke. Bandit-bandit itu kembali menyandera si bodoh Otani dan Nakahara. Jelas, Sasuke tidak menyukai keadaan ini. Bertarung demi orang lain bukanlah gayanya. Meskipun menyebalkan, harus kuakui tidak terlalu sulit bagi Sasuke untuk bisa menghabisi bandit-bandit itu, tentu saja dengan syarat dia bisa bertarung dengan bebas. Meskipun sepertinya dia tipe orang yang ‘tidak pernah’ peduli dengan orang lain, tapi aku rasa dia tidak akan membiarkan dua orang bodoh (Nakahara dan Otani yang sebenarnya, masih berstatus sebagai ‘teman sekelasnya’) mati di hadapannya. Entah sejak kapan dan bagaimana aku mulai sedikit mengerti sisi baik yang dimiliki Sasuke, meskipun selebihnya aku lebih banyak mengenal sisi buruknya.
“Aku tidak menyangka, bocah ingusan seperti kalian bias selamat dari ledakan itu.” Ucap Seijiro sambil menatap kami dengan tatapan licik.
Sasuke tidak menjawab, hanya menatap Seijiro dengan tatapan dingin.
“Jangan menatapku seperti itu , dasar bocah menyebalkan !” Seijiro terlihat agak marah dengan tatapan Sasuke. Ya, aku pun tahu bahwa tatapan Sasuke yang terkesan meremehkan benar-benar menyebalkan. Seijiro mengambil pistol dan menodongkan pistol itu ke arah Sasuke. Entah kenapa , secara spontan aku pun berteriak.
“Tunggu!” Aku berteriak secara spontan hingga Seijiro segera menoleh ke arahku.
“Aku dengar Melfiore organization adalah organisasi yang cukup terkenal. Tapi aku masih tidak percaya sebelum aku membuktikan sesuatu” Ucapku meremehkan.
“Baiklah, sebelum kalian semua mati. Aku akan membuktikan apa yang ingin kau buktikan.” Ucap Seijiro sambil memasukan kembali pistolnya sembari menatapku.
Bagus! Si bodoh Seijiro sudah berhasil ku pancing.
“Aku ingin menguji kemampuan kalian dalam sebuah permainan. Permainan penembak jitu. Walaupun kalian mafia, aku tidak yakin kalian bias mengalahkan kemampuan orang ini dalam menembak.” Ucapku sambil menunjuk kea rah Sasuke.
Sasuke menatapku dengan penuh tanda Tanya dan tanda SERU !!!, seolah berkata : “Apa yang sedang kau lakukan ? Dasar bodoh !”
Aku membalas tatapannya seolah berkata :” sesuatu yang lebih baik daripada Cuma berdiri diam dan terlihat sok keren !”
“Aku ingin melakukan sebuah permainan.” Ucapku singkat.
“Permainan ? menarik sekali..” meskipun suaranya dingin, aku bisa mendengar sedikit nada antusias keluar dari mulut Seijiro.
“Ya…dan taruhannya adalah nyawamu dan…..nyawa…ku.” jawabku sedikit ragu. Astaga, aku pasti sudah gila, mempertaruhkan nyawaku yang sangat berharga pada sebuah permainan, dan jika saja kalian tahu, nyawaku tergantung pada satu orang yang sama sekali tidak pernah ku bayangkan bahkan terlintas di pikiranku.
Aku sendiri  tak percaya pada ide gila yang ku lakukan. Kau tahu apa tujuannya ? Untuk mengulur waktu, ya hanya itu yang terpikir di otakku sekarang. Sejujurnya, aku pun tak tahu , apa yang ku tunggu dari  waktu yang terus ku ulur.
Mungkin ide bodoh ini merupakan efek dari hobiku yang terlalu banyak menonton film action. Aku sering melihat para mafia bermain permainan penembak jitu untuk menguji kemampuan mereka dalam menembak. Sasarannya hanyalah sebuah apel, tapi diletakkan  di atas kepala seseorang yang menjadi taruhannya. Mungkin di dalam sebuah film, permainan itu terlihat sangat keren dan menegangkan, tapi dalam dunia nyata, jelas bahwa ini adalah permainan konyol dan bodoh. Dan lebih parahnya, nyawaku menjadi taruhannya ( mungkin kalian tak percaya bahwa gadis pemalas dan tidak mau repot sepertiku bersedia menjadi korban ). Dan kau tahu ? nyawaku dipertaruhkan di tangan Sasuke. Ouch, sungguh sial hidupku.
“Dengar ya Sasuke. Jangan sampai tembakanmu meleset. Reputasimu sebagai ninja dengan kemampuan terbaik di Academy akan menurun jika kau sampai gagal.” Ancamku serius.
“Memangnya aku peduli ?” respon Sasuke dingin.
“Apa ?” seruku tidak percaya.
“Tidak perlu berteriak, bodoh. Aku bisa menembak apel di atas kepalamu tanpa menyentuh salah satu bagian dari kepalamu, bahkan dengan mata tertutup.” Ucap Sasuke percaya diri.
*sigh* Aku mengeluh.
“Aku harap kau tidak asal  bicara.” Responku singkat.
Aku tidak pernah berbohong ataupun ingkar janji,Aku punya harga diri.” Ucap Sasuke. Sekilas, aku seperti melihatnya tersenyum seolah menenangkan hatiku yang sedang ‘galau’, tetapi aku rasa itu cumaa imajinasku karena senyum Sasuke adalah fenomena langka yang mungkin hanya bisa dilihat dalam beberapa decade.
“Hei bocah ! kalau sudah selesai mengatakan pesan terakhir kepada pacarmu, cepatlah ke sini. Kita segera mulai permainannya.” Ucap Seijiro dengan wajah licik.
“Yah, baiklah. Oh ya, sebaiknya kau segera memilih pemimpin baru yang akan menggantikanmu, paman.” Ucapku meremehkan.
Seijiro tidak merespon, hanya tersenyum licik. Entah kenapa senyum itu terlihat begitu menyebalkan dan berbahaya.
Permainan dimulai.
Aku sudah menduga sebelumnya bahwa permainan ini akan imbang, karena yah, meskipun Sasuke itu menyebalkan aku percaya pada kemampuannya yang memang bisa dikatakan cukup berbakat. Kedua, tidak mungkin Seijiro mau menjadikan nyawanya sebagai taruhannya jika bukan kepada orang yang ia percaya, apalagi bisa kulihat bahwa Seijiro adalah tipe pemimpin yang memilih untuk mengorbankan orang lain, daripada dikorbankan. Yah, mungkin kau pikir Seijiro tipe orang yang hamper sama denganku, tetapi percayalah , aku lebih memiliki hati dan kebaikan dibandingkan si Seijiro.
“Aku akui, sepertinya pacarmu memiliki bakat dan kemampuan. Bagaimana kalau kita buat permainan ini lebih menarik ?” tawar si Seijiro.
Aku memiliki firasat buruk dengan apa yang ditawarkan Seijiro. Permainan menarik ? Aku rasa itu Cuma permainan bodoh yang menguntungkan si Seijiro.
Aku berpikir sejenak, bagaimana cara menolak permintaan Seijiro tetapi tetap mengulur waktu.
“Jangan terlalu lama berpikir.” Seijiro menodongkan pistol kea rah Otani dan Nakahara yang tetap tanpa ekspresi. Huh ! Sungguh menyebalkan.
“Apa yang kau inginkan ?” Tanya Sasuke yang tanpa di duga-duga membuka mulutnya untuk bicara.
Seijiro tersenyum licik sambil menatap Sasuke dengan tatapan menantang.
“Kau mungkin memiliki  bakat sebagai seorang penembak jitu, bocah. Tapi….aku tidak yakin bakatmu masih bisa bekerja dengan mata tertutup.”
“Jadi..maksudmu ?” aku mencoba mengkonfirmasi  apa maksud dari Seijiro.
“Kita lakukan permainan dengan mata tertutup. Tapi kali ini aku ikut bermain.” Ucap Seijiro.
Dan itulah yang terjadi, Seijiro dan anak buahnya bertukar posisi. Seijiro menjadi penembak dan anak buahnya menjadi korban ( sudah kubilang, dia tipe orang yang lebih suka mengorbankan dibanding dikorbankan.) Sebenarnya aku dan Sasuke bisa saja bertukar posisi, tapi orang bodoh pun tahu jika aku yang menjadi penembak , bukannya mengulur waktu tetpai justru mempersingkat permainan ( kau tahu maksudku kan ?).
Giliran pertama, Seijiro berhasil dengan mudah. Dan sekarang giliranku bersama Sasuke.
“Sasuke, kau pasti bisa kan ?” tanyaku ragu.
Sasuke tidak menjawab, hanya menatapku dengan tatapan aneh.
“Jangan bilang kalau kau sendiri juga ragu!” ucapku khawatir.
Sasuke tidak menjawab, hanya menghela nafas.
“Hei bocah ! Apa yang kalian tunggu ! Cepat lakukan atau dua teman aneh kalian ini akan mati !” ancam Seijiro.
Sasuke menatapku seolah bertanya : ‘ Bagaimana ? Kau ingin mengorbankan  dirimu atau mereka berdua ?”
Aku menatap Sasuke seolah menjawab : ‘Tidak keduanya !’
“Paman ! Kalau kami menang, aku ingin membuat satu kesepakatan !” entah kenapa tiba-tiba mulutku yang secara otomatis bisa mengeluarkan kata-kata untuk mengulur waktu.
“Kenapa aku harus mendengarkan idemu ?” Tanya Seijiro sinis.
“Hanya supaya lebih menarik, rasanya tak adil jika kami menang tetapi tak mendapat keuntungan. Bukankah itu hal yang alami dari sebuah permainan ?”
“Bagaimana jika kau menolak ?” teanya Seijiro.
“Aku balik bertanya, kenapa kau menolak ? kau takut kalah ?” ejekku.
“Kau terlalu percaya diri.” Respon Seijiro dingin.
“Dan kau tidak punya rpercaya diri.” Balasku.
Buk bak buk !Arrgh…Tiba-tiba sebuah suara perkelahian yang cukup singkat dan disusun suara jerit kesakitan  dari arah Nakahara dan Otani. Dan ternyata suara jerit kesakitan itu datang dari salah satu anak buah Seijiro yang menyandera Nakahara dan Otani. Tapi masih belum jelas apa yang terjadi.
“Hei ! Apa yang terjadi ?” seru Seijiro sambil melirik ke arah anak buahnya. Akhirnya wajah Seijiro yang sok dingin dan sok kejam pun berubah menjadi ekspresi terkejut ketika melihat posisi Nakahara dan Otani yang telah digantikan oleh anak buahnya sendiri. Aku mencoba melihat lebih dekat, siapa orang yang berhasil menghabisi anak buah Seijiro dan membalikkan keadaan. Awalnya aku berpikir itu adalah Sasuke, karena  saat ini, ia sendiri sudah tidak ada di tempatnya berdiri. Tetapi ketika aku melihat lebih dekat…lebih dekat…lebih dekat…( kau tahu kan , sebenarnya aku memiliki minus pada mataku, tapi karena aku tidak suka memakai kacamata, aku harus berkonsentrasi ketika melihat suatu objek yang jauh.). Hm, dan ternyata orang itu adalah Shun ?. Whew kejutan !Si tampan pesaing Sasuke ada di sini.
“Hei bocah ! siap kau ?” Tanya Seijiro tajam.
“Yang jelas , aku tidak berada di pihak kalian ..” jawab Shun santai.
“Apa yang kau inginkan ?” Tanya Seijiro sambil menodongkan pistol kea rah Shun, ups, bukan !ternyata ke arahku ?.
“Kalau kau bergerak, gadis ini akan mati.” Ancam Seijiro.
“Tapi anak buahmu juga akan mati.” Ancam Shun tak mau kalah.
“Pengorbanan adalah sesuatau yang biasa dalam organisasi kami.” Ucap Seijiro.
Krik..krik…suasana hening sejenak.
“Tapi bagaimana kalau kau sendiri juga ikut mati ?” ancam Sasuke yang secara mengejutkan sudah  berada di belakang Seijiro sambil menodongkan kunai yang sangat tajam ke dekat leher Seijiro ( jangan Tanya darimana Sasuke mendapatkan kunai itu karena aku juga tidak peduli darimana ia dapat.).
Tanpa banyak bicara, Seijiro dan anak buahnya langsung melakukan perlawanan. Untunglah sepertinya Seijiro lupa bahwa dia sedang mengancam nyawaku karena dia lebih memilih untuk melawan Sasuke yang ada di belakangnya. Tapi Sasuke juga tidak bodoh, hal pertama yang dilakukan Sasuke adalah menjauhkan pistol dari tangan Seijiro karena bila dilihat baik – baik hanya Seijiro saja yang memegang pistol. Halooo ???Mereka ini mafia senjata api bukan sih ? kenapa Cuma satu orang saja yang memiliki senjata api ??. Hm, seharusnya sudah sejak tadi kami melumpuhkan si Seijiro, tetapi masalahnya , Nakahara dan Otani masih menjadi sandera. Tapi..ah, siapa peduli, Shun membuat keadaan menjadi lebih baik.
Tanpa kusadari, aku yang terlalu sibuk dengen pikiranku yang ‘me-review’ keadaan tadi, pertarungan selesai lebih cepat dari perkiraan. Tetapi hal ini, malah memancing pertarungan lain yang menurutku lebih lama dan merepotkan daripada pertarungan melawan bandit2 ini.
“Seharusnya kau tidak perlu datang.” Ucap Sasuke sambil menatap Shun dengan tatapan meremehkan.
“Kata pertama yang harus kau ucapkan itu ‘terima kasih’. Terbukti kau sendiri tak mampu mengatasi bandit-bandit ini.” Balas Shun dengan tatapan tak kalah sinis dan meremehkan.
“Kedatanganmu hanya mengganggu rencanaku.” Ucap Sasuke.
“Rencana konyol apa itu ?” Tanya Shun sambil tersenyum sinis.
“Orang payah tidak perlu tahu.”
“Hei-hei lihat siapa yang bicara ? orang payah tidak pantas mengatakan hal itu.” Respon Shun dingin.
“Apa harus ku buktikan siapa yang payah di sini ? “ ucap Sasuke sambil melangkah mendekati Shun dengan tatapan menantang.
“Kedengarannya menarik.” Ucap Shun sambil menatap Sasuke, eh bukan, dia malah menatapku dengan tatapan lihat-dan-jangan-protes karena baru saja mulutku hendak berbicara tapi Shun sudah membungkamku dengan tatapan seperti itu.
Aku hanya menghela nafas, mengamati korban-korban dari Shun dan Sasuke. Daribelakang mereka berdua aku melihat anak buah Seijiro yang ternyata masih dsadar dan hendak menyerang mereka berdua.
“Kalian ber..” kata-kataku masih kalah cepat dengan respon Shun dan Sasuke yang hanya dalam beberapa detik  menghabisi si bandit tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan mereka. Jadi aku sarankan, jika mereka berdua sedang berkelahi, sebaiknya orang biasa menjauh saja atau menonton sambil minum teh.
“Ne, Ryuko. Ayo bertaruh.” Ucap Nakahara yang tiba-tiba muncul di belakangku. Sejenak, ia membuatku merinding.
“Ck, jangan mengagetkan aku.” Ucapku sebal.
“Ternyata  kau juga bisa kaget.” Celetuk Otani.
“Kenapa kalian masih ada di sini ? Lebih baik kembali ke pos saja sana..” ucapku sinis.
“Kau yakin akan membiarkan kami berdua kembali ke pos sendirian ?” Tanya Otani.
Aku terdiam sejenak. Aku berpikir dua kali atau mungkin lebih untuk membiarkan Nakahara dan Otani kembali ke pos berdua saja. Yah, aku hanya ingin mereka menimbulkan masalah lebih banyak lagi.
“Hm,,,lebih baik kita tunggu sampai mereka berdua selesai.  Aku tidak mau kalian tersesat dan merepotkanku LAGI.” Ucapku sinis.
“Kurasa kita menunggu sampai Tahun depan, mereka berdua juga tidak akan selesai.” Celetuk Nakahara.
“Hn..”Aku hanya mengeluh dan menghela nafas.
“Apa mereka berdua selalu begitu ?”  tanya Otani.
“Like I know.” Jawabku dingin.
“Ne, Aku sering menonton anime shonen ai, dan tingkahnya sama persis seperti mereka berdua.Apa jangan-jangan mereka itu..?” Nakahara berbicara sambil menunjuk kea rah Shun dan Sasuke.
“Sebenarnya aku juga berpikir begitu..” responku polos.
“Hei hei…pemikiran bodoh apa yang ada di pikiran kalian ?” Tanya Otani.
“Bukan urusan orang sepertimu.” Responku singkat.
“Otakmu terlalu lemah jika terkontaminasi dengan pikiran seperti ini.” Tambah Nakahara.
“Dasar wanita.” Keluh Otani.
“Ne, mau bertaruh ?” tawar Nakahara.
“Bertaruh apa ?” tanyaku.
“Bertaruh siapa yang akan memenangkan pertarungan itu.” Jawab Nakahara.
“Baiklah…AAku bertaruh untuk….Kiryuu Shun saja . dia…lebih ramah daripada si Sasuke.” Celetuk Otani.
“Alasan yang aneh.” Responku.
“Kalau begitu, Ryuko bertaruh untuk Sasuke.” Ucap Nakahara seenaknya.
“Cih, seenaknya saja kau menentukan pilihanku ! Memangnya kau sendiri bertaru untuk siaoa ?” tanyaku.
“Hm…aku bertaruh, mereka berdua tidak ada yang mau mengalah sampai mereka berdua benar-benar bosan dan kelelahan.” Jawab Nakahara.
“Pilihan macam apa itu ? Seenaknya sendiri !” responku sinis.
“Yang kalah harus mentraktir es krim untuk si pemenang.” Tambah Nakahara bersemangat.
Aku dan Otani hanya saling menatap dan menghela nafas.
Hn, liburan konyol macam apa ini ?? Yare – yare…..

-----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stop being silent reader and write your comments.......