Cerpen perdana (yang benar-benar cerita Pendek !!!) yang ini ceritanya nggak akan rumit kok seperti cerita sebelumnya. So, buat kamu yang imajinasinya pas pas san, mungkin cerita ini lebih cocok karena so simple but so sweet. Jadi kalo habbis baca kasih komentar ya, kalo menurut kalian masih rumit di komen aja, jadi saya bisa tahu mau kalian ttu apa ? udah kayak gini masih nggak trima ?(ups. ngelantur)
Judul : Love Hatred
Cast : Kiryuu Zero, Kuran Kaname, Kuran Rido
Genre : Romance,Fantasy,Shonen Ai
Aku
membenci vampire. Sangat membencinya.
“Kiryuu-kun ! Apa kau mendengarkanku ?”
seru Yagari sensei menatap tajam Zero yang sedang melamun.
“Ah, gomenasai, sensei,” dengan segera
Zero kembali berkonsentrasi membuang jauh-jauh pemikirannya tentang kejadian
malam itu. Kejadian di malam purnama yang membuatnya harus membenci dirinya
sendiri. Ya, ia sangat membenci vampire dan sekarang ia adalah seorang vampire.
Selama ini ia menikmati hidupnya sebagai
vampire hunter. Berburu vampire-vampire pembelot dan membunuh mereka semua.
Kebenciannya pada vampire bukannya tak beralasan. Seluruh keluarganya dibantai
oleh vampire gila. Beruntung, ia diselamatkan oleh seseorang yang misterius yang hingga saat ini tak
diketahui identitasnya.
Tok.tok.tok. Di tengah –tengah pelajaran,
tiba-tiba saja pintu diketuk dari luar. Yagari-sensei membukakan pintu dan
mempersilahkan seseorang untuk masuk. Seorang laki-laki bertubuh tinggi ideal.
Memiliki rambut hitam kecoklatan dan mata coklat kemerahan. Aura di sekitarnya
dipenuhi oleh kegelapan yang misterius.
Dia seorang Vampire. Tidak dia bukan
vampire biasa. Dia seorang pureblood. Laki-laki yang bertanggung jawab atas
kejadian itu. Seketika itu juga amarah Zero meluap melihat sosok laki-laki yang
bertanggung jawab atas kejadian malam purnama. Namun ia berusaha untuk
menahannya dan menunggu saat yang tepat untuk membunuh laki-laki ini. Ya, kali
ini ia bersumpah akan membunuhnya.
“Minna-san, kita kedatangan siswa baru.
Silahkan perkenalkan dirimu,” ucap Yagari-sensei.
“Namaku Kuran Kaname. Yoroshiku,” si
siswa baru memperkenalkan diri.
Yagari-sensei mempersilahkan Kaname untuk
menempati kursi kosong di sebelah Zero. Kaname berjalan menuju kursi kosong di
sebelah Zero. Ia terdiam sejenak ketika mendapati Zero menyambutnya dengan
tatapan :SELAMAT DATANG DI NERAKA. Namun Kaname hanya membalas tatapan Zero
dengan senyuman berbahaya karena senyuman itu membuat jantung Zero terasa
sesak.
Perasaan
apa ini ? Kebencian ? atau...
Ting tong ! Bel istirahat berbunyi.
Tanpa banyak berbicara Zero segera
menarik tangan Kaname dan menyeretnya ke atap gedung sekolah. Anehnya Kaname
sama sekali tak memberontak tindakan Zero seolah dia sudah menduga tindakan
Zero.
“Sekarang katakan padaku, apa tujuanmu
datang ke sini ?” tanya Zero ketika mereka berdua sampai di atap gedung Cross
Academy.
Kaname tersenyum menatap Zero. “Tidak
ada. Aku tidak memiliki tujuan apapun,” jawab Kaname tenang. “Apa kau masih
membenciku, Zero ?” lanjut Kaname.
Zero menyipitkan matanya, berusaha untuk
tetap tenang. “Aku membenci vampire tak terkecuali. Bahkan diriku sendiri,”
jawab Zero perih. “Dan semuanya karena kau, Kau yang mengubahku menjadi monster
berwujud manusia seperti ini,” Zero mengepalkan tangannya untuk menahan
amarahnya. Ia memang berniat membunuh Kaname,tapi setelah ia mendapatkan
jawaban atas tindakan Kaname di malam bulan purnama itu.
“Maafkan aku. Kau boleh membenciku sepuas
hatimu,” ucap Kaname dingin. Terdengar sedikit nada perih dari ucapan Kaname.
Tanpa berlama-lama Kaname segera meninggalkan tempatnya berdiri, ia tak bisa
terus berada bersama Zero. Ia takut bahwa ia tak bisa menahan suatu hal
terlarang dalam dirinya jika ia terus bersama Zero.
“Tunggu !” Zero menahan tangan Kaname dan
menatapnya tajam. “Kau belum menjawab pertanyaanku,” lanjut Zero.
Kaname menatap Zero dengan tatapan aneh.
Seperti sebuah tatapan bersalah yang membuat Zero merasa tidak nyaman. Ditambah
lagi perasaan aneh yang terus muncul ketika Zero terlalu lama menatap mata
Kaname yang indah. Perasaan yang membuat dadanya terasa sesak dan sulit
bernafas. Ditambah lagi, berada di dekat Kaname membuat rasa hausnya meningkat
tajam. Sama sekali tak bisa membuat hatinya tenang. Perasaan itu terpaksa
membuat Zero mengalah dan melepaskan tangan Kaname.
Perasaan
ini apa ? Aku rasa kebencian yang berlebihan tidaklah sehat.
@@@
Malam yang indah bagi para vampire. Bulan
purnama ,angin dan kegelapan yang begitu pekat. Saat yang sangat tepat untuk
berburu. Namun tidak bagi Zero. Meskipun ia vampire, ia tak pernah meminum
darah manusia secara langsung. Ia lebih memilih meminum tablet darah dan tetap
merahasiakan keberadaannya di tengah para manusia. Di tambah lagi ia benci
bulan purnama.
Zero melanjutkan langkahnya menyusuri
jalanan yang sepi. Menjadi vampire membuatnya memiliki beberapa keuntungan. Ia
menjadi lebih sensitif terhadap sesuatu atau seseorang yang sedang
mengintainya. Ia menghentikan langkahnya dan memasang sikap waspada.
“Siapapun kau ! tunjukan dirimu
sekarang,” seru Zero.
“Sepertinya kau yang sekarang sudah
semakin berkembang,” ucap sebuah suara. Sesosok pria bertubuh tinggi besar
muncul dari balik kegelapan. Ia memamerkan taringnya, seolah berusaha
menunjukan bahwa ia vampire yang sangat berbahaya. Kemudian ia menatap Zero
dengan tatapan penuh rasa lapar.
“Siapa kau ?” tanya Zero. Ada suatu
perasaan aneh yang muncul dari dirinya ketika melihat laki-laki ini meskipun ia
tak mengenalnya. Perasaan yang membuatnya ingin sekali merobek leher pria di
depannya dan menebas kepalanya tanpa tahu alasannya.
“Kau tak mengenaliku ? Sungguh bocah yang
sangat baik bahkan setelah aku membantai seluruh keluargamu,” kata si pria
misterius itu.
Zero tersentak mendengar jawaban si pria
misterius itu. Sekarang ia tahu alasan kenapa ia sangat ingin merobek leher
pria ini dengan taringnya sendiri. Namun kenapa ia sama sekali tak mengingatnya
? Kenapa justru kejadian saat Kaname mengubahnya yang selalu ada di ingatannya
?
Zero berniat menyerang pria itu dengan
kukunya yang tajam, namun di luar dugaan si pria misterius memiliki kecepatan
yang lebih baik sehingga ia berhasil melukai bahu Zero dengan pedang yang ia
sembunyikan pada pinggangnya. Luka itu cukup membuat Zero kesakitan. Ia tak
mempunyai kemampuan menyembuhkan diri dengan cepat seperti yang dimiliki
vampire lain. Hal itu disebabkan karena ia hanya mengkonsumsi tablet darah
saja.
“Saatnya menyelesaikan hal yang gagal
kulakukan di masa lalu,” si pria mendekati Zero dan memamerkan taringnya yang
setajam silet. Ia mencengkram leher Zero dan menatap penuh hasrat. Namun
tiba-tiba saja seseorang menyerang si pria misterius sehingga ia terpaksa
mundur menjauh dari Zero yang sedang terluka.
“Menjauhlah darinya, Kuran Rido,” ucap
seseorang , yang tak lain adalah Kaname.
“Keponakanku, kau sudah dua kali
menggagalkan rencanaku. Kau membuatku gagal menghabisi seluruh klan Kiryuu
karena kau menyelamatkan dia saat pembantaian itu,” Rido melirik Zero untuk memberi jeda. “Kau juga menghilangkan
kesempatanku untuk mencicipi darahnya karena kau justru orang yang mengubahnya
menjadi vampire,” lanjut Rido.
Zero terkejut mendengar perkataan Rido.
Jadi seseorang yang menyelamatkannya dari pembantaian itu adalah Kaname ?
Kenapa ia tidak mengingatnya ? Dan juga perasaan ini apa ? Ada suatu perasaan
misterius yang menyelimutinya ketika mengetahui semua kebenaran itu. Perasaan
yang terlupakan.
Kaname menatap Zero dengan tatapan itu
lagi. Tatapan yang membuat jantung Zero terasa berdetak begitu kencang. “Kalau
kau sudah selesai berbicara, aku akan segera menghabisimu,” ucap Kaname dingin.
Sebuah kekuatan luar biasa segera menyerang Rido yang tak menyangka Kaname bisa
sekuat ini. Dalam beberapa detik, Kaname berhasil menusuk jantung Rido tanpa sedikitpun
memberinya kesempatan untuk membalas.
“Bagaimana kau mendapatkan kekuatan
sebesar ini?,” tanya Rido di penghujung mautnya.
“Kekuatan seorang vampire akan mencapai
puncaknya ketika ia berhasil merasakan darah dari belahan jiwanya,” jawab
Kaname dingin sembari melirik Zero. Di saat yang sama ia mengakhiri penderitaan
Rido dan mengirimnya ke neraka .
Kaname mendekati Zero yang sedang
terluka. “Kau baik-baik saja ?”
“Katakan ! Katakan padaku semuanya yang
terjadi. Aku tak tahan dengan perasaan aneh ini. Setiap kali kau di dekatku aku
merasa seperti...ada sesuatu yang hilang dariku, aku pikir itu perasaan benciku
padamu tapi...” ucapan Zero terhenti karena tiba-tiba saja Kaname menariknya ke
dalam pelukannya.
“Maafkan aku, Jika kau ingin tahu
semuanya aku akan memberitahumu,” ucap Kaname sembari mendekatkan lehernya pada
Zero. “Minum darahku, maka kau akan mengetahui semuanya,” lanjutnya.
Zero sesaat ragu kemudian ia kembali
menatap leher Kaname. Seketika itu juga rasa haus darahyang tak pernah
dirasakannya kembali muncul. Tanpa ragu ia menancapkan taringnya pada leher
Kaname dan menghisapnya perlahan. Perlahan semua memori itu kembali, kenangan
itu, dan perasaan aneh itu.
Zero berhenti dan kembali menatap Kaname.
Ia tidak percaya pada apa yang sebenarnya terjadi.
“Ini tidak mungkin. Jadi saat itu kau
menyelamatkanku kemudian kau menghapus sebagian ingatanku dan terpaksa
mengubahku menjadi vampire ? Tapi..”
“Kau sudah tahu alasannya, ketika meminum
darahku kau bisa merasakan perasaanku yang sesungguhnya bukan ?” potong Kaname.
“Dan ketika aku menngubahmu saat itu, aku juga mengetahui perasaanmu yang
sesungguhnya. Kau ditakdirkan sebagai belahan jiwaku. Mulai sekarang kau tak
perlu menutupinya lagi,” lanjut Kaname.
Pipi Zero merona mendengar ucapan Kaname.
“Apa kau yakin, kau benar-benar menyukaiku ? Maksudku kita berdua....”
“Aku tahu, kita berdua melakukan dua hal
terlarang. Pertama, seorang pureblood vampire dilarang memiliki pasangan
seorang vampire biasa,” ucap Kaname. “Yang kedua, dalam dunia manusia, hubungan
sesama laki-laki itu dilarang. Tapi siapa peduli ? Kita ini
vampire..Kehidupanmu sebagai manusia sudah berakhir,Zero,” lanjut Kaname.
“Sungguh menyebalkan,” Zero tersenyum
kesal. “Aku sangat membenci vampire, dan sekarang ? Aku mencintai seorang pureblood
vampire ?”
“Cinta dan Kebencian ? Menurutku tidak
berbeda, orang yang kau benci atau orang yang kau cintai sama-sama selalu ada
di pikiranmu,” respon Kaname.
Zero tersenyum mendengar respon Kaname.”
Baiklah, mulai sekarang aku akan membencimu dan mencintaimu di saat yang sama,”
lanjut Zero menggenggam tangan Kaname yang dingin.
“Suatu saat, rasa cintamu padaku akan
menutupi kebencianmu, Zero.” Lanjut Kaname mempererat genggaman tangan Zero dan
tersenyum bahagia.
Ah
sial, seharusnya aku tidak pernah membencinya ? Kebencian yang berlebihan malah
berbalik menjadi perasaan cinta, Huh ! Hukum alam memang aneh.
END
hahahaha selalu ada waktu untuk membuat cerpen ... :D
BalasHapusya begitulah, kalo cuma cerpen sejam dua jam juga langsung jadi hahahaha
HapusBagus pril
BalasHapusIsinya tak terduga,menurutku
Haha
Lanjutkan!!!
haha..thanks...
Hapusya,get ready for the next story...hoho
Apesal cerpen ini jadi cerita gay... teruk
BalasHapusApesal cerpen ini jadi cerita gay... teruk
BalasHapus