Sabtu, 11 Mei 2013

Real Document (Shonen Ai-One Shot Story)

Update spesial bulan Mei. Pada bulan ini edisi spesial shonen ai story. Kali ini saya akan menceritakan dua cerita romance bergenre shonen ai. Berikut ini adalah story yang pertama kali saya buat bersama Author lain, yaitu Nakahara Ningsih.
Cerita yang dibuat ketika kami sedang sama-sama bosan mendengarkan training sekitar bulan februari tahun lalu (jaman training si condet). Ceritanya gila dan tidak masuk akal. Namun jika para pembaca mengenal tokoh-tokoh anime berikut pastilah akan tertawa sampai guling-guling.hahahaha XD

Nah, here we go, enjoy it
Vampire Knight Chap 83 (Karena ada kesalahan cetak, Vampire knight Chap 83 dan seterusnya di batalkan. Dan berikut terusan yang aslinya (just kidding))
By : Uchiha Ryuko dan Nakahara Ningsih
Cast utama    : #AkaNami (Akatsuki( Vampire Knight) x Ayanami (07 Ghost))
                           #LucaStian (Luca(Uraboku) X Sebastian(Kuroshitsuji))
                          #ZeKa (Zero(Vampire Knight) X Kaname(Vampire Knight))
                          #TeiCie (Teito(07 Ghost) X Ciel(Kuroshitsuji) )
Cast Pendukung :# Byakuran (Katekyo Hitman Reborn)
                             #Tsuna (Katekyo Hitman Reborn)
                             #Ruka (Vampire Knight)          
           
Vampire Knight Chap 83
The Real Document
Setelah Ruka menyelamatkan Zero, akhirnya Zero tersadar bahwa Ruka menyukai Zero. Sedangkan Akatsuki hanyalah butler bagi Ruka.
Ketika melihat Ruka menyelamatkan Zero, Yuki menjadi cemburu dan tidak terima hingga menjadi gila. Namun di luar dugaan, kegilaan Kaname melebihi Yuki karena kecemburuannya pada Zero. Di saat itulah Kaname tersadar bahwa ia juga menyukai Zero.
Sebenarnya Kaname memiliki perasaan terhadap Zero sudahsejak lama, hanya saja dia tidak ingin mengakuinya. Kaname berusaha memusnahkan semua pureblood karena zero tergila-gila terhadap pureblood sehingga Kaname berniat membunuh semua pureblood kecuali dirinya sendiri supaya Zero hanya melihat dan memperhatikannya saja.
Kaname mendekati Akatsuki yang ternyata juga cemburu melihat Ruka bersama Zero. Kaname memeluk dan mencium Akatsuki secara tiba-tiba dengan tujuan membuat Zero cemburu padanya.
Akatsuki terkejut dengan tindakan Kaname namun ia lebih terkejut ketika melihat Sebastian di tempat itu. Sebagai sesama butler sebenarnya mereka memiliki hubungan khusus.
Meskipun sebenarnya Sebastian dan Akatsuki memiliki hubungan khusus, ketika Sebastian melihat Kaname mencium Akatsuki, Sebastian justru malah berbalik jatuh cinta pada Kaname. Ia bertekad memutuskan kontrak dengan Ciel dan membuat kontrak baru dengan Kaname.
Ciel yang tidak terima dengan hal itu segera menyummon 07 Ghost untuk membunuh Kaname, tapi selalu gagal. Akhirnya ia memilih membunuh Sebastian dengan tangannya sendiri.
“Bila aku tidak bisa memilikimu, maka yang lain juga tidak boleh memilikimu,” ucap Ciel. Teito melihat Ciel yang sedang merana karena Sebastian merasa kasihan dan bertekad menyembuhkan luka hati Ciel.
Kematian Sebastian sebagai demon memancing kedatangan demon lainnya. Luca Crozzeria yang tidak terima dengan kematian Sebastian ( dulunya Luca-Sebastian adalah mantan pasangan) segera datang dan menyerang Kaname bukannya Ciel.
“Kenapa kau menyerangku ?” tanya Kaname.
“Karena kau menyebabkan Sebas-chan ku mati,” jawab Luca.
“Tapi aku tidak membunuhnya,” bantah Kaname.
“Tapi karena dia jatuh cinta denganmu menyebabkan kematian datang padanya.”
“Itu bukan salahku, Aku memang tampan, keren dan pureblood lagi. Wajar saja kalau Sebastian jatuh cinta padaku,” jawab Kaname sombong.
“Tapi asal kau tahu, sebanyak apapun orang yang jatuh cinta padaku, hatiku hanya untuk Zero seorang.” lanjut Kaname.
“Kalau begitu aku akan membunuh Zero agar kau merasakan penderitaanku,” kata Luca pergi meninggalkan Kaname untuk mencari Zero.
Luca berhasil menemukan Zero yang sedang terluka. Tubuhnya yang berlumuran darah dan baju yang koyak akibat pertarungan membuat Zero terlihat begitu seksi. Luca menghunuskan pedangnya pada Zero, namun belum sempat menusuk tubuhnya tatapan Zero menghentikan Luca. Tatapan Zero yang begitu misterius namun begitu mendalam justru membuat Luca membeku dan malah membuatnya memeluk dan mencium bibir Zero. Di saat yang sama, Kaname melihat hal itu membuatnya sangat terkejut dan marah.
Kaname  dengan marah langsung menyerang Luca, namun Luca mampu menghindarinya dengan mudah.
“Aku tidak akan membunuh Zero, tapi aku akan merebutnya darimu,” kata Luca pergi meninggalkan Kaname.
Kaname menghampiri Zero yang sedang terluka dan segera memeluknya.
“Apa kau baik-baik saja ?,” tanya Kaname.
“Ya, maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengkhianatimu. Dia hendak menyerangku tapi aku terlalu lemah untuk melawannya,” jawab Zero lemah.
“Tak apa. Aku lah yang harus meminta maaf karena telah menusukmu,” Kaname mempererat pelukan Zero. “Mulai sekarang akulah yang akan melindungimu,” lanjut Kaname.
Yuuki yang dari tadi hanya terdiam melihat apa yang terjadi mulai mendekati Zero dan Kaname yang sedang berpelukan.
“Kalian berdua seharusnya saling memperebutkanku, kenapa kalian malah mengkhianatiku ?,” tanya Yuuki penuh emosi.
“Maaf ya, itu Cuma kamuflase, “ ejek Kaname.
“Aku Cuma memanfaatkanmu untuk menguji perasaan Kaname,” tambah Zero.
“Arrghhh !!!” Yuki menjadi gila karena jawaban Kaname dan Zero. Maka ia memilih pergi meninggalkan mereka berdua.
 Di tempat lain Luca mulai memikirkan rencana apa yang akan dia lakukan. Akhirnya Luca memilih untuk menemui seseorang.
“Aku punya tugas untukmu,” kata Luca pada Ayanami.
“Aku tidak menerima tugas dari siapapun,” kata Ayanami datar.
“Aku rasa kali ini kau akan setuju, karena target kita kali ini adalah Kaname. Orang yang telah membunuh kekasihmu,” kata Luca.
“ ..... “ Ayanami hanya terdiam . Di matanya tercermin wajah seseorang yang sangat dicintainya yang telah mati karena Kaname.
@@@
Teito mendekati Ciel yang sedang bersedih karena kematian Sebastian.
“Aku tahu kau pasti sedih karena kehilangan butler kesayanganmu,” ucap Teito lembut.
Ciel tidak menjawab, hanya melirik Teito sekilas.
“Aku pun pernah kehilangan seseorang yang kusayangu dan aku juga sangat sedih karena hal itu,” lanjut Teito.
“Memangnya kau kehilangan siapa ?,” tanya Ciel tiba-tiba.
“Dia...uhm pasanganku, ah bukan, kakakku,eh itu juga bukan. Yang jelas dia orang yang sangat berharga bagiku. Dia orang yang selalu menjagaku, mungkin hampir sama seperti kau dan butlermu,” jawab Teito.
“Begitu ya ?,” terdengar sedikit nada kekecewaan di balik suara Ciel.
Teito mengangguk perlahan. “ Tapi... sejak aku melihatmu, aku sadar bahwa aku tak bisa sedih terus menerus. Aku harus maju dan selalu melihat ke depan,”lanjut Teito sembari memegang tangan Ciel secara perlahan.
Ciel berusaha menahan nafas karena secara tiba-tiba jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.
“Sebenarnya, apa yang ingin kau katakan ?,” tanya Ciel dengan sedikit ragu.
“Mulai sekarang, aku ingin kita selalu bersama,” jawab Teito sambil tersenyum menatap Ciel dan mempererat genggaman tangannya pada Ciel.
Ciel tidak bisa merespon ucapan Teito karena saat itu pula jantungnya seperti berhenti berdetak.
Ciel tidak mengerti dengan perasaannya sendiri. Ia merasa sangat bingung. Ia menyesal sudah membunuh Sebastian, namun dia tidak ingin Sebastian jatuh ke tangan orang lain selain Akatsuki. Ciel tahu Akatsuki sangat menyukai Sebastian dan hanya dengan tetap bersama Sebastian, Akatsuki akan terus melihatnya.
Tapi Sebastian bukanlah butler biasa. Dia adalah sahabat yang selalu menemani Ciel selama ini. Kematian Sebastian memang membuat dirinya dan Akatsuki terluka. Membayangkan kesedihan Akatsuki saat mengetahui Sebastian lebih memilih Kaname membuat dadanya menjadi sesak.
“Ciel ?,” Teito menatap dalam-dalam mata Ciel.
Ciel segera mengalihkan pandangannya, terbayang di kepalanya tatapan Akatsuki yang membencinya karena kematian Sebastian. Tak terasa air mata Ciel menetes begitu saja. Teito yang menyaksikan hal itu segera memeluk Ciel dengan erat.
“Tidak ada yang perlu kau khawatirkan lagi. Sekarang aku ada untukmu. Lupakan masa lalu dan tataplah ke depan. Tataplah aku,” kata Teito lembut.
Ciel melepaskan pelukan Teito, dia merasa sangat bingung. Namun ketika ia melihat mata Teito yang begitu murni, dia hanya bisa melihat satu jawaban.
“Bagaimanapun aku harus menghadapi Akatsuki,” kata Ciel datar.
Sementara itu Akatsuki memandangi Ruka yang terdiam merana sendirian. Setelah Zero lebih memilih Kaname, Ruka semakin tidak mengerti apa yang harus dia lakukan.
“Ruka-sama, kau baik-baik saja ?,” tanya Akatsuki.
“Bukankah sudah kubilang untuk berhenti memanggilku seperti itu ? Aku takk ingin kita terlihat seperti master dan butler. Aku lebih senang kita terlihat seperti partner,”ucap Ruka.
“Terima kasih, Ruka,” ucap Akatsuki tersenyum.
“Akatsuki, aku tahu dibalik senyummu itu kau pasti menyimpan kesedihan karena kematian teman baikmu Sebastian.”
Akatsuki tersenyum pilu mendengar simpati dari Luca. “Kau benar, tapi... Aku masih bisa tersenyum karena kau masih bersamaku.”
Ruka tersenyum tipis. “Terima kasih, Akatsuki.”
Di balik senyuman pilu Akatsuki, di dalam hatinya ia masih menyimpan sebuah ambisi gelap. Dendam.
@@@
“Ayanami-sama,” panggil Tsuna membangunkan Ayanami dari lamunannya. “Apa yang akan kau lakukan terhadap Luca ?,” lanjut Tsuna.
“Seperti yang kubilang, aku tidak menerima perintah dari siapapun. Aku bergerak sesuai keinginanku sendiri,” jawab Ayanami datar.
“Jadi apa yang akan kita lakukan ?”
“Kita temui Kaname sekarang.”
Sementara itu di tempat Zero dan Kaname.
“Zero, aku punya pertanyaan untukmu,” ucap Kaname ragu.
“Apa itu ?,” tanya Zero penasaran.
“Apa kau masih memiliki dendam padaku karena sudah membunuh Ichiru ?,” tanya Kaname ragu.
“Aku bukannya dendam padamu. Aku hanya ingin menghentikanmu. Kau membunuh banyak pureblood dengan alasan yang tidak  kuketahui. Namun aku tahu, bahwa perasaanmu tersakiti setiap kau membunuh para pureblood yang ada,” jawab Zero lembut.
“Itu karena aku tak ingin kau tertarikk dengan pureblood selain diriku. Aku juga tak ingin kau lebih menyayangi Ichiru melebihiku. Maaf,” sesal Kaname.
“Sebesar itukah kau menyayangiku ?,” tanya Zero menatap Kaname dalam-dalam.
“Maaf,” ucap Kaname mengalihkan pandangannya dari mata Zero.
“Jangan lakukan hal bodoh lagi,” ucap Zero sambil mencium bibir Kaname yang dingin dipenuhi rasa menyesal.
Tanpa diduga Ayanami dan Tsuna muncul di hadapan Zero dan Kaname.
“Maaf mengganggu kalian berdua, tapi aku punya urusan dengan Kaname,” seru Ayanami sambil melancarkan serangan pada Kaname. Namun Zero berhasil menghalangi serangan Ayanami meskipun hal itu membuatnya terluka terkena serangan.
“Jangan halangi aku,” seru Ayanami marah sambil menatap Zero.
“Serahkan dia padaku, Ayanami-sama,” Tsuna segera menyerang Zero untuk menjauhkannya dari Ayanami dan juga Kaname.
Pertarungan sengit pun terjadi antara Zero vs Tsuna dan Kaname vs Ayanami. Namun pihak Zero-Kaname sedikit terdesak karena kondisi Zero yang sedang terluka. Ketika Ayanami hendak melancarkan serangan terakhir tiba-tiba saja seseorang datang menghalangi. Hal itu membuat Ayanami sangat terkejut.
“Bukankah kau ? Tidak mungkin,” ucap Ayanami tidak percaya.
Akatsuki tiba-tiba muncul di tengah pertarungan Kaname vs Ayanami. Ia segera menghentikan Ayanami yang sedang menyerang Kaname.
“Siapa kau ? Kenapa menyerang Kaname dan Zero?,” tanya Akatsuki dingin.
“Apa kau tidak mengingatku?,” tanya Ayanami bingung.
“Aku merasa tidak pernah  mengenalmu,” jawab Akatsuki menyerang Ayanami, namun dengan lincah Ayanami menghindar.
“Ayanami-sama ! Kau baik-baik saja ?,” Tsuna berlari menghampiri Ayanami.
 Ayanami masih terdiam dan terus memandangi Akatsuki. Dia tidak mengerti kenapa Akatsuki tidak mengenalinya. Apa yang terjadi pada Akatsuki semenjak kejadian hari itu ?
Terlihat dari kejauhan Luca memperhatikan situasi. Saat dia merasa memiliki kesempatan dia pun bergerak.
“Maaf tuan-tuan,” Luca muncul di belakang Zero. “Aku akan ambil yang satu ini,” lanjutnya membawa pergi Zero lalu menghilang.
Kaname yang melihatnya berusaha mengejar Luca namun dia dihalangi oleh Ayanami.
“Urusan kita belum selesai,” seru Ayanami seraya mengacungkan pedang ke arah Kaname. Saat Ayanami hendak menyerang Kaname, Akatsuki pun menghalanginya. Dalam situasi seperti ini Ayanami hanya bisa mundur, dia tidak mungkin bertarung dengan Akatsuki.
“Untuk sekarang aku akan mundur, tapi ingat aku akan kembali untuk menghabisimu,” ucap Ayanami meninggalkan Kaname.
Setelah Ayanami pergi Kaname berusaha mengikuti jejak Luca, tapi semua sia-sia. Zero telah hilang.
Sementara di tempat lain Zero memasang sikap waspada terhadap Luca yang menculiknya.
“Apa yang kau inginkan ?” tanya Zero menahan sakit.
“Maafkan aku. Aku tak bermaksud melukaimu. Aku hanya ingin memilikimu,” jawab Luca lirih.
“Kenapa kau ingin memiliku ?” tanya Zero penasaran.
Luca tidak bisa menjawab pertanyaan Zero. Ada keraguan di dalam hatinya. Tiba-tiba di dalam benaknya terbersit wajah Sebastian yang sedang tersenyum.
“Kau sebenarnya hanya ingin lari bukan ?” Zero tersenyum menatap Luca. “ Kau hanya ingin lari dari kesedihan karena kehilangan orang yang kau sayangi,” lanjut Zero.
Zero tahu bahwa sebenarnya Luca hanya merasa ‘galau’ atas kematian Sebastian. Ia sama sekali tak berniat jahat. Ia hanya terlalu menyayangi Sebastian.
“Lalu apa yang harus aku lakukan ?,” tanya Luca bingung.
“Kau harus menghadapi kenyataan. Suatu saat, kau akan menemukan seseorang yang akan selalu bersamamu. Aku sangat ingin membantumu agar kau tak kesepian. Tapi di luar sana ada seseorang yang lebih membutuhkanku. Kalau aku tak menghentikannya dia akan membunuh setiap orang yang ditemuinya,” jawab Zero.
Luca terdiam sejenak. “Terima kasih”
Luca segera menggunakan jurus teleport dan kembali ke tempat Ayanami berada untuk menemuinya.
“Aku ingin merubah rencana,” ucap Luca pada Ayanami.
“Aku tak mau mengubah rencana, sampai kapanpun aku tak akan melepaskan Kaname,” respon Ayanami dingin.
Luca merebahkan Zero yang tak sadarkan diri dan menatapnya lembut.
“Aku tak ingin mengubah rencana apapun soal Kaname. Aku tidak peduli apa yang ingin kau lakukan padanya. Tapi aku tak ingin kau melukai Zero lagi,” ucap Luca menatap Ayanami tajam.
@@@
FLASHBACK ( 5 TAHUN YANG LALU)
“Onii-chan !” panggil Akatsuki. Byakuran yang mendengar suara adiknya tersenyum melihat Akatsuki dan Sebastian yang begitu berantakan.
“Apa kalian berkelahi lagi ?,” tanya Ayanami kesal.
“Kami tidak berkelahi tapi kami bertarung,” bantah Akatsuki.
“Aku rasa itu sama saja,” respon Sebastian.
Byakuran hanya tersenyum melihat tingkah Akatsuki dan Sebastian. Akatsuki dan Sebastian merupakan sahabat sejak kecil. Sebagai demon butler, Sebastian sangat bersyukur bisa menghabiskan waktu bersama Akatsuki. Byakuran pun menyayangi mereka berdua
“Tidak apa jika kalian berkelahi atau bertarung. Tapi kalian harus tetap berbaikan apapun hasilnya,” Byakuran menasehati.
“Kau terlalu memanjakan mereka,” kata Ayanami kesal.
Terlihat dari kejauhan seseorang tengah berjalan menuju arah mereka. Mengetahuji sosok tersebut membuat wajah Akatsuki berubah menjadi kesal.
“Maaf, tapi aku datang untuk menjemput Sebastian,” kata Luca. Luca yang seorang demon juga selalu menempel pada Sebastian, itu sebabnya Akatsuki tidak pernah menyukai Luca.
FLASHBACK END
Luca pergi meninggalkan Ayanami dan Zero. Dia tahu Ayanami tidak akan melukai Zero karena yang Ayanami inginkan hanya Kaname. Teringat oleh Luca tentang masa lalu saat Sebastian masih ada di sisinya. Dia begitu menyayangi Sebastian tapi pada akhirnya mereka tetap harus terpisah sejak kejadian itu. Kematian Byakuran yang merubah segalanya.
@@@
FLASHBACK (3 TAHUN YANG LALU)
Akatsuki sedang bermain petak umpet bersama Sebastian.
“Sebastian ! Dimana kau ?,” sudah hampir 30 menit Akatsuki mencari Sebastian, tetapi ia tak menemukannya. Hal itu membuat Akatsuki sangat khawatir. Apa terjadi sesuatu dengan Sebastian ?
Tiba-tiba Akatsuki melihat Sebastian sedang berbicara dengan seseorang yang dikenalnya. Luca. Akatsuki bersembunyi di balik semak untuk mencari tahu apa yang sedang dibicarakan Luca dan Sebastian.
“Apa ini sudah saatnya aku membuat kontrak ? Tapi aku masih ingin bermain bersama Akatsuki,” keluh Sebastian.
“Kau harus menghadapi takdirmu sebagai demon butler, kelak Akatsuki pun harus menghadapi takdirnya. Kalian tidak bisa terus bersama,” jawab Luca.
“Tapi...aku..” Sebastian masih ragu.
Luca segera menarik tangan Sebastian untuk membawanya pergi. Tetapi tiba-tiba Akatsuki muncul dan menghalangi Luca yang hendak membawa pergi Sebastian.
“Apa yang ingin kau lakukan pada Sebastian?,” seru Akatsuki marah.
“Kau... Berhenti menghalangiku !,” seru Luca marah.
Tanpa berlama –lama Akatsuki segera menyerang Luca.
“Sebastian ! cepat pergi dari sini !,” seru Akatsuki.
FLASHBACK END
Sementara itu Ciel dan Teito tiba di TKP. Kaname terlihat begitu cemas saat mereka datang.
“Apa yang terjadi ?” tanya Teito.
“Seseorang bernama Ayanami menyerang Zero dan Kaname. Dan Sekarang Zero diculik oleh Luca.” Sekilas mata Akatsuki melirik ke arah Ciel yang berdiri di samping Teito. “Aku pergi,” lanjut Akatsuki.
“Akatsuki ! Tunggu !” teriak Ciel menghampiri Akatsuki.
“Aku tahu, kau pasti sangat marah padaku tentang Sebastian,” kata Ciel.
“Aku memang marah tapi aku tidak bisa membencimu. Kau adalah master dari Sebastian. Bagi demon butler seorang master adalah harga dirinya. Jika aku melukaimu itu artinya aku melukai harga diri Sebastian,” kata Akatsuki.
“Kau memang selalu menganggapku seperti itu. Sebatas master dari Sebastian,” kata Ciel sedih.
“Tapi aku bisa menerima itu sekarang, aku sudah menyerah untuk mengejarmu. Mulai sekarang aku tidak akan ‘melihatmu’ lagi. Aku akan mulai memandang ke arah yang lain. Jadi maafkan aku atas apa yang terjadi pada Sebastian,” kata Ciel. Akatsuki hanya terdiam lalu kemudian pergi. Sementara Teito melangkah mendekati Ciel dan menggenggam tangannya.
“Semua akan baik-baik saja,” kata Teito.
Ciel tersenyum lembut menatap Teito. Dari kejauhan seseorang menghampiri Ciel dan Teito.
“Kerja yang bagus, Master,” kata orang tersebut.
Ciel melihat sosok tersebut dan sangat terkejut. “Sebastian !!!”
LANJUT FLASHBACK ( 3 TAHUN YANG LALU)
Akatsuki terus menyerang Luca secara bertubi-tubi. Luca bisa menghindarinya dengan mudah sementara matanya masih tertuju pada Sebastian yang kebingungan.
“Aku sudah bosan dengan permainan ini,” Luca memberikan serangan balik pada Akatsuki hingga membuatnya terpental ke arah Sebastian yang sedang kebingungan.
“Akatsuki, kau tiidak apa-apa ?” tanya Sebastian khawatir sambil membantu Akatsuki berdiri.
“Sebastian ! Menyingkir darinya !” seru Luca.
“Hentikan ! Aku tak ingin kau melukainya. Aku akan ikuti keinginanmu, tapi lepaskan Akatsuki,” ucap Sebastian.
“Tidak ! Aku tidak akan membiarkanmu ikut bersamanya,” Akatsuki bersikeras sambil tetap menggenggam erat tangan Sebastian.
“Kalau begitu, kau akan kubereskan.” Seru Luca melancarkan sebuah serangan ke arah Akatsuki namun seseorang menghentikannya.
“Ck, apa pureblood vampire tidak punya pekerjaan lain selain menggangguku?” ucap Luca sinis.
“Sebagai pureblood aku tak bisa membiarkanmu melukai vampire lain,” jawab seseorang yang tak lain adalah Kaname.

Dari kejauhan Byakuran dan Ayanami terlihat berlari menghampiri Akatsuki dan Sebastiian.
“Apa yang kalian lakukan ?” teriak Ayanami.
“Akatsuki, apa kau baik-baik saja ?” tanya Byakuran khawatir. Ia segera menghampiri Akatsuki dan memeriksa keadaannya.
“Maafkan aku, Luca-sama hanya ingin membawaku pergi, tapi malah terjadi pertarungan seperti ini,” ucap Sebastian.
“Tak apa. Aku akan melindungimu Sebastian,” kata Akatsuki.
“Luca ! Cepat hentikan ! Apa yang kau lakukan ?” teriak Ayanami pada Luca yang sedang bertarung dengan Kaname. Tetapi kedua orang tersebut tidak mempedulikan Ayanami. Byakuran yang merasa kesal menengahi perkelahian mereka berdua.
“Aku peringatkan kau untuk menyingkir,” ancam Luca pada Byakuran.
Sementara Kaname masih terus menyerang Luca hingga membuat Byakuran tersingkir.
“Onii-chan !” Akatsuki terlihat khawatir saat melihat Byakuran terpental. Ayanami pun terlihat kesal dan berusaha untuk melerai tetapi semuanya sia-sia.
Pertarungan masih berlangsung dengan begitu sengit. Kaname terus mengayunkan pedangnya dan Luca terus menghindar dengan sesekali menyerang balik. Luca yang terus menghindar membuat Kaname kesal. Dia melemparkan pedangnya ke arah Luca tapi Luca dapat menghindar dengan mudah. Tapi ternyata tepat di belakang Luca berdiri Akatsuki dan Sebatian sehingga pedang itu mengarah ke arah mereka berdua.
Byakuran dengan sigap menghalangi pedang tersebut hingga menusuk tubuhnya sendiri tepat di depan Akatsuki dan Sebastian. Darah Byakuran mmembasahi tubuh Akatsuki yang mematung dengan pandangan kosong.
“Byakuran !” teriak Ayanami yang segra menghampiri Byakuran.
Byakuran menatap Ayanami lembut. “ Byakuran , tolong jaga Akatsuki,” bisik Byakuran sambil tersenyum.
“Bertahanlah Byakuran !” teriak Ayanami.
“Onii-chan, jangan tinggalkan aku,” ucap Akatsuki lirih. Ia berusaha menahan air mata yang mulai jatuh membasahi pipinya.
“Maaf Akatsuki, ini yang terakhir,” ucap Byakuran sambil mengelus kepala Akatsuki dengan lembut. Di saat itulah Byakuran menutup matanya hingga membuat Akatsuki dan Ayanami membeku.
Tanpa berlama-lama Ayanami segera menyerang Kaname dengan marah.
“Ini semua salahmu !” seru Ayanami marah.
“Tunggu ! Ini Cuma salah paham !” seru Kaname yang masih sedikit kebingungan. Ia hanya menahan serangan Ayanami tanpa memberikan serangan balik.
Ayanami sama sekali tidak mendengarkan Kaname dan terus menyerang Kaname.
 Luca yang sudah sejak tadi terdiam melihat sebuah kesempatan. Ia muncul di belakang Sebastian dan segera membawanya pergi. Akatsuki yang masih shock atas kematian Byakuran tidak bisa bertindak banyak.
“Akatsuki !” teriak Sebastian mencoba meraih tangan Akatsuki yang menjauh dari jangkauannya.
Akatsuki mulai tersadar karena teriakan Sebastian. Ia mencoba melompat dan meraih tangan Sebastian yang semakin menjauh. Akatsuki hampir berhasil meraih tangan Sebastian, namun hal itu justru  membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari jembatan tempat terjadinya pertempuran.
“Akatsuki !” Sebaastian berteriak sekeras mungkin. Namun itu adalah teriakan terakhirnya karena saat itulah ia menghilang bersama Luca.
Kaname yang sejak tadi hanya menahan serangan Ayanami akhirnya memberikan serangan balik hingga membuat Ayanami terpental. Kaname yang melihat Akatsuki berada dalam bahaya segera menolong Akatsuki tepat pada waktunya. Ayanami pun segera menyusul Akatsuki dan Kaname.
“Kau ! Cepat lepaskan Akatsuki !” seru Ayanami.
Kaname terdiam sejenak. “Sepertinya kau tidak bisa menjaga anak ini. Lebih baik aku yang akan menjaganya,” ucap Kaname sambbil membawa Akatsuki pergi dari tempat itu.
“Tunggu !” Ayanami mencoba mengejar, tapi gagal.
Dan akhirnya hanya Ayanami yang tersisa di tempat itu, menyesali dirinya sendiri. Ia tak bisa menyelamatkan Sebastian, Akatsuki ataupun Byakuran.
Sementara itu Kaname membawa Akatsuki ke Kuran mansion. Tempat para pureblood vampire dan noble vampire tinggal. Akatsuki masih terdiam dan dan shock atas apa yang terjadi.
“Apa kau membenciku, Akatsuki ?” tanya Kaname.
Akatsuki tidak menjawab. Ia tak tahu apakah ia membenci Kaname atau tidak. Pedang Kaname lah yang meyebabkan Byakuran mati, tetapi Kaname juga lah yang sudah dua kali menyelamatkan dirinya. Meskipun ia sadar bahwa kematian Byakuran bukanlah salah Kaname.
“Bolehkan aku meminta satu permintaan, Kaname-sama ?” pinta Akatsuki.
“Katakan saja,” kata Kaname.
“Tolong hapus semua kesedihan ini dari ingatanku,” jawab Akatsuki datar.
“Kau yakin ?” tanya Kaname.
Akatsuki mengangguk dengan mantap.
FLLASHBACK END
@@@
Kemunculan Sebastian secara tiba-tiba membuat Ciel dan Teito begitu terkejut.
“Sebastian, kenapa kau masih hidup ?” tanya Ciel tidak percaya.
“Aku akan dikutuk sebagi demon butler bila mati begitu mudah. Karena tugas utamaku adalah melindungimu, master,” ucap Sebastian berlutut di hadapan Ciel.
“Jadi selama ini kau hanya pura-pura mati ?” tanya Ciel sedikit kesal.
“Tentu saja aku hanya pura-pura. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, master. Aku hanya ingin membantumu tumbuh dewasa agar kau bisa menjadi penerus Phantomhive yang membanggakan. Aku juga ingin agar kau menemukan orang berharga untukmu, master,” kata Sebastian melirik ke arah Teito.
“Sebastian,maafkan aku,” kata Ciel.
“Tak apa master. Aku akui aku tidak suka bila master terus terpaku pada Akatsuki. Mater harus menempuh jalan master sendiri. Karena itu lah aku melakukan semua ini. Aku juga ingin meminta maaf padamu karena membuatmu meraasa sedih,” kata Sebastian memeluk Ciel erat.
Teito terlihat tidak senng melihat adegan tersebut.
“Ehem..” Teito berdehem untuk menyadarkan Sebastian dan Ciel bahwa Teito juga ada di sana.
Ciel yang tersadar segera melepaskan pelukan Sebastian dan tersenyum sambil menggandeng tangan Teito.
“Aku harap anda akan menyayangi master dengan sepenuh hati,” kata Sebastian pada Teito.
“Tentu !” jawab Teito menatap dan menggenggam erat tangan Ciel.
@@@
Zero berusaha membuka matanya yang terasa begitu berat. Ia juga masih belum melupakan luka-luka yang ia dapatkan akibat pertarungan. Akhirnya dengan susah payah ia berhasil membuka matanya. Ia melihat Ayanami dan Tsuna sedang mendiskusikan sesuatu.
“Kalian ! Apa yang terjadi di sini ?” seru Zero memaksakan tubuhnya yang terluka untuk berdiri.
“Sebagai sandera, seharusnya kau bersifat lebih sopan,” ucap Tsuna sambil menatap Zero sinis.
“Kenapa aku ada di sini ? Sebaiknya kalian tunjukan jalan keluar atau tempat ini akan kuhancurkan,” ancam Zero.
“Jaga bicaramu !” seru Tsuna hendak menyerang Zero. Namun Ayanami segera menahannya dan berjalan mendekati Zero.
“Aku ingin kau menceritakan sesuatu padaku,” ucap Ayanami.
“Sebagai gantinya, aku ingin kau berhenti menyerang Kaname,” jawab Zero.
“Kita lihat saja nanti. Sekarang katakan padaku siapa Akatsuki,” kata Ayanami.
“Akatsuki ? maksudmu Akatsuki Kaien?”
Ayanami mengangguk.
“Akatsuki adalah salah satu orang kepercayaan Kaname. Dia butler dari Ruka, adik Kaname. Aku tidak tahu banyak siapa dia. Tapi antara Kaname dan Akatsuki yang jelas mereka saling menghargai. Lalu...apa hubunganmu dengan Kaname dan Akatsuki ?” tanya Zero tajam.
Ayanami hanya tersenyum misterius.
“Mungkin aku harus menggunakanmu agar Kaname bersedia untuk bicara,” ucap Ayanami sambil membawa Zero ke tempat pertempuran terakhir sekaligus tempat penuh kenangan menyakitkan bagi Ayanami. Tempat Byakuran terbunuh.
Kenapa kita datang kemari ?” tanya Akatsuki pada Kaname.
“Aku punya firasat dia akan ke sini,” jawab Kaname. Teringat olehnya kejadian 3 tahun yang lalu saat pedangnya membunuh Byakuran dan di sini lah peristiwa itu terjadi. Terlihat dari kejauhan Luca sedang berjalan mendekati Akatsuki dan Kaname.
“Di mana Zero?” tanya Kaname dingin dan siap untuk bertarung.
Maaf, tapi dia sudah tak bersamaku lagi,” jawab Luca datar.
“Lalu di mana dia ?” tanya Kaname marah.
Tiba-tiba seseorang muncul di tengah-tengah Kaname dan Luca.
“Apa kau mencari dia ?” tanya Ayanami yang mucul tiba-tiba bersama Zero.
“Zero !” Kaname terlihat begitu cemas melihat keadaan Zero.
“Aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir,” kata Zero tersenyum lemah.
“Apa maumu ?” tanya Kaname pada Ayanami.
“Jawab satu pertanyaanku. Apa yang telah kau lakukan pada Akatsuki ?”
“Aku tidak yakin bila aku menjawab pertanyaanmu, hal itu akan membuat Akatsuki merasa lebih baik,” jawab Kaname sambil  melirik Akatsuki.
“Kalau begitu dia akan mati,” ucap Ayanami bersiap menyerang Zero. Tapi tanpa diduga Luca segera menghentikan Ayanami dan menyelamatkan Zero dari tangan Ayanami.
“Bukankah sudah kubilang untuk tidak melukainya lagi ?” ucap Luca marah.
“Aku tidak pernah bilang kalau aku menerima perintah darimu,” jawab Ayanami dingin.
Tanpa diduga Akatsuki menyerang Luca dari sisi yang tidak diduganya sama sekali. Hal itu membuat Luca lengah sehingga Zero lepas dari genggamannya. Kaname segera memanfaatkan kesempatan itu untukmenyelamatkan Zero.
“Zero ! Kau baik-baik saja ?” seru Kaname khawatir.
Zero tidak menjawab, hanya tersenyum lemah.
Kaname sadar bahwa Zero sudah terluka cukup parah. Ia segera menggigit pergelangan tangannya sendiri sehingga membuat darah segar pureblood mengalir dari lengannya. Darah yang sangat diinginkan oleh vampir manapun.
“Cepat minum darahku,” ucap Kaname sambil mendekatkan pergelangan tangannya pada Zero.
Zero menggeleng. “Aku tk ingin membuatmu terluka.”
“Dasar bodoh ! Melihatmu kau terluka seperti ini adalah hal paling menyakitkan bagiku,” seru Kaname marah sekaligus khawatir.
Zero tersenyum tipis. Ia menancapkan taringnya yang seputih mutiara di pergelangan tangan Kaname dan menghisap darahnya perlahan. Dalam beberapa saat sebagian besar luka Zero hampir sembuh sepenuhnya.
Sementara Ayanami masih berusaha menahan serangan dari Akatsuki.
“Akatsuki ! Apa yang terjadi padamu ?” tanya Ayanami.
Akatsuki terdiam sejenak mengabaikan Ayanami. Ia justru melihat ke arah Kaname yang sedang memberikan darahnya pada Zero.
“Kaname-sama, Kau tak perlu lagi menutupi semuanya hanya untuk melindungiku.” Ucap Akatsuki lalu mengambil jeda untuk menghela nafas. “Sebenarnya sudah sejak lama aku mengingat semuanya. Maaf, aku sudah menipumu, Kaname-sama.” Lanjut Akatsuki.
Kaname sedikit terkejut mendengar pernyataan Akatsuki, namun ia selalu berusahaa terlihat tenang. “Kau tidak perlu minta maaf. Tapi...bagaimana kau bisa melawan kekuatanku dalam menghapus ingatanmu ?”tanya Kaname penasaran.
“Semuanya berkat Ruka-sama. Dia sudah membangkitkan ingatanku tanpa menyakitiku,” jawab Akatsuki.
Kaname tersenyum. “Syukurlah. Tapi kenapa selama ini kau berpura-pura, Akatsuki ?”
“Itu semua demi hari ini. Aku terus berpura-pura agar aku bisa membalaskan dendamku,” ucap Akatsuki sambil melirik Luca.
Ditengah-tengah pertarungan sengit tersebut Sebastian datang bersama Ciel dan Teito.
“Aku harap master dapat menjauh dari pertarungan. Akan sangat berbahaya bila master terlalu dekat,” kata Sebastian pada Ciel.
“Tapi aku harus menghentikan pertarungan ini,” Ciel bersikeras ingin membantu.
“Biarkan aku yang menghentikan Akatsuki dan yang lain. Aku harap master tetap menjauh dari pertarungan ini. Aku akan merasa sangat bersalah bila master sampai terluka,” kata Sebatian mengelus kepala Ciel. “Teito, aku titipkan master padamu,” lanjut Sebastian yang kemudian pergi meninggalkan mereka.
“Sebastian! Kau harus kembali dengan selamat. Ini perintah !” teriak Ciel.
“Yes, My Lord.” Jawab Sebastian.
Di tempat lain Akatsuki berbalik menyerang Luca yang sejak tadi terdiam. Ia berniat membalas atas semua yang terjadi. Sebastian segera menuju tempat pertarungan Luca vs Akatsuki.
“Akatsuki! Hentikan pertarungan ini !” teriak Sebastian. Luca terlihat kehilangan konsentrasi saat mendengar suara Sebastian. Akatsuki memanfaatkan kesempatan itu untuk memukul Luca. Dan berhasil,pukulan itu membuat Luca terpental cukup jauh.
“Luca !” Sebastian segera menangkap Luca yang terpental. Luca terlihat sangat terkejut dengan kehadiran Sebastian, tapi ia tak mampu mengucapkan satu kata pun.
“Sebastian ? Kenapa kau ada di sini ?” tanya Akatsuki tidak percaya.
“Akatsuki aku mohon hentikan semua ini. Byakuran tidak menginginkan ini semua,” ucap Sebastian lembut.
“Tidak ! Kau tidak mengerti perasaanku. Byakuran begitu berharga untukku,” kata Akatsuki perih.
“Kalau begitu, balas dendam saja padaku.” Ucap Kaname tiba-tiba muncul.
“Tidak Kaname-sama. Aku tahu itu bukan salahmu, itu sebuah kecelakaan. Dan itu terjadi karena kau ingin melindungiku,” jawab Akatsuki.
“Tidak Akatsuki ! Dia hanya menipumu,” seru Ayanami.
“Ayanami, sadarlah ! Luca –lah yang sudah menipumu. Luca lah yang seharusnya mati, bukan onii-sama,” seru Akatsuki.
“Aku tidak peduli,” ucap Ayanami sambil menyerang ke arah Kaname. Namun kali ini Kaname tidak berniat untuk menghindar.
Tepat di depan mata Kaname, pedang Ayanami tidak bisa menebasnya. Entah kenapa tangannya tidak bisa bergerak untuk menebas Kaname.
“Perasaan apa ini ? Kenapa tanganku tidak bisa bergerak ?” ucap Ayanami lirih.
“Itu karena keinginanmu yang sebenarnya bukanlah membunuh Kaname,” ucap Zero yang tiba-tiba muncul di belakang Kaname.
“Apa maksudmu ?”
“Kau sama seperti Luca. Kau hanya ingin lari dari kesedihan karena kehilangan orang yang kau cintai. Kau menggunakan dendammu pada Kaname hanya untuk pelampiasan. Menggunakan dendam untuk menutupi kesedihan,”jawab Zero.
Ayanami terdiam tidak mengerti.
Sementara Zero dan Ayanami sedang berbicara. Akatsuki tidak mau membuang kesempatan untuk menyerang Luca yang sedang bersama Sebastian. Sebastian hendak menghalangi namun Luca lebih dulu menjauhkan Sebastian dan menghalangi serangan Akatsuki dengan tangannya sendri.
“Kau adalah awal dari semua bencana,” ucap Akatsuki penuh amarah.
Tiba-tiba saja Kaname datang dan menghentikan pertarungan Akatsuki vs Luca.
“Sudah cukup Akatsuki ! Jangan melakukan tindakan sia-sia,” seru Kaname.
“Kenapa kau menghalangiku, Kaname-sama ?” Akatsuki kembali menyerang Luca tapi lagi-lagi dihalangi oleh Kaname.
“Cih, berhentilah menghalangi jalanku,” ucap Luca menatap sinis Kaname.
“Jangan salah sangka. Aku melakukan ini bukan karenamu, Kalau bukan Zero yang memintaku sudah sejak ama aku meghabisimu mengingat apa yang sudah kau lakukan pada Zero,” respon Kaname dingin.
“Cih.”
“Akatsuki, Kaname benar. Pertarungan ini sia-sia. Sebaiknya kau tenangkan pikiranmu.” Ucap Sebastian yang sudah kembali di tengah pertarungan.
Akatsuki tidak menghiraukan perkataan orang di sekitarnya. Saat Akatsuki mengayunkan pedangnya ke arah Luca, Sebastian dengan cepat menghalangi serangan itu dengan tubuhnya. Pedang itu pun menebas bahu sebastian hingga darah pun mengalir dari tubuhnya.
“Sebastian !” seru Luca spontan. “Apa yang kau lakukan Akatsuki ?!” teriak Luca marah.
Akatsuki terlihat gemetaran setelah melihat Sebastian yang berlumuran darah. Teringat olehnya kejadian saat Byakuran mati karena pedang Kaname.
“Aku tak apa. Kau baik-baik saja, Akatsuki ?” Sebastian terlihat sedang menahan sakit di bahunya.
“Maaf...Maafkan aku. Aku tak bermaksud melukaimu,” suara Akatsuki bergetar takut.
“Tak apa, aku baik-baik saja. Aku harap kau bisa lebih tenang sekarang,” kata Sebastian memeluk erat Akatsuki. “Aku tahu perasaanmu, kau pasti terluka atas kematian Byakuran. Aku juga ikut bersalah karenanya,” lanjut Sebastian.
“Hanya onii-sama yang aku miliki. Hanya dia,” suara Akatsuki terlihat begitu sedih.
“Jangan bodoh ! Kau tidak sendirian. Aku selalu bersamamu. Ruka, Kaname dan juga Ayanami juga ada untukmu,” kata Sebastian menatap Akatsuki.
“Aku tahu kau tidak  pernah bisa melupakan Luca,” ucap Akatsuki tiba-tiba.
Sebastian hanya tersenyum.
“Aku menganggapmu lebih dari itu, kau bukan hanya sahabat ataupun keluarga. Kau adalah belahan dari diriku. Aku akan merasakan semua rasa sakitmu juga kebahagiaanmu. Jadi jangan pernah bilang kalau kau sendirian karena aku selalu bersamamu,” kata Sebastian memeluk Akatsuki.
Beberapa detik kemudian Sebastian kehilangan kesadarannya.
“Sebastian !” panggil Akatsuki.
“Dia belum mati, lebih baik serahkan padaku. Aku harus mengobatinya,” kata Luca.
Akatsuki terlihat sedikit ragu tapi pada akhirnya dia menyerahkan Sebastian pada Luca.
“Berjanjilah padaku, kau harus menyelamatkannya,” ucap Akatsuki.
Luca hanya terdiam kemudian mengangguk singkat. Beberapa saat kemudian ia pergi membawaa Sebastian.
Zero dan Ayanami masih saling bertatapan satu sama lain. Ayanami masih ragu dengan ucapan Zero. Lari dari kesediahn ? Yang benar saja.
“Kau bilang aku hanya lari dari kesedihan ? Mungkin jika aku membunuhmu, Kaname akan mengerti kesedihan yang kurasakan.” Ucap Ayanami memberikan serangan pada Zero.
Untunglah Zero sudah sembuh dari luka nya sehingga ia bisa menghindari serangan Ayanami dan mengimbanginya dengan mudah.
“Sebaiknya kau hentikan pertarungan sia-sia ini,” seru Zero.
“Aku akan berhenti ketika aku berhasil membunuhmu,” respon Ayanami tanpa sedikit pun mengendurkan serangannya.
Tiba-tiba saja Akatsuki menghentikan serangan Ayanami.
“Apa yang kau lakukan ?” tanya Ayanami.
Akatsuki hanya terdiam, menyingkirkan pedangnya kemudia memeluk Ayanami erat.
“Akatsuki ?” Ayanami tidak mengerti tindakan Akatsuki.
“Aku mohon hentikan. Aku tak ingin lagi kehilangan orang-orang yang berharga untukku. Kau berharga bagi onii-sama dan juga bagiku,” Akatsuki mempererat pelukannya. “Aku merasakan kehilangan begitu besar sama sepertimu. Aku juga merasa marah dan dendam, tapi sekarang aku sadar bahwa semua itu tidak akan merubah kenyataan. Aku yakin onii-sama tak ingin melihat kita terus bersedih seperti ini,” lanjut Akatsuki.
Seketika perasaan Ayanami berubah menjadi begitu damai. Teringat olehnya janji ketika ia akan menjaga Akatsuki pada Byakuran. Akatsuki masih sama seperti dulu, adik yang ia sayangi sama seperti Byakuran.
“Ya, aku mengerti. Terima kasih, Akatsuki,” ucap Byakuran mempererat pelukannya.
Kaname segera menghampiri Zero yang tersenyum melihat akhir yang bahagia antara Akatsuki dan Ayanami.
“Kau baik-baik saja ?” tanya Kaname.
Zero mengangguk. “Maafkan aku,” tambahnya.
Kaname menatap Zero dengan heran. “Maaf ? untuk apa ?”
“Sejujurnya, dulu ketika kematian Ichiru, aku benar-benar memiliki dendam padamu. Saat itu aku bertekad untuk benar-benar membunuhmu,” jawab Zero.
“Lalu, apa yang terjadi dendammu ?” tanya Kaname.
Zero tersenyum sambil membisikan sesuatu pada Kaname..
“Your love has overcome my hatred,”
Kaname tersenyum bahagia mendengar ucapan Zero.
“Mulai sekarang aku berjanji akan menghapus semua rasa sakitmu,” Kaname mendekatkan bibirnya untuk mengecup bibir Zero dengan lembut. Sebuah ciuman tulus yang menghapus semua rasa sakit.
END
Jangan lupa tinggalkan jejak komentarnya ya ~ Sankyuu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stop being silent reader and write your comments.......