Update spesial bulan Mei. Pada bulan ini
edisi spesial shonen ai story. Kali ini saya akan menceritakan dua cerita
romance bergenre shonen ai. Berikut ini adalah story yang pertama kali saya
buat bersama Author lain, yaitu Nakahara Ningsih.
Cerita yang dibuat ketika kami sedang
sama-sama bosan mendengarkan training sekitar bulan februari tahun lalu (jaman
training si condet). Ceritanya gila dan tidak masuk akal. Namun jika para
pembaca mengenal tokoh-tokoh anime berikut pastilah akan tertawa sampai
guling-guling.hahahaha XD
Nah, here we go, enjoy it
Vampire Knight Chap 83 (Karena ada kesalahan cetak, Vampire knight Chap
83 dan seterusnya di batalkan. Dan berikut terusan yang aslinya (just kidding))
By : Uchiha Ryuko dan Nakahara Ningsih
Cast utama : #AkaNami (Akatsuki(
Vampire Knight) x Ayanami (07 Ghost))
#LucaStian
(Luca(Uraboku) X Sebastian(Kuroshitsuji))
#ZeKa
(Zero(Vampire Knight) X Kaname(Vampire Knight))
#TeiCie (Teito(07 Ghost) X Ciel(Kuroshitsuji)
)
Cast Pendukung :# Byakuran (Katekyo Hitman Reborn)
#Tsuna (Katekyo Hitman Reborn)
#Ruka (Vampire Knight)
Vampire Knight Chap 83
The Real Document
Setelah Ruka menyelamatkan Zero, akhirnya Zero tersadar bahwa Ruka
menyukai Zero. Sedangkan Akatsuki hanyalah butler bagi Ruka.
Ketika
melihat Ruka menyelamatkan Zero, Yuki menjadi cemburu dan tidak terima hingga
menjadi gila. Namun di luar dugaan, kegilaan Kaname melebihi Yuki karena
kecemburuannya pada Zero. Di saat itulah Kaname tersadar bahwa ia juga menyukai
Zero.
Sebenarnya Kaname memiliki perasaan terhadap Zero sudahsejak lama, hanya saja dia tidak ingin
mengakuinya. Kaname berusaha memusnahkan semua pureblood karena zero tergila-gila
terhadap pureblood sehingga Kaname berniat membunuh semua pureblood kecuali
dirinya sendiri supaya Zero hanya melihat dan memperhatikannya saja.
Kaname
mendekati Akatsuki yang ternyata juga cemburu melihat Ruka bersama Zero. Kaname
memeluk dan mencium Akatsuki secara tiba-tiba dengan tujuan membuat Zero
cemburu padanya.
Akatsuki terkejut dengan tindakan Kaname namun ia lebih terkejut
ketika melihat Sebastian di tempat itu. Sebagai sesama butler sebenarnya mereka
memiliki hubungan khusus.
Meskipun
sebenarnya Sebastian dan Akatsuki memiliki hubungan khusus, ketika Sebastian
melihat Kaname mencium Akatsuki, Sebastian justru malah berbalik jatuh cinta
pada Kaname. Ia bertekad memutuskan kontrak dengan Ciel dan membuat kontrak
baru dengan Kaname.
Ciel yang tidak
terima dengan hal itu segera menyummon 07 Ghost untuk membunuh Kaname, tapi
selalu gagal. Akhirnya ia memilih membunuh Sebastian dengan tangannya sendiri.
“Bila aku tidak bisa memilikimu,
maka yang lain juga tidak boleh memilikimu,” ucap Ciel. Teito melihat Ciel yang
sedang merana karena Sebastian merasa kasihan dan bertekad menyembuhkan luka
hati Ciel.
Kematian Sebastian sebagai
demon memancing kedatangan demon lainnya. Luca Crozzeria yang tidak terima
dengan kematian Sebastian ( dulunya Luca-Sebastian adalah mantan pasangan)
segera datang dan menyerang Kaname bukannya Ciel.
“Kenapa kau menyerangku ?”
tanya Kaname.
“Karena kau menyebabkan
Sebas-chan ku mati,” jawab Luca.
“Tapi aku tidak
membunuhnya,” bantah Kaname.
“Tapi karena dia jatuh cinta denganmu
menyebabkan kematian datang padanya.”
“Itu bukan
salahku, Aku memang tampan, keren dan pureblood lagi. Wajar saja kalau
Sebastian jatuh cinta padaku,” jawab Kaname sombong.
“Tapi asal kau
tahu, sebanyak apapun orang yang jatuh cinta padaku, hatiku hanya untuk Zero
seorang.” lanjut Kaname.
“Kalau begitu aku akan membunuh
Zero agar kau merasakan penderitaanku,” kata Luca pergi meninggalkan Kaname
untuk mencari Zero.
Luca berhasil menemukan Zero yang sedang
terluka. Tubuhnya yang berlumuran darah dan baju yang koyak akibat pertarungan
membuat Zero terlihat begitu seksi. Luca menghunuskan pedangnya pada Zero,
namun belum sempat menusuk tubuhnya tatapan Zero menghentikan Luca. Tatapan
Zero yang begitu misterius namun begitu mendalam justru membuat Luca membeku
dan malah membuatnya memeluk dan mencium bibir Zero. Di saat yang sama, Kaname
melihat hal itu membuatnya sangat terkejut dan marah.
Kaname dengan marah langsung menyerang Luca, namun
Luca mampu menghindarinya dengan mudah.
“Aku tidak akan
membunuh Zero, tapi aku akan merebutnya darimu,” kata Luca pergi meninggalkan
Kaname.
Kaname menghampiri
Zero yang sedang terluka dan segera memeluknya.
“Apa kau baik-baik
saja ?,” tanya Kaname.
“Ya, maafkan aku.
Aku tidak bermaksud mengkhianatimu. Dia hendak menyerangku tapi aku terlalu
lemah untuk melawannya,” jawab Zero lemah.
“Tak apa. Aku lah yang harus
meminta maaf karena telah menusukmu,” Kaname mempererat pelukan Zero. “Mulai
sekarang akulah yang akan melindungimu,” lanjut Kaname.
Yuuki yang dari tadi hanya terdiam melihat apa yang terjadi mulai
mendekati Zero dan Kaname yang sedang berpelukan.
“Kalian berdua seharusnya saling memperebutkanku, kenapa kalian malah
mengkhianatiku ?,” tanya Yuuki penuh emosi.
“Maaf ya, itu Cuma kamuflase, “ ejek Kaname.
“Aku Cuma memanfaatkanmu untuk menguji perasaan Kaname,” tambah Zero.
“Arrghhh
!!!” Yuki menjadi gila karena jawaban Kaname dan Zero. Maka ia memilih pergi
meninggalkan mereka berdua.
Di tempat lain Luca mulai memikirkan rencana apa
yang akan dia lakukan. Akhirnya Luca memilih untuk menemui seseorang.
“Aku punya tugas
untukmu,” kata Luca pada Ayanami.
“Aku tidak
menerima tugas dari siapapun,” kata Ayanami datar.
“Aku rasa kali ini
kau akan setuju, karena target kita kali ini adalah Kaname. Orang yang telah
membunuh kekasihmu,” kata Luca.
“ ..... “ Ayanami
hanya terdiam . Di matanya tercermin wajah seseorang yang sangat dicintainya
yang telah mati karena Kaname.
@@@
Teito mendekati Ciel yang
sedang bersedih karena kematian Sebastian.
“Aku tahu kau pasti sedih
karena kehilangan butler kesayanganmu,” ucap Teito lembut.
Ciel tidak menjawab, hanya
melirik Teito sekilas.
“Aku pun pernah kehilangan
seseorang yang kusayangu dan aku juga sangat sedih karena hal itu,” lanjut
Teito.
“Memangnya kau kehilangan siapa
?,” tanya Ciel tiba-tiba.
“Dia...uhm pasanganku, ah
bukan, kakakku,eh itu juga bukan. Yang jelas dia orang yang sangat berharga
bagiku. Dia orang yang selalu menjagaku, mungkin hampir sama seperti kau dan
butlermu,” jawab Teito.
“Begitu ya ?,” terdengar
sedikit nada kekecewaan di balik suara Ciel.
Teito mengangguk perlahan. “
Tapi... sejak aku melihatmu, aku sadar bahwa aku tak bisa sedih terus menerus.
Aku harus maju dan selalu melihat ke depan,”lanjut Teito sembari memegang
tangan Ciel secara perlahan.
Ciel berusaha menahan nafas
karena secara tiba-tiba jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.
“Sebenarnya, apa yang ingin
kau katakan ?,” tanya Ciel dengan sedikit ragu.
“Mulai sekarang, aku ingin
kita selalu bersama,” jawab Teito sambil tersenyum menatap Ciel dan mempererat
genggaman tangannya pada Ciel.
Ciel tidak bisa merespon ucapan Teito
karena saat itu pula jantungnya seperti berhenti berdetak.
Ciel tidak
mengerti dengan perasaannya sendiri. Ia merasa sangat bingung. Ia menyesal
sudah membunuh Sebastian, namun dia tidak ingin Sebastian jatuh ke tangan orang
lain selain Akatsuki. Ciel tahu Akatsuki sangat menyukai Sebastian dan hanya
dengan tetap bersama Sebastian, Akatsuki akan terus melihatnya.
Tapi Sebastian
bukanlah butler biasa. Dia adalah sahabat yang selalu menemani Ciel selama ini.
Kematian Sebastian memang membuat dirinya dan Akatsuki terluka. Membayangkan
kesedihan Akatsuki saat mengetahui Sebastian lebih memilih Kaname membuat
dadanya menjadi sesak.
“Ciel ?,” Teito
menatap dalam-dalam mata Ciel.
Ciel segera
mengalihkan pandangannya, terbayang di kepalanya tatapan Akatsuki yang
membencinya karena kematian Sebastian. Tak terasa air mata Ciel menetes begitu
saja. Teito yang menyaksikan hal itu segera memeluk Ciel dengan erat.
“Tidak ada yang
perlu kau khawatirkan lagi. Sekarang aku ada untukmu. Lupakan masa lalu dan
tataplah ke depan. Tataplah aku,” kata Teito lembut.
Ciel melepaskan
pelukan Teito, dia merasa sangat bingung. Namun ketika ia melihat mata Teito
yang begitu murni, dia hanya bisa melihat satu jawaban.
“Bagaimanapun aku harus
menghadapi Akatsuki,” kata Ciel datar.
Sementara itu Akatsuki
memandangi Ruka yang terdiam merana sendirian. Setelah Zero lebih memilih
Kaname, Ruka semakin tidak mengerti apa yang harus dia lakukan.
“Ruka-sama, kau baik-baik
saja ?,” tanya Akatsuki.
“Bukankah sudah kubilang
untuk berhenti memanggilku seperti itu ? Aku takk ingin kita terlihat seperti
master dan butler. Aku lebih senang kita terlihat seperti partner,”ucap Ruka.
“Terima kasih, Ruka,” ucap
Akatsuki tersenyum.
“Akatsuki, aku tahu dibalik
senyummu itu kau pasti menyimpan kesedihan karena kematian teman baikmu
Sebastian.”
Akatsuki tersenyum pilu
mendengar simpati dari Luca. “Kau benar, tapi... Aku masih bisa tersenyum
karena kau masih bersamaku.”
Ruka tersenyum tipis.
“Terima kasih, Akatsuki.”
Di balik senyuman pilu
Akatsuki, di dalam hatinya ia masih menyimpan sebuah ambisi gelap. Dendam.
@@@
“Ayanami-sama,”
panggil Tsuna membangunkan Ayanami dari lamunannya. “Apa yang akan kau lakukan terhadap
Luca ?,” lanjut Tsuna.
“Seperti yang
kubilang, aku tidak menerima perintah dari siapapun. Aku bergerak sesuai
keinginanku sendiri,” jawab Ayanami datar.
“Jadi apa yang
akan kita lakukan ?”
“Kita temui Kaname sekarang.”
Sementara itu di tempat Zero dan Kaname.
“Zero, aku punya pertanyaan untukmu,” ucap Kaname ragu.
“Apa itu ?,” tanya Zero penasaran.
“Apa kau masih memiliki dendam padaku karena sudah membunuh Ichiru ?,”
tanya Kaname ragu.
“Aku bukannya dendam padamu. Aku hanya ingin menghentikanmu. Kau
membunuh banyak pureblood dengan alasan yang tidak kuketahui. Namun aku tahu, bahwa perasaanmu
tersakiti setiap kau membunuh para pureblood yang ada,” jawab Zero lembut.
“Itu karena aku tak ingin kau tertarikk dengan pureblood selain diriku.
Aku juga tak ingin kau lebih menyayangi Ichiru melebihiku. Maaf,” sesal Kaname.
“Sebesar itukah kau menyayangiku ?,” tanya Zero menatap Kaname
dalam-dalam.
“Maaf,” ucap Kaname mengalihkan pandangannya dari mata Zero.
“Jangan lakukan hal bodoh lagi,” ucap Zero sambil mencium bibir Kaname
yang dingin dipenuhi rasa menyesal.
Tanpa diduga Ayanami dan Tsuna muncul di hadapan Zero dan Kaname.
“Maaf mengganggu kalian berdua, tapi aku punya urusan dengan Kaname,”
seru Ayanami sambil melancarkan serangan pada Kaname. Namun Zero berhasil
menghalangi serangan Ayanami meskipun hal itu membuatnya terluka terkena
serangan.
“Jangan halangi aku,” seru Ayanami marah sambil menatap Zero.
“Serahkan dia padaku, Ayanami-sama,” Tsuna segera menyerang Zero untuk
menjauhkannya dari Ayanami dan juga Kaname.
Pertarungan sengit pun terjadi antara Zero vs Tsuna dan Kaname vs
Ayanami. Namun pihak Zero-Kaname sedikit terdesak karena kondisi Zero yang
sedang terluka. Ketika Ayanami hendak melancarkan serangan terakhir tiba-tiba
saja seseorang datang menghalangi. Hal itu membuat Ayanami sangat terkejut.
“Bukankah
kau ? Tidak mungkin,” ucap Ayanami tidak percaya.
Akatsuki tiba-tiba
muncul di tengah pertarungan Kaname vs Ayanami. Ia segera menghentikan Ayanami
yang sedang menyerang Kaname.
“Siapa kau ? Kenapa
menyerang Kaname dan Zero?,” tanya Akatsuki dingin.
“Apa kau tidak
mengingatku?,” tanya Ayanami bingung.
“Aku merasa tidak
pernah mengenalmu,” jawab Akatsuki
menyerang Ayanami, namun dengan lincah Ayanami menghindar.
“Ayanami-sama !
Kau baik-baik saja ?,” Tsuna berlari menghampiri Ayanami.
Ayanami masih terdiam dan terus memandangi
Akatsuki. Dia tidak mengerti kenapa Akatsuki tidak mengenalinya. Apa yang
terjadi pada Akatsuki semenjak kejadian hari itu ?
Terlihat dari
kejauhan Luca memperhatikan situasi. Saat dia merasa memiliki kesempatan dia
pun bergerak.
“Maaf tuan-tuan,”
Luca muncul di belakang Zero. “Aku akan ambil yang satu ini,” lanjutnya membawa
pergi Zero lalu menghilang.
Kaname yang
melihatnya berusaha mengejar Luca namun dia dihalangi oleh Ayanami.
“Urusan kita belum
selesai,” seru Ayanami seraya mengacungkan pedang ke arah Kaname. Saat Ayanami
hendak menyerang Kaname, Akatsuki pun menghalanginya. Dalam situasi seperti ini
Ayanami hanya bisa mundur, dia tidak mungkin bertarung dengan Akatsuki.
“Untuk sekarang
aku akan mundur, tapi ingat aku akan kembali untuk menghabisimu,” ucap Ayanami
meninggalkan Kaname.
Setelah Ayanami pergi Kaname
berusaha mengikuti jejak Luca, tapi semua sia-sia. Zero telah hilang.
Sementara di tempat lain
Zero memasang sikap waspada terhadap Luca yang menculiknya.
“Apa yang kau inginkan ?”
tanya Zero menahan sakit.
“Maafkan aku. Aku tak
bermaksud melukaimu. Aku hanya ingin memilikimu,” jawab Luca lirih.
“Kenapa kau ingin memiliku ?”
tanya Zero penasaran.
Luca tidak bisa menjawab
pertanyaan Zero. Ada keraguan di dalam hatinya. Tiba-tiba di dalam benaknya
terbersit wajah Sebastian yang sedang tersenyum.
“Kau sebenarnya hanya ingin
lari bukan ?” Zero tersenyum menatap Luca. “ Kau hanya ingin lari dari
kesedihan karena kehilangan orang yang kau sayangi,” lanjut Zero.
Zero tahu bahwa sebenarnya
Luca hanya merasa ‘galau’ atas kematian Sebastian. Ia sama sekali tak berniat
jahat. Ia hanya terlalu menyayangi Sebastian.
“Lalu apa yang harus aku
lakukan ?,” tanya Luca bingung.
“Kau harus menghadapi
kenyataan. Suatu saat, kau akan menemukan seseorang yang akan selalu bersamamu.
Aku sangat ingin membantumu agar kau tak kesepian. Tapi di luar sana ada
seseorang yang lebih membutuhkanku. Kalau aku tak menghentikannya dia akan membunuh
setiap orang yang ditemuinya,” jawab Zero.
Luca terdiam sejenak.
“Terima kasih”
Luca segera menggunakan
jurus teleport dan kembali ke tempat Ayanami berada untuk menemuinya.
“Aku ingin merubah rencana,”
ucap Luca pada Ayanami.
“Aku tak mau mengubah rencana,
sampai kapanpun aku tak akan melepaskan Kaname,” respon Ayanami dingin.
Luca merebahkan Zero yang
tak sadarkan diri dan menatapnya lembut.
“Aku tak ingin mengubah
rencana apapun soal Kaname. Aku tidak peduli apa yang ingin kau lakukan
padanya. Tapi aku tak ingin kau melukai Zero lagi,” ucap Luca menatap Ayanami
tajam.
@@@
FLASHBACK ( 5 TAHUN YANG LALU)
“Onii-chan !” panggil Akatsuki. Byakuran yang mendengar suara
adiknya tersenyum melihat Akatsuki dan Sebastian yang begitu berantakan.
“Apa kalian berkelahi lagi ?,” tanya Ayanami kesal.
“Kami tidak berkelahi tapi kami bertarung,” bantah Akatsuki.
“Aku rasa itu sama saja,” respon Sebastian.
Byakuran hanya tersenyum melihat tingkah Akatsuki dan Sebastian.
Akatsuki dan Sebastian merupakan sahabat sejak kecil. Sebagai demon butler,
Sebastian sangat bersyukur bisa menghabiskan waktu bersama Akatsuki. Byakuran
pun menyayangi mereka berdua
“Tidak apa jika kalian berkelahi atau bertarung. Tapi kalian harus
tetap berbaikan apapun hasilnya,” Byakuran menasehati.
“Kau terlalu memanjakan mereka,” kata Ayanami kesal.
Terlihat dari kejauhan seseorang tengah berjalan menuju arah mereka.
Mengetahuji sosok tersebut membuat wajah Akatsuki berubah menjadi kesal.
“Maaf, tapi aku datang untuk menjemput Sebastian,” kata Luca. Luca
yang seorang demon juga selalu menempel pada Sebastian, itu sebabnya Akatsuki
tidak pernah menyukai Luca.
FLASHBACK END
Luca pergi
meninggalkan Ayanami dan Zero. Dia tahu Ayanami tidak akan melukai Zero karena
yang Ayanami inginkan hanya Kaname. Teringat oleh Luca tentang masa lalu saat
Sebastian masih ada di sisinya. Dia begitu menyayangi Sebastian tapi pada
akhirnya mereka tetap harus terpisah sejak kejadian itu. Kematian Byakuran yang
merubah segalanya.
@@@
FLASHBACK
(3 TAHUN YANG LALU)
Akatsuki
sedang bermain petak umpet bersama Sebastian.
“Sebastian
! Dimana kau ?,” sudah hampir 30 menit Akatsuki mencari Sebastian, tetapi ia
tak menemukannya. Hal itu membuat Akatsuki sangat khawatir. Apa terjadi sesuatu
dengan Sebastian ?
Tiba-tiba
Akatsuki melihat Sebastian sedang berbicara dengan seseorang yang dikenalnya.
Luca. Akatsuki bersembunyi di balik semak untuk mencari tahu apa yang sedang
dibicarakan Luca dan Sebastian.
“Apa
ini sudah saatnya aku membuat kontrak ? Tapi aku masih ingin bermain bersama
Akatsuki,” keluh Sebastian.
“Kau
harus menghadapi takdirmu sebagai demon butler, kelak Akatsuki pun harus
menghadapi takdirnya. Kalian tidak bisa terus bersama,” jawab Luca.
“Tapi...aku..”
Sebastian masih ragu.
Luca
segera menarik tangan Sebastian untuk membawanya pergi. Tetapi tiba-tiba
Akatsuki muncul dan menghalangi Luca yang hendak membawa pergi Sebastian.
“Apa
yang ingin kau lakukan pada Sebastian?,” seru Akatsuki marah.
“Kau...
Berhenti menghalangiku !,” seru Luca marah.
Tanpa
berlama –lama Akatsuki segera menyerang Luca.
“Sebastian
! cepat pergi dari sini !,” seru Akatsuki.
FLASHBACK
END
Sementara itu Ciel
dan Teito tiba di TKP. Kaname terlihat begitu cemas saat mereka datang.
“Apa yang terjadi
?” tanya Teito.
“Seseorang bernama
Ayanami menyerang Zero dan Kaname. Dan Sekarang Zero diculik oleh Luca.”
Sekilas mata Akatsuki melirik ke arah Ciel yang berdiri di samping Teito. “Aku
pergi,” lanjut Akatsuki.
“Akatsuki ! Tunggu
!” teriak Ciel menghampiri Akatsuki.
“Aku tahu, kau
pasti sangat marah padaku tentang Sebastian,” kata Ciel.
“Aku memang marah
tapi aku tidak bisa membencimu. Kau adalah master dari Sebastian. Bagi demon
butler seorang master adalah harga dirinya. Jika aku melukaimu itu artinya aku
melukai harga diri Sebastian,” kata Akatsuki.
“Kau memang selalu
menganggapku seperti itu. Sebatas master dari Sebastian,” kata Ciel sedih.
“Tapi aku bisa
menerima itu sekarang, aku sudah menyerah untuk mengejarmu. Mulai sekarang aku
tidak akan ‘melihatmu’ lagi. Aku akan mulai memandang ke arah yang lain. Jadi
maafkan aku atas apa yang terjadi pada Sebastian,” kata Ciel. Akatsuki hanya
terdiam lalu kemudian pergi. Sementara Teito melangkah mendekati Ciel dan
menggenggam tangannya.
“Semua akan
baik-baik saja,” kata Teito.
Ciel tersenyum
lembut menatap Teito. Dari kejauhan seseorang menghampiri Ciel dan Teito.
“Kerja yang bagus,
Master,” kata orang tersebut.
Ciel melihat sosok tersebut dan
sangat terkejut. “Sebastian !!!”
LANJUT
FLASHBACK ( 3 TAHUN YANG LALU)
Akatsuki
terus menyerang Luca secara bertubi-tubi. Luca bisa menghindarinya dengan mudah
sementara matanya masih tertuju pada Sebastian yang kebingungan.
“Aku
sudah bosan dengan permainan ini,” Luca memberikan serangan balik pada Akatsuki
hingga membuatnya terpental ke arah Sebastian yang sedang kebingungan.
“Akatsuki,
kau tiidak apa-apa ?” tanya Sebastian khawatir sambil membantu Akatsuki
berdiri.
“Sebastian
! Menyingkir darinya !” seru Luca.
“Hentikan
! Aku tak ingin kau melukainya. Aku akan ikuti keinginanmu, tapi lepaskan
Akatsuki,” ucap Sebastian.
“Tidak
! Aku tidak akan membiarkanmu ikut bersamanya,” Akatsuki bersikeras sambil
tetap menggenggam erat tangan Sebastian.
“Kalau
begitu, kau akan kubereskan.” Seru Luca melancarkan sebuah serangan ke arah
Akatsuki namun seseorang menghentikannya.
“Ck,
apa pureblood vampire tidak punya pekerjaan lain selain menggangguku?” ucap
Luca sinis.
“Sebagai
pureblood aku tak bisa membiarkanmu melukai vampire lain,” jawab seseorang yang
tak lain adalah Kaname.
Dari kejauhan Byakuran dan Ayanami terlihat berlari menghampiri
Akatsuki dan Sebastiian.
“Apa yang kalian lakukan ?” teriak Ayanami.
“Akatsuki, apa kau baik-baik saja ?” tanya Byakuran khawatir. Ia
segera menghampiri Akatsuki dan memeriksa keadaannya.
“Maafkan aku, Luca-sama hanya ingin membawaku pergi, tapi malah
terjadi pertarungan seperti ini,” ucap Sebastian.
“Tak apa. Aku akan melindungimu Sebastian,” kata Akatsuki.
“Luca ! Cepat hentikan ! Apa yang kau lakukan ?” teriak Ayanami pada
Luca yang sedang bertarung dengan Kaname. Tetapi kedua orang tersebut tidak
mempedulikan Ayanami. Byakuran yang merasa kesal menengahi perkelahian mereka
berdua.
“Aku peringatkan kau untuk menyingkir,” ancam Luca pada Byakuran.
Sementara Kaname masih terus menyerang Luca hingga membuat Byakuran
tersingkir.
“Onii-chan !” Akatsuki terlihat khawatir saat melihat Byakuran
terpental. Ayanami pun terlihat kesal dan berusaha untuk melerai tetapi
semuanya sia-sia.
Pertarungan masih berlangsung dengan begitu sengit. Kaname terus
mengayunkan pedangnya dan Luca terus menghindar dengan sesekali menyerang
balik. Luca yang terus menghindar membuat Kaname kesal. Dia melemparkan
pedangnya ke arah Luca tapi Luca dapat menghindar dengan mudah. Tapi ternyata
tepat di belakang Luca berdiri Akatsuki dan Sebatian sehingga pedang itu
mengarah ke arah mereka berdua.
Byakuran dengan sigap menghalangi pedang tersebut hingga menusuk
tubuhnya sendiri tepat di depan Akatsuki dan Sebastian. Darah Byakuran mmembasahi tubuh Akatsuki
yang mematung dengan pandangan kosong.
“Byakuran !” teriak Ayanami yang segra
menghampiri Byakuran.
Byakuran menatap Ayanami lembut. “ Byakuran ,
tolong jaga Akatsuki,” bisik Byakuran sambil tersenyum.
“Bertahanlah Byakuran !” teriak Ayanami.
“Onii-chan, jangan tinggalkan aku,” ucap
Akatsuki lirih. Ia berusaha menahan air mata yang mulai jatuh membasahi
pipinya.
“Maaf Akatsuki, ini yang terakhir,” ucap
Byakuran sambil mengelus kepala Akatsuki dengan lembut. Di saat itulah Byakuran
menutup matanya hingga membuat Akatsuki dan Ayanami membeku.
Tanpa berlama-lama Ayanami segera menyerang
Kaname dengan marah.
“Ini semua salahmu !” seru Ayanami marah.
“Tunggu ! Ini Cuma salah paham !” seru Kaname
yang masih sedikit kebingungan. Ia hanya menahan serangan Ayanami tanpa
memberikan serangan balik.
Ayanami sama sekali tidak mendengarkan Kaname
dan terus menyerang Kaname.
Luca
yang sudah sejak tadi terdiam melihat sebuah kesempatan. Ia muncul di belakang
Sebastian dan segera membawanya pergi. Akatsuki yang masih shock atas kematian
Byakuran tidak bisa bertindak banyak.
“Akatsuki !” teriak Sebastian mencoba meraih tangan Akatsuki yang menjauh
dari jangkauannya.
Akatsuki mulai tersadar karena teriakan
Sebastian. Ia mencoba melompat dan meraih tangan Sebastian yang semakin
menjauh. Akatsuki hampir berhasil meraih tangan Sebastian, namun hal itu justru membuatnya kehilangan keseimbangan dan
terjatuh dari jembatan tempat terjadinya pertempuran.
“Akatsuki !” Sebaastian berteriak sekeras
mungkin. Namun itu adalah teriakan terakhirnya karena saat itulah ia menghilang
bersama Luca.
Kaname yang sejak tadi hanya menahan serangan
Ayanami akhirnya memberikan serangan balik hingga membuat Ayanami terpental.
Kaname yang melihat Akatsuki berada dalam bahaya segera menolong Akatsuki tepat
pada waktunya. Ayanami pun segera menyusul Akatsuki dan Kaname.
“Kau ! Cepat lepaskan Akatsuki !” seru
Ayanami.
Kaname terdiam sejenak. “Sepertinya kau tidak
bisa menjaga anak ini. Lebih baik aku yang akan menjaganya,” ucap Kaname
sambbil membawa Akatsuki pergi dari tempat itu.
“Tunggu !” Ayanami mencoba mengejar, tapi
gagal.
Dan akhirnya hanya Ayanami yang tersisa di
tempat itu, menyesali dirinya sendiri. Ia tak bisa menyelamatkan Sebastian,
Akatsuki ataupun Byakuran.
Sementara itu Kaname membawa Akatsuki ke
Kuran mansion. Tempat para pureblood vampire dan noble vampire tinggal. Akatsuki
masih terdiam dan dan shock atas apa yang terjadi.
“Apa kau membenciku, Akatsuki ?” tanya
Kaname.
Akatsuki tidak menjawab. Ia tak tahu apakah
ia membenci Kaname atau tidak. Pedang Kaname lah yang meyebabkan Byakuran mati,
tetapi Kaname juga lah yang sudah dua kali menyelamatkan dirinya. Meskipun ia
sadar bahwa kematian Byakuran bukanlah salah Kaname.
“Bolehkan aku meminta satu permintaan,
Kaname-sama ?” pinta Akatsuki.
“Katakan saja,” kata Kaname.
“Tolong hapus semua kesedihan ini dari
ingatanku,” jawab Akatsuki datar.
“Kau yakin ?” tanya Kaname.
Akatsuki mengangguk dengan mantap.
FLLASHBACK END
@@@
Kemunculan
Sebastian secara tiba-tiba membuat Ciel dan Teito begitu terkejut.
“Sebastian, kenapa
kau masih hidup ?” tanya Ciel tidak percaya.
“Aku akan dikutuk
sebagi demon butler bila mati begitu mudah. Karena tugas utamaku adalah
melindungimu, master,” ucap Sebastian berlutut di hadapan Ciel.
“Jadi selama ini
kau hanya pura-pura mati ?” tanya Ciel sedikit kesal.
“Tentu saja aku
hanya pura-pura. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, master. Aku hanya ingin
membantumu tumbuh dewasa agar kau bisa menjadi penerus Phantomhive yang
membanggakan. Aku juga ingin agar kau menemukan orang berharga untukmu,
master,” kata Sebastian melirik ke arah Teito.
“Sebastian,maafkan
aku,” kata Ciel.
“Tak apa master.
Aku akui aku tidak suka bila master terus terpaku pada Akatsuki. Mater harus
menempuh jalan master sendiri. Karena itu lah aku melakukan semua ini. Aku juga
ingin meminta maaf padamu karena membuatmu meraasa sedih,” kata Sebastian
memeluk Ciel erat.
Teito terlihat
tidak senng melihat adegan tersebut.
“Ehem..” Teito
berdehem untuk menyadarkan Sebastian dan Ciel bahwa Teito juga ada di sana.
Ciel yang tersadar
segera melepaskan pelukan Sebastian dan tersenyum sambil menggandeng tangan
Teito.
“Aku harap anda
akan menyayangi master dengan sepenuh hati,” kata Sebastian pada Teito.
“Tentu !” jawab
Teito menatap dan menggenggam erat tangan Ciel.
@@@
Zero berusaha membuka matanya yang terasa begitu berat. Ia juga masih
belum melupakan luka-luka yang ia dapatkan akibat pertarungan. Akhirnya dengan
susah payah ia berhasil membuka matanya. Ia melihat Ayanami dan Tsuna sedang
mendiskusikan sesuatu.
“Kalian ! Apa yang terjadi di sini ?” seru Zero memaksakan tubuhnya yang
terluka untuk berdiri.
“Sebagai sandera, seharusnya kau bersifat lebih sopan,” ucap Tsuna
sambil menatap Zero sinis.
“Kenapa aku ada di sini ? Sebaiknya kalian tunjukan jalan keluar atau
tempat ini akan kuhancurkan,” ancam Zero.
“Jaga bicaramu !” seru Tsuna hendak menyerang Zero. Namun Ayanami segera
menahannya dan berjalan mendekati Zero.
“Aku ingin kau menceritakan sesuatu padaku,” ucap Ayanami.
“Sebagai gantinya, aku ingin kau berhenti menyerang Kaname,” jawab Zero.
“Kita lihat saja nanti. Sekarang katakan padaku siapa Akatsuki,” kata
Ayanami.
“Akatsuki ? maksudmu Akatsuki Kaien?”
Ayanami mengangguk.
“Akatsuki adalah salah satu orang kepercayaan Kaname. Dia butler dari
Ruka, adik Kaname. Aku tidak tahu banyak siapa dia. Tapi antara Kaname dan
Akatsuki yang jelas mereka saling menghargai. Lalu...apa hubunganmu dengan
Kaname dan Akatsuki ?” tanya Zero tajam.
Ayanami hanya tersenyum misterius.
“Mungkin
aku harus menggunakanmu agar Kaname bersedia untuk bicara,” ucap Ayanami sambil
membawa Zero ke tempat pertempuran terakhir sekaligus tempat penuh kenangan
menyakitkan bagi Ayanami. Tempat Byakuran terbunuh.
Kenapa kita datang
kemari ?” tanya Akatsuki pada Kaname.
“Aku punya firasat
dia akan ke sini,” jawab Kaname. Teringat olehnya kejadian 3 tahun yang lalu
saat pedangnya membunuh Byakuran dan di sini lah peristiwa itu terjadi.
Terlihat dari kejauhan Luca sedang berjalan mendekati Akatsuki dan Kaname.
“Di mana Zero?”
tanya Kaname dingin dan siap untuk bertarung.
Maaf, tapi dia
sudah tak bersamaku lagi,” jawab Luca datar.
“Lalu di mana dia
?” tanya Kaname marah.
Tiba-tiba
seseorang muncul di tengah-tengah Kaname dan Luca.
“Apa kau mencari
dia ?” tanya Ayanami yang mucul tiba-tiba bersama Zero.
“Zero !” Kaname
terlihat begitu cemas melihat keadaan Zero.
“Aku baik-baik
saja, tidak perlu khawatir,” kata Zero tersenyum lemah.
“Apa maumu ?”
tanya Kaname pada Ayanami.
“Jawab satu pertanyaanku. Apa
yang telah kau lakukan pada Akatsuki ?”
“Aku tidak yakin bila aku menjawab pertanyaanmu, hal itu akan membuat
Akatsuki merasa lebih baik,” jawab Kaname sambil melirik Akatsuki.
“Kalau begitu dia akan mati,” ucap Ayanami bersiap menyerang Zero. Tapi
tanpa diduga Luca segera menghentikan Ayanami dan menyelamatkan Zero dari
tangan Ayanami.
“Bukankah sudah kubilang untuk tidak melukainya lagi ?” ucap Luca marah.
“Aku tidak pernah bilang kalau aku menerima perintah darimu,” jawab Ayanami
dingin.
Tanpa diduga Akatsuki menyerang Luca dari sisi yang tidak diduganya sama
sekali. Hal itu membuat Luca lengah sehingga Zero lepas dari genggamannya.
Kaname segera memanfaatkan kesempatan itu untukmenyelamatkan Zero.
“Zero ! Kau baik-baik saja ?” seru Kaname khawatir.
Zero tidak menjawab, hanya tersenyum lemah.
Kaname sadar bahwa Zero sudah terluka cukup parah. Ia segera menggigit
pergelangan tangannya sendiri sehingga membuat darah segar pureblood mengalir
dari lengannya. Darah yang sangat diinginkan oleh vampir manapun.
“Cepat minum darahku,” ucap Kaname sambil mendekatkan pergelangan
tangannya pada Zero.
Zero menggeleng. “Aku tk ingin membuatmu terluka.”
“Dasar bodoh ! Melihatmu kau terluka seperti ini adalah hal paling
menyakitkan bagiku,” seru Kaname marah sekaligus khawatir.
Zero tersenyum tipis. Ia menancapkan taringnya yang seputih mutiara di
pergelangan tangan Kaname dan menghisap darahnya perlahan. Dalam beberapa saat
sebagian besar luka Zero hampir sembuh sepenuhnya.
Sementara Ayanami masih berusaha menahan serangan dari Akatsuki.
“Akatsuki ! Apa yang terjadi padamu ?” tanya Ayanami.
Akatsuki terdiam sejenak mengabaikan Ayanami. Ia justru melihat ke arah
Kaname yang sedang memberikan darahnya pada Zero.
“Kaname-sama, Kau tak perlu lagi menutupi semuanya hanya untuk
melindungiku.” Ucap Akatsuki lalu mengambil jeda untuk menghela nafas.
“Sebenarnya sudah sejak lama aku mengingat semuanya. Maaf, aku sudah menipumu,
Kaname-sama.” Lanjut Akatsuki.
Kaname sedikit terkejut mendengar pernyataan Akatsuki, namun ia selalu
berusahaa terlihat tenang. “Kau tidak perlu minta maaf. Tapi...bagaimana kau
bisa melawan kekuatanku dalam menghapus ingatanmu ?”tanya Kaname penasaran.
“Semuanya berkat Ruka-sama. Dia sudah membangkitkan ingatanku tanpa
menyakitiku,” jawab Akatsuki.
Kaname tersenyum. “Syukurlah. Tapi kenapa selama ini kau berpura-pura,
Akatsuki ?”
“Itu semua
demi hari ini. Aku terus berpura-pura agar aku bisa membalaskan dendamku,” ucap Akatsuki sambil melirik Luca.
Ditengah-tengah
pertarungan sengit tersebut Sebastian datang bersama Ciel dan Teito.
“Aku harap master
dapat menjauh dari pertarungan. Akan sangat berbahaya bila master terlalu
dekat,” kata Sebastian pada Ciel.
“Tapi aku harus
menghentikan pertarungan ini,” Ciel bersikeras ingin membantu.
“Biarkan aku yang
menghentikan Akatsuki dan yang lain. Aku harap master tetap menjauh dari
pertarungan ini. Aku akan merasa sangat bersalah bila master sampai terluka,”
kata Sebatian mengelus kepala Ciel. “Teito, aku titipkan master padamu,” lanjut
Sebastian yang kemudian pergi meninggalkan mereka.
“Sebastian! Kau
harus kembali dengan selamat. Ini perintah !” teriak Ciel.
“Yes, My Lord.”
Jawab Sebastian.
Di tempat lain
Akatsuki berbalik menyerang Luca yang sejak tadi terdiam. Ia berniat membalas atas
semua yang terjadi. Sebastian segera menuju tempat pertarungan Luca vs
Akatsuki.
“Akatsuki!
Hentikan pertarungan ini !” teriak Sebastian. Luca terlihat kehilangan
konsentrasi saat mendengar suara Sebastian. Akatsuki memanfaatkan kesempatan itu untuk memukul Luca. Dan
berhasil,pukulan itu membuat Luca terpental cukup jauh.
“Luca !” Sebastian
segera menangkap Luca yang terpental. Luca terlihat sangat terkejut dengan
kehadiran Sebastian, tapi ia tak mampu mengucapkan satu kata pun.
“Sebastian ?
Kenapa kau ada di sini ?” tanya Akatsuki tidak percaya.
“Akatsuki aku
mohon hentikan semua ini. Byakuran tidak menginginkan ini semua,” ucap
Sebastian lembut.
“Tidak ! Kau tidak
mengerti perasaanku. Byakuran begitu berharga untukku,” kata Akatsuki perih.
“Kalau begitu, balas dendam saja
padaku.” Ucap Kaname tiba-tiba muncul.
“Tidak Kaname-sama. Aku tahu itu bukan salahmu, itu sebuah kecelakaan.
Dan itu terjadi karena kau ingin melindungiku,” jawab Akatsuki.
“Tidak Akatsuki ! Dia hanya menipumu,” seru Ayanami.
“Ayanami, sadarlah ! Luca –lah yang sudah menipumu. Luca lah yang
seharusnya mati, bukan onii-sama,” seru
Akatsuki.
“Aku tidak peduli,” ucap Ayanami sambil menyerang ke arah Kaname. Namun
kali ini Kaname tidak berniat untuk menghindar.
Tepat di depan mata Kaname, pedang Ayanami tidak bisa menebasnya. Entah
kenapa tangannya tidak bisa bergerak untuk menebas Kaname.
“Perasaan apa ini ? Kenapa tanganku tidak bisa bergerak ?” ucap Ayanami
lirih.
“Itu karena keinginanmu yang sebenarnya bukanlah membunuh Kaname,” ucap
Zero yang tiba-tiba muncul di belakang Kaname.
“Apa maksudmu ?”
“Kau sama seperti Luca. Kau hanya ingin lari dari kesedihan karena
kehilangan orang yang kau cintai. Kau menggunakan dendammu pada Kaname hanya
untuk pelampiasan. Menggunakan dendam untuk menutupi kesedihan,”jawab Zero.
Ayanami terdiam tidak mengerti.
Sementara Zero dan Ayanami sedang berbicara. Akatsuki tidak mau membuang
kesempatan untuk menyerang Luca yang sedang bersama Sebastian. Sebastian hendak
menghalangi namun Luca lebih dulu menjauhkan Sebastian dan menghalangi serangan
Akatsuki dengan tangannya sendri.
“Kau adalah awal dari semua bencana,” ucap Akatsuki penuh amarah.
Tiba-tiba saja Kaname datang dan menghentikan pertarungan Akatsuki vs
Luca.
“Sudah cukup Akatsuki ! Jangan melakukan tindakan sia-sia,” seru Kaname.
“Kenapa kau menghalangiku, Kaname-sama ?” Akatsuki kembali menyerang
Luca tapi lagi-lagi dihalangi oleh Kaname.
“Cih, berhentilah menghalangi jalanku,” ucap Luca menatap sinis Kaname.
“Jangan salah sangka. Aku melakukan ini bukan karenamu, Kalau bukan Zero
yang memintaku sudah sejak ama aku meghabisimu mengingat apa yang sudah kau
lakukan pada Zero,” respon Kaname dingin.
“Cih.”
“Akatsuki,
Kaname benar. Pertarungan ini sia-sia. Sebaiknya kau tenangkan pikiranmu.” Ucap
Sebastian yang sudah kembali di tengah pertarungan.
Akatsuki tidak
menghiraukan perkataan orang di sekitarnya. Saat Akatsuki mengayunkan pedangnya
ke arah Luca, Sebastian dengan cepat menghalangi serangan itu dengan tubuhnya.
Pedang itu pun menebas bahu sebastian hingga darah pun mengalir dari tubuhnya.
“Sebastian !” seru
Luca spontan. “Apa yang kau lakukan Akatsuki ?!” teriak Luca marah.
Akatsuki terlihat
gemetaran setelah melihat Sebastian yang berlumuran darah. Teringat olehnya kejadian saat
Byakuran mati karena pedang Kaname.
“Aku tak apa. Kau
baik-baik saja, Akatsuki ?” Sebastian terlihat sedang menahan sakit di bahunya.
“Maaf...Maafkan
aku. Aku tak bermaksud melukaimu,” suara Akatsuki bergetar takut.
“Tak apa, aku
baik-baik saja. Aku harap kau bisa lebih tenang sekarang,” kata Sebastian
memeluk erat Akatsuki. “Aku tahu perasaanmu, kau pasti terluka atas kematian
Byakuran. Aku juga ikut bersalah karenanya,” lanjut Sebastian.
“Hanya onii-sama yang aku miliki. Hanya dia,”
suara Akatsuki terlihat begitu sedih.
“Jangan bodoh !
Kau tidak sendirian. Aku selalu bersamamu. Ruka, Kaname dan juga Ayanami juga
ada untukmu,” kata Sebastian menatap Akatsuki.
“Aku tahu kau
tidak pernah bisa melupakan Luca,” ucap
Akatsuki tiba-tiba.
Sebastian hanya
tersenyum.
“Aku menganggapmu
lebih dari itu,
kau bukan hanya sahabat ataupun keluarga. Kau adalah belahan dari diriku. Aku
akan merasakan semua rasa sakitmu juga kebahagiaanmu. Jadi jangan pernah bilang
kalau kau sendirian karena aku selalu bersamamu,” kata Sebastian memeluk
Akatsuki.
Beberapa detik
kemudian Sebastian kehilangan kesadarannya.
“Sebastian !”
panggil Akatsuki.
“Dia belum mati,
lebih baik serahkan padaku. Aku harus mengobatinya,” kata Luca.
Akatsuki terlihat
sedikit ragu tapi pada akhirnya dia menyerahkan Sebastian pada Luca.
“Berjanjilah
padaku, kau harus menyelamatkannya,” ucap Akatsuki.
Luca hanya terdiam kemudian
mengangguk singkat. Beberapa saat kemudian ia pergi membawaa Sebastian.
Zero dan Ayanami masih saling bertatapan satu sama lain. Ayanami masih
ragu dengan ucapan Zero. Lari dari kesediahn ? Yang benar saja.
“Kau bilang aku hanya lari dari kesedihan ? Mungkin jika aku membunuhmu,
Kaname akan mengerti kesedihan yang kurasakan.” Ucap Ayanami memberikan
serangan pada Zero.
Untunglah Zero sudah sembuh dari luka nya sehingga ia bisa menghindari
serangan Ayanami dan mengimbanginya dengan mudah.
“Sebaiknya kau hentikan pertarungan sia-sia ini,” seru Zero.
“Aku akan
berhenti ketika aku berhasil membunuhmu,” respon Ayanami tanpa sedikit pun
mengendurkan serangannya.
Tiba-tiba saja
Akatsuki menghentikan serangan Ayanami.
“Apa yang kau
lakukan ?” tanya Ayanami.
Akatsuki hanya
terdiam, menyingkirkan pedangnya kemudia memeluk Ayanami erat.
“Akatsuki ?”
Ayanami tidak mengerti tindakan Akatsuki.
“Aku mohon
hentikan. Aku tak ingin lagi kehilangan orang-orang yang berharga untukku. Kau berharga bagi onii-sama dan juga bagiku,” Akatsuki
mempererat pelukannya. “Aku merasakan kehilangan begitu besar sama sepertimu.
Aku juga merasa marah dan dendam, tapi sekarang aku sadar bahwa semua itu tidak
akan merubah kenyataan. Aku yakin onii-sama tak ingin melihat kita terus
bersedih seperti ini,” lanjut Akatsuki.
Seketika perasaan
Ayanami berubah menjadi begitu damai. Teringat olehnya janji ketika ia akan
menjaga Akatsuki pada Byakuran. Akatsuki masih sama seperti dulu, adik yang ia
sayangi sama seperti Byakuran.
“Ya, aku mengerti. Terima kasih,
Akatsuki,” ucap Byakuran mempererat pelukannya.
Kaname segera menghampiri Zero yang tersenyum melihat akhir yang bahagia
antara Akatsuki dan Ayanami.
“Kau baik-baik saja ?” tanya Kaname.
Zero mengangguk. “Maafkan aku,” tambahnya.
Kaname menatap Zero dengan heran. “Maaf ? untuk apa ?”
“Sejujurnya, dulu ketika kematian Ichiru, aku benar-benar memiliki
dendam padamu. Saat itu aku bertekad untuk benar-benar membunuhmu,” jawab Zero.
“Lalu, apa yang terjadi dendammu ?” tanya Kaname.
Zero tersenyum sambil membisikan sesuatu pada Kaname..
“Your love has overcome my hatred,”
Kaname tersenyum bahagia mendengar ucapan Zero.
“Mulai sekarang aku berjanji akan menghapus semua rasa sakitmu,” Kaname
mendekatkan bibirnya untuk mengecup bibir Zero dengan lembut. Sebuah ciuman
tulus yang menghapus semua rasa sakit.
END
Jangan lupa tinggalkan jejak komentarnya ya ~ Sankyuu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Stop being silent reader and write your comments.......