Selasa, 23 Juli 2013

Love Hatred Will Never End



Judul : Love Hatred will Never End
Cast : Kiryuu Zero, Kuran Kaname,                                Hanabusa Aidou, Kaito
Genre : Romance, Shonen Ai, Fantasy

Sudah sebulan ia tak pernah membunuh satu pun vampire. Semua ini terjadi sejak ia mencicipi manisnya darah dari seorang pureblood vampire.Kuran Kaname. Seolah ambisi dan dendamnya selama ini musnah begitu saja. Tidak ! Ia memang menyukai Kaname, tapi bukan berarti ia tidak membenci vampire.
“Zero ! Awas !!” seru  Kaname membuyarkan semua lamunan Zero dalam sekejap. Sayangnya peringatan Kaname terlambat sekitar satu detik karena penghapus yang dilemparkan Yagari-sensei ssudah mendarat di wajah Zero.

“Ouch !” Zero mengelus elus kepalanya sembari memungut penghapus yang ada di depannya.
“Itu sudah yang ketiga kalinya kau melamun, Kiryuu-kun!” Yagari-sensei memberikan death glare pada Zero yang masih memasang wajah tanpa dosa. “Setelah ini, aku ingin kau menemuiku di ruangan,” lanjut Yagari sensei.
“Baik sensei,” respon Zero datar.
“Zero, kau baik-baik saja ?” Tanya Kaname khawatir.
Zero hanya mengangguk pelan. Ia benci mengakui bahwa rasa khawatir Kaname sedikit mengusik hatinya. Rasa cintanya pada Kaname bercampur dengan rasa bencinya pada vampire benar-benar terasa menyiksa. Terkadang ia sering menyalahkan dirinya sendiri karena bisa jatuh cinta pada seorang pureblood seperti Kaname.
Seusai bel pelajaran Zero mengikuti Yagari-sensei untuk berjalan menuju ruang pribadi Yagari-sensei. Zero sedikit khawatir karena Yagari-sensei adalah satu-satunya guru,selain kepala sekolah,yang mengetahui identitasnya sebagai vampire sekaligus vampire hunter.
“Zero,” Langkah Zero terhenti karena Kaname menarik tangannya dari belakang.
“Kaname, ada apa ?” tanya Zero datar. Ia menunggu selama beberapa detik untuk meminta jawaban tapi Kaname hanya diam tanpa kata. Kaname justru menatapnya dengan tatapan khawatir.
“Kaname, aku harus menemui Yagari-sensei,” lanjut Zero berusaha melepaskan tangannya dari Kaname.
Sial, ada apa dengan tatapan itu ? Hanya sebuah tatapan dari Kaname membuat hatinya terusik. Jadi inikah yang disebut cinta ? Benar-benar merepotkan.
Sementara Kaname masih tak bisa mengalihkan pandangannya dari Zero. Rasa khawatir apa ini ? Kaname sungguh tak mengerti. Rasa khawatir yang tak beralasan biasanya jauh lebih berbahaya dari apapun. Sial. Ia sudah bertekad tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada Zero. Ya, apapun yang terjadi.
@@@
“Kaname...apa yang dipikirkannya ?” gumam Zero pada dirinya sendiri. Ah sial ! Jika pikirannya sudah dipenuhi dengan Kaname membuatnya tak bisa berkonsentrasi pada apapun. Lagi-lagi Zero hanya bisa mengeluh tentang kebodohan dirinya sendiri.
“Kiryuu-kun ! Kiryuu Zero !!” lagi-lagi Yagari-sensei harus menaikkan nada suaranya untuk membuat Zero sadar dari lamunannya. Tiba-tiba Yagari-sensei melempar sebuah belati ke arah Zero untuk menyerangnya. Dengan segera Zero menghindarinya dan berbalik mengarahkan bloody rose miliknya pada Yagari-sensei.
“Sensei,ada apa ini ?” tanya Zero dingin.
“Kiryuu-kun, aku senang konsentrasimu kembali ketika kau sedang berada dalam bahaya.” Jawab Yagari-sensei tersenyum singkat. “Tapi barusan responmu sedikit terlambat karena pikiranmu terganggu pada suatu hal,” lanjut Yagari-sensei melirik pundak kanan Zero yang ternyata terluka akibat serangan belati miliknya.
Zero menurunkan senjatanya dan tetap waspada menatap Yagari-sensei. Harus ia akui bahwa apa yang dikatakan Yagari-sensei itu adalah benar. Sejak ia mulai merasakan darah Kaname entah kenapa ia tak ingin memikirkan apapun selain Kaname.
“Kiryuu-kun, aku harap apa yang mengganggu pikiranmu bisa segera kau atasi karena hal itu akan membahayakanmu sebagai seorang hunter. Apa kau sudah lupa pada sumpahmu dulu ketika kau memohon padaku untuk mengizinkanmu menjadi seorang hunter ?” tanya Yagari sensei dingin.
“Tidak, saya tidak melupakannya,” jawab Zero lirih. Ya, ia memang tidak lupa pada sumpahnya dahulu. Sumpah yang ia katakan setelah berhasil membunuh vampire pertamanya.
@@@
FLASHBACK
“Kyaa..tolong!!!” Sebuah teriakan yang sangat keras segera membuat Zero terbangun dari lamunannya. Dengan segera segera beranjak dari bangku tempatnya duduk dan berlari menuju lorong gelap di ujung sekolah.
Mata ruby yang bersinar di bawah kegelapan.Aura kgelapan yang menyelimuti. Taring seputih mutiara. Vampire !
“Hentikan !” Zero segera mendorong tubuh vampire misterius yang sedang mnyerang seorang gadis. Gadis itu terlihat ketakutan dan tak berdaya meskipun Zero tahu bahwa fisiknya baik-baik saja.
“Cepat pergi !” teriak Zero pada gadis itu. Tanpa banyak bertanya gadis itu segera berlari meninggalkan Zero dan vampire ganas ini sendirian.
Melihat mangsanya telah pergi vampire itu segera mendorong Zero dengan kasar.” Kau membiarkan mangsaku kabur, sebagai gantinya aku akan membunuhmu dan menghisap darahmu sampai kering !” seru vampire itu marah. Vampire itu segera menyerang Zero dengan kecepatan tinggi. Zero tidak terlalu sulit mengimbangi serangan vampire itu dan ia segera menggunakan satu kesempatan untuk menyerang balik.
Zero berhasil mencengkram leher si vampire dengan tangannya yang dingin. Ia memberikan sebuah senyuman sadis dan memamerkan mata ruby yang sama dengan si vampire sehingga membuat si vampire terbelalak melihatnya.
“Kau ? Bukankah kau-“ Zero memperkuat cengkramannya untuk mencegah si vampire berbicara lebih banyak.
“Terkejut, vampire ? Ya benar, aku sama sepertimu, tapi sayang sekali aku tidak berada di pihakmu,” ucap Zero dingin. Sambil memamerkan taringnya yang menggoda Zero menusukkan belati di jantung si vampire untuk menghabisinya.
Zero menatap mayat vampire itu dengan sangat puas. Beban dan rasa sakit yang selama ini dirasakannya sedikit berkurang setelah melihat mayat vampire itu di depan matanya. Perasaan apa ini ? Pembalasan dendam ? Rasanya tidaklah buruk....
“Tidak kusangka, ada vampire yang membunuh sesamanya dengan sangat puas,” ucap seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik kegelapan. Ia mengarahkan pistolnya pada Zero seolah memberi tanda agar Zero tidak melakukan perlawanan.
“Siapa kau ?” tanya Zero tenang seolah tidak terpengaruh dengan senjata yang diarahkan padanya.
“Aku ? Aku hanya seorang hunter yang telah kehilangan mangsanya,” jawab seorang pria yang muncul dari balik bayangan itu. “Kenapa kau membunuh bangsamu sendiri,vampire ? Apa para vampire sedang memiliki masalah politik ?” tanya pria itu dengan sinis.
“Karena aku membenci vampire.” jawab Zero dingin.
“Padahal kau sendiri....”
“Aku tidak peduli. Mereka sudah membuatku menderita. Dan baru saja aku menemukan cara untuk mengobati rasa sakit hatiku,” Zero berkata sambil memandang mayat vampire itu dengan sangat puas.
“Menarik sekali. Seorang vampire mungkin bisa menjadi vampire hunter,” ucap si pria misterius itu sambil menurunkan senjatanya kemudian mendekati Zero secara perlahan.
“Aku Toga Yagari, seorang vampire hunter. Aku memburu para vampire bodoh yang menyerang para manusia dan membunuhnya,” jawab s pria yang bernama Yagari. “Jadi, apa kau tertarik menjadi vampire hunter, vampire muda ?”
“Vampire hunter ? Ayo kita buktikan,” Zero segera menyerang pria itu dengan cepat, Ia berusaha melukai si pria itu menggunakan cakarnya yang tajam. Namun di luar dugaan, pria itu bisa membaca semua serangan Zero kemudian memberikan dua tembakan untuk melukai kedua punggung Zero.
“Kau percaya sekarang ? Aku bukan orang sembarangan, vampire amatiran,” ejek pria itu.
“Aku Kiryuu Zero. Tolong jadikan aku muridmu, Yagari-sensei,” ucap Zero sambil menundukan kepalanya untuk memberi hormat. Untuk membunuh para vampire, menjadi vampire hunter adalah profesi yang sangat tepat. Dan dia membutuhkan guru untuk membuatnya lebih kuat.
“Menarik sekali, Aku biasanya membunuh para vampire dan bukannya menjadikannya sebagai muridku. Kaito pasti akan sangat terkejut bila mendapatkan partner seorang vampire,” ucap Yagari-sensei.
“Sensei, meskipun aku seorang vampire, aku berjanji akan tetap memburu semua vampire tanpa terkecuali tanpa ragu. Aku tak akan membiarkan apapun menghalangi hasratku untuk membalas dendam. Terutama vampire –vampire yang berurusan langsung denganku di masa lalu,” Zero berkata dengan sangat yakin bersamaan dengan emosi jiwa yang membara.
“Baiklah Kiryuu, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberimu identitas baru sebagai murid di Cross Academy dan juga memperkenalkanmu pada partner barumu,” Yagari sensei memberi tanda agar Zero mengikutinya.
Zero mengikutinya dengan membulatkan tekad untuk membalas dendam. Ya dendam untuk para vampire.
FLASHBACK END
@@@
Zero keluar dari ruangan Yagari-sensei dengan lemas. Ia bimbang dengan pergelutan yang terjadi di dalam hatinya sendiri. Perasaannya di masa lalu dan masa sekarang sudah berbeda. Rasa sakit,dendam dan kebenciannya pada vampire tak lagi berapi-api seperti dulu. Ia tak pernah bisa mempercayai vampire, tapi sekarang.. Ia mencintai seorang pureblood vampire. Sial !!!
Matahari mulai tenggelam dan kegelapan mulai datang. Ia tidak punya pilihan, Yagari-sensei sudah memintanya untuk menjadi seorang hunter profesional. Dan ia sudah berjanji tidak akan membiarkan apapun mengganggunya. Setidaknya ia harus menepati janjinya untuk saat ini,ya saat ini.
“Zero !! Kau baik-baik saja ?”teriak seseorang yang tak lain adalah Kaname. Ia segera menyentuh bahu kanan Zero dan menatapnya tajam. “Aku mencium bau darahmu barusan, apa yang terjadi ?” tanya Kaname tajam.
Zero sedikit bersyukur karena selama ini ia meminum darah Kaname, kemampuan healing-nya sebagai seorang vampire sudah kembali normal. Luka dari Yagari-sensei sudah sembuh beberapa menit yang lalu sehingga ia tak perlu menjelaskan banyak hal pada Kaname. Ia hanya menyingkirkan tangan Kaname dari bahunya kemudian menatap mata Kaname dengan tatapan bersalah.
“Kaname, aku...” Zero tidak melanjutkan ucapannya, ia justru mendekatkan tubuhnya kemudian menarik Kaname dalam pelukannya. Ia tak mau Kaname melihat ekspresi sedihnya.
“Zero,minum darahku !” perintah Kaname tiba-tiba.
“Tapi...”
“Lakukan saja,” potong Kaname.
Zero menatap leher Kaname yang sangat menggoda. Aroma Kaname yang begitu wangi semakin membuatnya tak bisa menahan diri. Entah kenapa tidak ada keraguan papun jika sudah berhubungan Kaname. Dengan perlahan Zero menancapkan taringnya dan menghisap manisnya darah Kaname dengan perlahan. Setiap tetes darah Kaname benar-benar mengisi kekosongan di dalam dirinya. Tidak itu bukan karena darah Kaname, tapi dari rasa cinta yang begitu besar padanya. Perasaan cinta Kaname mengisi kekosongan dan menghapus dendam di dalam diri Zero.
“Kaname, aku ingin bertanya satu hal,” Zero menarik dirinya dari Kaname dan menatap Kaname serius. “Apa Yagari-sensei dan kepala sekolah mengetahui bahwa kau adalah seorang pureblood vampire ?”
“Tidak, seorang pureblood bisa menekan kekuatannya untuk menutupi identitasnya,” jawab Kaname.
“Apa ? Bagaimana jika mereka sampai mengetahui identitasmu yang sebenarnya ?”tanya Zero tak percaya.
“Entahlah, apa itu penting ?” respon Kaname cuek.
“Kaname, Sebenarnya aku ...” Zero menghentikan ucapannya karena ragu apakah Kaname mengetahui identitasnya sebgai seorang hunter. Dan seorang hunter dilarang memiliki hubungan apapun dengan vampire, terlebih seorang pureblood.
“Ada apa Zero ?” tanya Kaname penasaran.
Zero tidak mengatakan apapun. Matanya justru menatap tajam sosok yang sedang berdiri mengarahkan pistol kepada Kaname. Sosok yang tak asing bagi Zero.
Zero segera menarik Kaname dan memutar posisinya untuk melindungi Kaname. Zero berhasil meindungi Kaname namun ia gagal melindungi bahu kirinya dari serangan peluru.
“Zero !” Kaname segera menahan Zero yang terluka karena sebuah peluru.
Ia melepaskan kekuatan pureblood nya untuk memberi peringatan pada sesosok laki-laki muda yang keluar dari balik pohon. Seorang lelaki muda yang tampan, mata coklatnya terlihat cukup berbahaya. Rambut coklatnya terlihat serasi dengan jas coklat panjang yang ia kenakan. Sebuah pistol dan perlengkapan senjata lainnya menandakan bahwa ia bukan lelaki biasa.
“Zero, apa yang sedang kau lakukan ? Melindungi seorang pureblood ?” tanya lelaki itu santai.
“Diamlah Kaito, ini bukan urusanmu,” jawab Zero tajam.
“Tentu saja ini menjadi urusanku, karena kau adalah partnerku,” respon Kaito.
“Diamlah Kaito, sebaiknya kau pergi. Aku akan menyelesaikan urusanku dengannya, kau jangan ikut campur !” Nada suara Zero terdengar mengancam. Ia tak ingin Kaito membicarakan hal-hal yang tidak perlu di dengar oleh Kaname.
“Tunggu dulu, siapa kau ? Kenapa melukai Zero ?” tanya Kaname. Selain nada suaranya yang berbahaya, kekuatan di sekitar Kaname terasa lebih berbahaya sehingga membuat Kaito kembali mengarahkan pistolnya pada Kaname.
“Bukankah sudah kukatakan bahwa aku adalah partner dari Zero. Dan juga sebenarnya aku tak bermaksud melukai partnerku sendiri, seharusnya peluru tadi mendarat di jantungmu,vampire, “  jawab Kaito dingin. “Lagipula untuk apa seorang pureblood sepertimu harus peduli pada partnerku ?” tanya Kaito.
“Tentu saja aku peduli karena aku adalah....”
“Kaito ! Aku memiliki urusan pribadi dengan pureblood ini. Karena...dia adalah pureblood yang sudah mengubahku menjadi vampire,” Zero menatap Kaname sejenak untuk memberi jeda. “Jika kau sampai melukainya atau membunuhnya aku tak akan memaafkanmu karena satu-satunya orang yang boleh membunuhnya hanyalah aku,” jawab Zero kembali menatap Kaname yang terlihat terkejut dengan ucapan Zero.
“Hoo... begitukah ? Baiklah, bagaimana kalau kita pergi partner ? Kudengar sudah seminggu kau tidak memburu vampire,” respon Kaito terdengar senang mendengar ucapan Zero.
“Tunggu Zero ! Apa maksudmu ?” tanya Kaname berusaha untuk terdengar tenang.
Zero menyingkirkan tangan Kaname yang menahan tubuhnya. Ia berusaha berdiri kemudian menatap Kaname dengan tatapan tak derfinisi. Ia menghela nafas sejenak kemudian mengambil langkah pertama untuk menjauhi Kaname.
“Maafkan aku Kaname, tapi aku tak bisa berhenti membenci vampire. Pada pertemuan berikutnya aku pasti akan membunuhmu, karena itu adalah tugasmu sebagai seorang vampire hunter,” ujar Zero sedingin es. “Ayo pergi, Kaito.” Lanjut Zero berjalan pergi meninggalkan Kaname.
“Kau dengar itu, pureblood ? Jika kau tidak ingin mati sebaiknya kau menjauhi partnerku, “ ucap Kaito memberikan sebuah senyum kemenangan sembari berjalan pergi mengikuti Zero.
“Zero, apa yang terjadi denganmu ?” ucap Kaname lirih. Sekarang rasa khawatir Kaname sudah terjawab. Inikah hal buruk di balik perasaan khawatirnya selama ini ? Apa Zero benar-benar meninggalkannya begitu saja ? Tidak, itu tidak mungkin.
“Zero, aku tidak akan melepasmu begitu saja. Aku pasti akan mendapatkanmu kembali,” ucap Kaname penuh tekad.

@@@

Masih mau lanjut ?
Comments
1 Comments

1 komentar:

Stop being silent reader and write your comments.......