Judul : Love Hatred will Never End
Cast : Kiryuu Zero, Kuran Kaname, Hanabusa Aidou, Kaito
Genre : Romance, Shonen Ai, Fantasy
Sudah sebulan ia tak pernah
membunuh satu pun vampire. Semua ini terjadi sejak ia mencicipi manisnya darah
dari seorang pureblood vampire.Kuran Kaname. Seolah ambisi dan dendamnya selama
ini musnah begitu saja. Tidak ! Ia memang menyukai Kaname, tapi bukan berarti
ia tidak membenci vampire.
“Zero ! Awas !!” seru Kaname membuyarkan semua lamunan
Zero dalam sekejap. Sayangnya peringatan Kaname terlambat sekitar satu detik
karena penghapus yang dilemparkan Yagari-sensei ssudah mendarat di wajah Zero.
“Ouch !” Zero mengelus elus
kepalanya sembari memungut penghapus yang ada di depannya.
“Itu sudah yang ketiga
kalinya kau melamun, Kiryuu-kun!” Yagari-sensei memberikan death glare pada Zero yang masih memasang wajah
tanpa dosa. “Setelah ini, aku ingin kau menemuiku di ruangan,” lanjut Yagari
sensei.
“Baik sensei,” respon Zero
datar.
“Zero, kau baik-baik saja ?”
Tanya Kaname khawatir.
Zero hanya mengangguk pelan.
Ia benci mengakui bahwa rasa khawatir Kaname sedikit mengusik hatinya. Rasa
cintanya pada Kaname bercampur dengan rasa bencinya pada vampire benar-benar
terasa menyiksa. Terkadang ia sering menyalahkan dirinya sendiri karena bisa
jatuh cinta pada seorang pureblood seperti Kaname.
Seusai bel pelajaran Zero
mengikuti Yagari-sensei untuk berjalan menuju ruang pribadi Yagari-sensei. Zero
sedikit khawatir karena Yagari-sensei adalah satu-satunya guru,selain kepala
sekolah,yang mengetahui identitasnya sebagai vampire sekaligus vampire hunter.
“Zero,” Langkah Zero terhenti
karena Kaname menarik tangannya dari belakang.
“Kaname, ada apa ?” tanya
Zero datar. Ia menunggu selama beberapa detik untuk meminta jawaban tapi Kaname
hanya diam tanpa kata. Kaname justru menatapnya dengan tatapan khawatir.
“Kaname, aku harus menemui
Yagari-sensei,” lanjut Zero berusaha melepaskan tangannya dari Kaname.
Sial, ada apa
dengan tatapan itu ? Hanya sebuah tatapan dari Kaname membuat hatinya terusik.
Jadi inikah yang disebut cinta ? Benar-benar merepotkan.
Sementara Kaname masih tak
bisa mengalihkan pandangannya dari Zero. Rasa khawatir apa ini ? Kaname sungguh
tak mengerti. Rasa khawatir yang tak beralasan biasanya jauh lebih berbahaya
dari apapun. Sial. Ia sudah bertekad tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada
Zero. Ya, apapun yang terjadi.
@@@
“Kaname...apa yang
dipikirkannya ?” gumam Zero pada dirinya sendiri. Ah sial ! Jika pikirannya
sudah dipenuhi dengan Kaname membuatnya tak bisa berkonsentrasi pada apapun.
Lagi-lagi Zero hanya bisa mengeluh tentang kebodohan dirinya sendiri.
“Kiryuu-kun ! Kiryuu Zero !!”
lagi-lagi Yagari-sensei harus menaikkan nada suaranya untuk membuat Zero sadar
dari lamunannya. Tiba-tiba Yagari-sensei melempar sebuah belati ke arah Zero
untuk menyerangnya. Dengan segera Zero menghindarinya dan berbalik mengarahkan bloody rose miliknya pada Yagari-sensei.
“Sensei,ada apa ini ?” tanya
Zero dingin.
“Kiryuu-kun, aku senang
konsentrasimu kembali ketika kau sedang berada dalam bahaya.” Jawab
Yagari-sensei tersenyum singkat. “Tapi barusan responmu sedikit terlambat
karena pikiranmu terganggu pada suatu hal,” lanjut Yagari-sensei melirik pundak
kanan Zero yang ternyata terluka akibat serangan belati miliknya.
Zero menurunkan senjatanya
dan tetap waspada menatap Yagari-sensei. Harus ia akui bahwa apa yang dikatakan
Yagari-sensei itu adalah benar. Sejak ia mulai merasakan darah Kaname entah
kenapa ia tak ingin memikirkan apapun selain Kaname.
“Kiryuu-kun, aku harap apa
yang mengganggu pikiranmu bisa segera kau atasi karena hal itu akan
membahayakanmu sebagai seorang hunter. Apa kau sudah lupa pada sumpahmu dulu
ketika kau memohon padaku untuk mengizinkanmu menjadi seorang hunter ?” tanya
Yagari sensei dingin.
“Tidak, saya tidak
melupakannya,” jawab Zero lirih. Ya, ia memang tidak lupa pada sumpahnya
dahulu. Sumpah yang ia katakan setelah berhasil membunuh vampire pertamanya.
@@@
FLASHBACK
“Kyaa..tolong!!!”
Sebuah teriakan yang sangat keras segera membuat Zero terbangun dari
lamunannya. Dengan segera segera beranjak dari bangku tempatnya duduk dan
berlari menuju lorong gelap di ujung sekolah.
Mata ruby yang
bersinar di bawah kegelapan.Aura kgelapan yang menyelimuti. Taring seputih
mutiara. Vampire !
“Hentikan !”
Zero segera mendorong tubuh vampire misterius yang sedang mnyerang seorang
gadis. Gadis itu terlihat ketakutan dan tak berdaya meskipun Zero tahu bahwa
fisiknya baik-baik saja.
“Cepat pergi !”
teriak Zero pada gadis itu. Tanpa banyak bertanya gadis itu segera berlari
meninggalkan Zero dan vampire ganas ini sendirian.
Melihat
mangsanya telah pergi vampire itu segera mendorong Zero dengan kasar.” Kau
membiarkan mangsaku kabur, sebagai gantinya aku akan membunuhmu dan menghisap
darahmu sampai kering !” seru vampire itu marah. Vampire itu segera menyerang
Zero dengan kecepatan tinggi. Zero tidak terlalu sulit mengimbangi serangan vampire
itu dan ia segera menggunakan satu kesempatan untuk menyerang balik.
Zero berhasil
mencengkram leher si vampire dengan tangannya yang dingin. Ia memberikan sebuah
senyuman sadis dan memamerkan mata ruby yang sama dengan si vampire sehingga
membuat si vampire terbelalak melihatnya.
“Kau ? Bukankah
kau-“ Zero memperkuat cengkramannya untuk mencegah si vampire berbicara lebih
banyak.
“Terkejut,
vampire ? Ya benar, aku sama sepertimu, tapi sayang sekali aku tidak berada di
pihakmu,” ucap Zero dingin. Sambil memamerkan taringnya yang menggoda Zero
menusukkan belati di jantung si vampire untuk menghabisinya.
Zero menatap
mayat vampire itu dengan sangat puas. Beban dan rasa sakit yang selama ini
dirasakannya sedikit berkurang setelah melihat mayat vampire itu di depan
matanya. Perasaan apa ini ? Pembalasan dendam ? Rasanya tidaklah buruk....
“Tidak
kusangka, ada vampire yang membunuh sesamanya dengan sangat puas,” ucap
seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik kegelapan. Ia mengarahkan pistolnya
pada Zero seolah memberi tanda agar Zero tidak melakukan perlawanan.
“Siapa kau ?”
tanya Zero tenang seolah tidak terpengaruh dengan senjata yang diarahkan padanya.
“Aku ? Aku
hanya seorang hunter yang telah kehilangan mangsanya,” jawab seorang pria yang
muncul dari balik bayangan itu. “Kenapa kau membunuh bangsamu sendiri,vampire ?
Apa para vampire sedang memiliki masalah politik ?” tanya pria itu dengan sinis.
“Karena aku
membenci vampire.” jawab Zero dingin.
“Padahal kau
sendiri....”
“Aku tidak
peduli. Mereka sudah membuatku menderita. Dan baru saja aku menemukan cara
untuk mengobati rasa sakit hatiku,” Zero berkata sambil memandang mayat vampire
itu dengan sangat puas.
“Menarik
sekali. Seorang vampire mungkin bisa menjadi vampire hunter,” ucap si pria
misterius itu sambil menurunkan senjatanya kemudian mendekati Zero secara
perlahan.
“Aku Toga
Yagari, seorang vampire hunter. Aku memburu para vampire bodoh yang menyerang
para manusia dan membunuhnya,” jawab s pria yang bernama Yagari. “Jadi, apa kau
tertarik menjadi vampire hunter, vampire muda ?”
“Vampire hunter
? Ayo kita buktikan,” Zero segera menyerang pria itu dengan cepat, Ia berusaha
melukai si pria itu menggunakan cakarnya yang tajam. Namun di luar dugaan, pria
itu bisa membaca semua serangan Zero kemudian memberikan dua tembakan untuk
melukai kedua punggung Zero.
“Kau percaya
sekarang ? Aku bukan orang sembarangan, vampire amatiran,” ejek pria itu.
“Aku Kiryuu
Zero. Tolong jadikan aku muridmu, Yagari-sensei,” ucap Zero sambil menundukan
kepalanya untuk memberi hormat. Untuk membunuh para vampire, menjadi vampire
hunter adalah profesi yang sangat tepat. Dan dia membutuhkan guru untuk
membuatnya lebih kuat.
“Menarik
sekali, Aku biasanya membunuh para vampire dan bukannya menjadikannya sebagai
muridku. Kaito pasti akan sangat terkejut bila mendapatkan partner seorang
vampire,” ucap Yagari-sensei.
“Sensei,
meskipun aku seorang vampire, aku berjanji akan tetap memburu semua vampire
tanpa terkecuali tanpa ragu. Aku tak akan membiarkan apapun menghalangi
hasratku untuk membalas dendam. Terutama vampire –vampire yang berurusan
langsung denganku di masa lalu,” Zero berkata dengan sangat yakin bersamaan
dengan emosi jiwa yang membara.
“Baiklah
Kiryuu, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberimu identitas baru
sebagai murid di Cross Academy dan juga memperkenalkanmu pada partner barumu,”
Yagari sensei memberi tanda agar Zero mengikutinya.
Zero
mengikutinya dengan membulatkan tekad untuk membalas dendam. Ya dendam untuk
para vampire.
FLASHBACK END
@@@
Zero keluar dari ruangan
Yagari-sensei dengan lemas. Ia bimbang dengan pergelutan yang terjadi di dalam
hatinya sendiri. Perasaannya di masa lalu dan masa sekarang sudah berbeda. Rasa
sakit,dendam dan kebenciannya pada vampire tak lagi berapi-api seperti dulu. Ia
tak pernah bisa mempercayai vampire, tapi sekarang.. Ia mencintai seorang
pureblood vampire. Sial !!!
Matahari mulai tenggelam dan
kegelapan mulai datang. Ia tidak punya pilihan, Yagari-sensei sudah memintanya
untuk menjadi seorang hunter profesional. Dan ia sudah berjanji tidak akan
membiarkan apapun mengganggunya. Setidaknya ia harus menepati janjinya untuk
saat ini,ya saat ini.
“Zero !! Kau baik-baik saja
?”teriak seseorang yang tak lain adalah Kaname. Ia segera menyentuh bahu kanan
Zero dan menatapnya tajam. “Aku mencium bau darahmu barusan, apa yang terjadi
?” tanya Kaname tajam.
Zero sedikit bersyukur karena
selama ini ia meminum darah Kaname, kemampuan healing-nya sebagai seorang
vampire sudah kembali normal. Luka dari Yagari-sensei sudah sembuh beberapa
menit yang lalu sehingga ia tak perlu menjelaskan banyak hal pada Kaname. Ia
hanya menyingkirkan tangan Kaname dari bahunya kemudian menatap mata Kaname
dengan tatapan bersalah.
“Kaname, aku...” Zero tidak
melanjutkan ucapannya, ia justru mendekatkan tubuhnya kemudian menarik Kaname
dalam pelukannya. Ia tak mau Kaname melihat ekspresi sedihnya.
“Zero,minum darahku !”
perintah Kaname tiba-tiba.
“Tapi...”
“Lakukan saja,” potong
Kaname.
Zero menatap leher Kaname
yang sangat menggoda. Aroma Kaname yang begitu wangi semakin membuatnya tak
bisa menahan diri. Entah kenapa tidak ada keraguan papun jika sudah berhubungan
Kaname. Dengan perlahan Zero menancapkan taringnya dan menghisap manisnya darah
Kaname dengan perlahan. Setiap tetes darah Kaname benar-benar mengisi
kekosongan di dalam dirinya. Tidak itu bukan karena darah Kaname, tapi dari
rasa cinta yang begitu besar padanya. Perasaan cinta Kaname mengisi kekosongan
dan menghapus dendam di dalam diri Zero.
“Kaname, aku ingin bertanya
satu hal,” Zero menarik dirinya dari Kaname dan menatap Kaname serius. “Apa
Yagari-sensei dan kepala sekolah mengetahui bahwa kau adalah seorang pureblood
vampire ?”
“Tidak, seorang pureblood bisa
menekan kekuatannya untuk menutupi identitasnya,” jawab Kaname.
“Apa ? Bagaimana jika mereka
sampai mengetahui identitasmu yang sebenarnya ?”tanya Zero tak percaya.
“Entahlah, apa itu penting ?”
respon Kaname cuek.
“Kaname, Sebenarnya aku ...”
Zero menghentikan ucapannya karena ragu apakah Kaname mengetahui identitasnya
sebgai seorang hunter. Dan seorang hunter dilarang memiliki hubungan apapun
dengan vampire, terlebih seorang pureblood.
“Ada apa Zero ?” tanya Kaname
penasaran.
Zero tidak mengatakan apapun.
Matanya justru menatap tajam sosok yang sedang berdiri mengarahkan pistol
kepada Kaname. Sosok yang tak asing bagi Zero.
Zero segera menarik Kaname
dan memutar posisinya untuk melindungi Kaname. Zero berhasil meindungi Kaname
namun ia gagal melindungi bahu kirinya dari serangan peluru.
“Zero !” Kaname segera
menahan Zero yang terluka karena sebuah peluru.
Ia melepaskan kekuatan
pureblood nya untuk memberi peringatan pada sesosok laki-laki muda yang keluar
dari balik pohon. Seorang lelaki muda yang tampan, mata coklatnya terlihat
cukup berbahaya. Rambut coklatnya terlihat serasi dengan jas coklat panjang
yang ia kenakan. Sebuah pistol dan perlengkapan senjata lainnya menandakan
bahwa ia bukan lelaki biasa.
“Zero, apa yang sedang kau
lakukan ? Melindungi seorang pureblood ?” tanya lelaki itu santai.
“Diamlah Kaito, ini bukan
urusanmu,” jawab Zero tajam.
“Tentu saja ini menjadi
urusanku, karena kau adalah partnerku,” respon Kaito.
“Diamlah Kaito, sebaiknya kau
pergi. Aku akan menyelesaikan urusanku dengannya, kau jangan ikut campur !”
Nada suara Zero terdengar mengancam. Ia tak ingin Kaito membicarakan hal-hal
yang tidak perlu di dengar oleh Kaname.
“Tunggu dulu, siapa kau ?
Kenapa melukai Zero ?” tanya Kaname. Selain nada suaranya yang berbahaya,
kekuatan di sekitar Kaname terasa lebih berbahaya sehingga membuat Kaito
kembali mengarahkan pistolnya pada Kaname.
“Bukankah sudah kukatakan
bahwa aku adalah partner dari Zero. Dan juga sebenarnya aku tak bermaksud
melukai partnerku sendiri, seharusnya peluru tadi mendarat di
jantungmu,vampire, “ jawab Kaito dingin.
“Lagipula untuk apa seorang pureblood sepertimu harus peduli pada partnerku ?”
tanya Kaito.
“Tentu saja aku peduli karena
aku adalah....”
“Kaito ! Aku memiliki urusan
pribadi dengan pureblood ini. Karena...dia adalah pureblood yang sudah
mengubahku menjadi vampire,” Zero menatap Kaname sejenak untuk memberi jeda.
“Jika kau sampai melukainya atau membunuhnya aku tak akan memaafkanmu karena
satu-satunya orang yang boleh membunuhnya hanyalah aku,” jawab Zero kembali
menatap Kaname yang terlihat terkejut dengan ucapan Zero.
“Hoo... begitukah ? Baiklah,
bagaimana kalau kita pergi partner ? Kudengar sudah seminggu kau tidak memburu
vampire,” respon Kaito terdengar senang mendengar ucapan Zero.
“Tunggu Zero ! Apa maksudmu
?” tanya Kaname berusaha untuk terdengar tenang.
Zero menyingkirkan tangan
Kaname yang menahan tubuhnya. Ia berusaha berdiri kemudian menatap Kaname
dengan tatapan tak derfinisi. Ia menghela nafas sejenak kemudian mengambil
langkah pertama untuk menjauhi Kaname.
“Maafkan aku Kaname, tapi aku
tak bisa berhenti membenci vampire. Pada pertemuan berikutnya aku pasti akan
membunuhmu, karena itu adalah tugasmu sebagai seorang vampire hunter,” ujar
Zero sedingin es. “Ayo pergi, Kaito.” Lanjut Zero berjalan pergi meninggalkan
Kaname.
“Kau dengar itu, pureblood ?
Jika kau tidak ingin mati sebaiknya kau menjauhi partnerku, “ ucap Kaito
memberikan sebuah senyum kemenangan sembari berjalan pergi mengikuti Zero.
“Zero, apa yang terjadi
denganmu ?” ucap Kaname lirih. Sekarang rasa khawatir Kaname sudah terjawab.
Inikah hal buruk di balik perasaan khawatirnya selama ini ? Apa Zero
benar-benar meninggalkannya begitu saja ? Tidak, itu tidak mungkin.
“Zero, aku tidak akan
melepasmu begitu saja. Aku pasti akan mendapatkanmu kembali,” ucap Kaname penuh
tekad.
@@@
Masih mau lanjut ?
of course, lanjutkan !
BalasHapus