Minggu, 22 Desember 2013

One Day in The Past (KHR Fanfiction) chapter 1


Ciaosu ! Yo minna ! Kali ini saya kembali dengan fanfiction kombinasi bersama Nakahara Atsuko ! Okeh, fanfic kali ini masih tergolong aneh, tapi jika anda sekalian adalah penggemar KHR mungkin FF ini bisa jadi pelepas rindu buat anda sekalian.
Judul               : One day in the Past
Genre               :Comedy, Romance, Adventure,Action,SHONEN AI
Pairing              : D18, 0027,8059, 6926 (Hint : G27,6918,1827)
Rate                 : T (yang masih anak-anak jangan baca)


CHAPTER 1
Tsuna berlari dengan sekuat tenaga. Dari kejauhan terlihat pintu gerbang Namimori Middle school yang masih setengah terbuka.  Tsuna menambah kecepatannya. Semakin dekat dengan gerbang dia melihat sosok yang sangat tidak ingin dia lihat, yah setidaknya untuk hari ini saja.
Hibari sedang berjalan menuju gerbang sambil melihat jam tangannya. Melihat kearah Tsuna dan dengan tatapan dingin Hibari melangkah semakin dekat ke arah gerbang.
“Matte Hibari-san !” Tsuna berteriak dan meloncat ke arah gerbang. Tapi tentu saja Hibari selalu lebih cepat dibandingkan Tsuna jika sedang dalam keadaan normal seperti ini. Tsuna membentur gerbang yang kini sudah tertutup.
“Dame dame Tsuna. Seberapa kuat pun kau di pertarungan, kau tetaplah No Good Tsuna yang dulu. Lihat saja dirimu, terlambat bahkan di hari terakhir kau bersekolah di Namimori Middle School.” Reborn tiba-tiba melompat dari atas pohon. Dia selalu saja muncul dari tempat yang tidak terduga.
“Reborn! Ini semua salahmu. Kenapa kau tidak bangunkan aku pagi ini!” Protes Tsuna sambil mengelus kepalanya yang sakit. Jika saja Reborn tidak memaksanya untuk latihan tengah malam, Tsuna pasti tidak akan terlambat bangun untuk pergi ke acara kelulusannya sendiri.
“Hibari-san aku mohon buka gerbangnya untuk kali ini saja.” Tsuna memohon pada Hibari yang hendak menuju aula. Dengan memberikan Death glare pada Tsuna sudah cukup membuat anak itu membeku menjadi batu.
“Aku rasa itu artinya tidak.” Tsuna menghela nafas panjang. Dia hanya bisa melihat Hibari perlahan menghilang dari pandangannya diikuti dengan Reborn.
“Tidak, tidak boleh begini. Ini hari terakhirku sebagai murid di sekolah ini, jadi apapun yang terjadi aku harus bisa masuk melewati gerbang ini.” Dengan tekad yang membara Tsuna mulai mencari celah kosong dimana dia dapat menyusup melewati tembok pembatas antara dunia luar dengan Namimori.
Sesekali melihat ke kanan kiri dan belakang Tsuna dengan mengendap-endap mendekati tembok bagian barat Namimori. Dengan hyper Intuition yang dimilikinya, Tsuna merasa dia bisa masuk dari lokasi ini. Tsuna memanjat tembok yang tingginya hampir dua meter itu dengan susah payah. Saat dia sudah berada di atas tembok Tsuna berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Setelah nafasnya mulai teratur Tsuna bersiap untuk turun ke sisi yang lainnya. Tsuna melompat dengan mantap dan mendarat cukup sukses dengan kakinya. Tapi tunggu dulu. Ada sesuatu yang dirasakannya janggal. Tsuna mulai sadar dimana dia mendarat. Di atas sebuah pegas raksasa yang siap untuk melemparnya ke angkasa.
“Eh, tunggu…tunggu…Gyaaa!” Tsuna terlempar ke atas tinggi sekali. Dengan sudut yang pas dan perhitungan yang jeli, Tsuna meluncur ke atas gedung aula dimana sedang ada upacara kelulusannya.
“Gyaaa!!!!” Tsuna berteriak histeris. Memasuki sebuah lubang di atap gedung Tsuna mendarat di jaring yang berada di atas panggung Aula.
Semua mata mengarah padanya. Hening sesaat lalu semuanya tertawa.
“Juudaime, apa kau baik-baik saja?” terdengar suara Gokudera di sampingnya yang juga sedang berada di dalam jaring.
“Hii..bahkan kau juga Gokudera kun.” Tsuna melihat keselilingnya dan ditangkapnya dalam pandangan Enma, Yamamoto juga sedang ada dalam jaring.
“Yah, bahkan saat kalian akan luluspun tetap saja terlambat.” Kepala sekolah yang sedang berpidato mengelus kepalanya. Semua siswa tertawa melihat meraka yang tergantung di atas panggung.
“yah setidaknya kita bisa mengikuti upacara kelulusan.” Kata Tsuna lega. Mereka berempat saling pandang dan akhirnya tertawa bersama.
“Bukankah kau bilang akan memasang jebakan agar mereka tidak bisa masuk?” Hibari berkata dingin pada Reborn.
“Aku rasa aku juga bisa salah perhitungan.” Dengan wajah tanpa dosa Reborn tersenyum penuh misteri pada Hibari.
Entah bagaimana Tsuna cs berhasil keluar dari jaring yang menjebaknya. Hingga keempatnya terjatuh di tengah – tengah  aula.
Dengan kesal dan ekspresi dingin seperti biasa Hibari berjalan mendekati Tsuna cs.
“Ne, kimi-tachi ! Kalian melanggar dua peraturan, terlambat mengikuti upacara dan masuk ke sekolah secara paksa. Sebagai hukumannya, Kamikorosu !” ucap Hibari sambil menempelkan Tonfa miliknya pada leher Tsuna (sialnya dialah berada paling dekat dalam jangkauan Hibari).
“Hiiieee...Go-gomenasai. Please dont bite us to death, Hibari-san,” jawab Tsuna gemetaran. Ya, siapa saja pasti akan gemetaran dengan killing intent yang selalu bertebaran di sekitar Hibari.
“Maa maa,, tenang Hibari. Kau tak mau upacara ini jadi kacau balau kan ?” Seperti biasa dengan santai Yamamoto berusaha menenangkan Hibari yang mulai kesal.
“Oi Hibari ! bersikaplah sopan pada Juudaime !” seru Gokudera yang langsung emosi melihat Juudaime kesayangannya di ancam oleh sang guardian of cloud. Sementara Dame-Tsuna dan Enma masih membeku karena sedang memikirkan ribuan cara untuk kabur dari Hibari.
“Tch, Jangan pikir kalian bisa kabur...Setelah upacara ini selesai, Kamikorosu !” Hibari memberikan death glare yang sekali lagi membuat Tsuna yang ketakutan setengah mati.
Dengan santai Hibari memilih meninggalkan aula tempat upacara kelulusan. Tentu saja dengan alasan yang jelas. Ia benci keramaian.
Sesampainya di tempat nongkrong favoritnya, dengan santai Hibari merebahkan tubuhnya dia atas gedung sekolah kesayangannya, Nanimori Middle School. Ia memejamkan matanya untuk menikmati angin yang berhembus. Tenang dan tanpa gangguan. Namun sensasi aneh membuatnya segera mengambil tomfa miliknya dan bersikap waspada.
“Kufufufu... You never let your guard down, Hibari Kyouya...” sesosok cowok dengan mata dwi warna muncul di hadapan Hibari.  Rambut model nanas miliknya memperjelas sosok yang tak dapat pergi dari ingatan Hibari. Rokudo Mukuro.
“Wao,” Hibari memberikan respon singkat sambil tersenyum sadis. “At least, we meet again!”
Tanpa basa basi Hibari menyerang Mukuro menggunakan tonfas miliknya. Namun dengan santai Mukuro menahannya dengan trident kemudian memberikan senyuman aneh ketika mata Hibari dan miliknya bertemu.
“Oya..oya.. Kau masih saja agresif seperti biasa.” Sosok Mukuro yang ada di depan tiba-tiba menghilang menjadi ilusi. Beberapa detik kemudian Mukuro sudah berada di belakang Hibari, mengunci pergerakan Hibari dan membisikan sesuatu padanya.
“Aku datang hanya untuk bicara, tapi sepertinya kau sedang kesal hari ini.Jika kau ingin bertarung, Aku akan menunggumu di Kokuyo Land.” bisik Mukuro di telinga Hibari. Untuk sesaat, bisikan Mukuro yang begitu dekat di telinga Hibari membuatnya semakin kesal pada Mukuro.
Entah karena ilusi atau alasan lain, Hibari tak bisa banyak bergerak jika Mukuro terlalu dekat dengannya. Itulah kenapa Hibari tidak menyukai para Illusionist.
CRAK ! Perasaan kesal yang memuncak membuat Hibari berhasil kembali bergerak dan memukul sosok Mukuro yang lagi-lagi hanya  sebuah ilusi. Cih, dasar pria pengecut. Tak pernah berani menampakan dirinya sendiri.
“Oya ,,oya...So impressive, Hibari Kyoya. I will wait you at Kokuyo Land...kufufufu..” Hanya suara Mukuro yang bergema di tempat itu. Membuat sang Ketua disciplinary committee semakin kesal.
“That guy.... Kamikorosu !”
Tanpa banyak berfikir, Hibari pergi menuju Kokuyo Land. Bukan karena dia ingin menuruti kata-kata Mukuro, dia hanya ingin membuat perhitungan dengan orang itu. Hibari sangat bingung dengan perasaannya saat ini. Setiap kali berada di dekat Mukuro dia menjadi sangat kesal. Tapi ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang tidak ingin diakuinya.
“Hibari-san kenapa kau juga ada di sini?” tanya Tsuna yang ternyata sudah ada di Kokuyo Land bersama dengan yang lainnya. Mmmb, Hibari menghela nafas panjang. Begitu banyak manusia di bumi tapi kenapa dia harus bertemu dengan mereka lagi.
“Ciao suu.” Lagi-lagi Reborn muncul di tempat yang tidak terduga.
“Aku mengumpulkan kalian disini karena ada suatu hal yang perlu aku bicarakan.” Dengan wajah serius reborn melihat kearah Giannini yang masuk membawa sesuatu yang besar dan tertutup kain merah.
“Hii, Reborn apalagi itu. Kali ini apa yang kau rencanakan?” Tsuna merasakan niat buruk Reborn. Reborn hanya tersenyum kemudian membuka penutup merah itu. Terlihat sebuah alat besar seperti corong sedang menyala dan beberapa lampunya berkedip.
“Biar aku jelaskan. Alat ini adalah…” Giannini berusaha untuk menjelaskan tapi di potong begitu saja oleh Reborn.
“Tidak perlu di jelaskan. Kalian juga akan tahu nantinya. Sekarang sudah waktunya berangkat.” Reborn mengambil Leo yang kini sudah berubah menjadi pistol. Lalu menembakan pistol tersebut ke arah Tsuna dan yang lainnya. Bukan peluru yang keluar tapi lagi-lagi jaringlah yang harus mereka hadapi
“Matte Reborn.” Jaring membalut  Tsuna, Gokudera, Yamamoto dan Enma. Dan seperti biasa Hibari dan Mukuro bisa dengan mudah menghindari jebakan Reborn.
“Apa yang kau lakukan? Bukankah kau mengumpulkan kami untuk bicara. Mukuro berkata dengan tenang sementara Tsuna dan yang lainnya menggeliat berusaha meloloskan diri.
“Kalian berisik sekali.” Reborn menendang mereka yang terjebak jaring ke arah lubang mesin.
“Gyaa!!” mereka berteriak kemudian lenyap.
“Senpai berhentilah mengejarku.” Tiba-tiba Flan muncul dan melompat ke arah lubang dan lenyap juga.
“Hei, Reborn kemana anak itu pergi!” Mammon juga tiba-tiba muncul dengan wajah yang kesal.
“Viper kau berisik sekali.” Reborn menyerang Mammon yang langsung menghindar dengan mudahnya. Reborn dapat menebaknya dengan mudah. Jika Mammon sampai kesal seperti ini, itu artinya Flan sudah melakukan sesuatu terhadap uang milik Mammon.
“Bell, kau cepat kejar anak itu!” Mammon menyeret Belphegor yang ternyata juga berada di ruangan itu. Sebenarnya Bel sangat malas jika harus menuruti perintah Mammon, tapi untuk kali ini tidak masalah baginya, toh dia juga tertarik dengan benda yang baru saja menelan Flan. Tanpa banyak berfikir Bel melompat memasuki lubang di alat itu.
“Aku rasa aku juga akan ikut, karena aku sedang bosan. Tidak ada hal yang menarik yang bisa aku lakukan untuk saat ini.” Mukuro juga akhirnya mengikuti Bel dan lenyap. Kini tinggal Hibari, Reborn dan Giannini. Reborn dan Giannini saling bertukar pandang. Mereka tahu, Hibari juga pasti akan pergi untuk mengejar Mukuro.
“Aku rasa tugas kita sudah selesai untuk saat ini Giannini. Ayo kita keluar dari sini.” Reborn dan Giannini keluar dari ruangan itu meninggalkan Hibari berdua dengan alat besar yang masih menyala-nyala.

xxxxXXXXXXXXXXXXXxxxx

Tsuna merasakan air yang dingin menyelimuti tubuhnya. Aliran air, dia mendengar aliran air.
“Hey bangunlah, apa kau baik-baik saja?” terdengar suara lembut berbisik di telinga Tsuna. Samar-samar dia merasa mengenal suara itu. Perlahan Tsuna membuka matanya dan dilihatnya sosok yang bersinar karena pantulan cahaya matahari. Perlahan sosok itu semakin jelas dan dia kini benar-benar bisa mengenali sosok itu.
“Vongola Primo!” Tsuna terkejut melihat pendahulunya kini berdiri di hadapannya. Dia memang sudah beberapa kali bertemu dengan Vongola Primo, tapi kali ini berbeda. Ada sesuatu yang berbeda yang dirasakannya.
“Tsuna ! Daijoubu?” Enma yang basah kuyub berlari kearah Tsuna yang masih tertegun melihat sosok Vongola Primo.
“Giotto, apa yang sedang kau lakukan?” Seseorang muncul dari balik semak dan itu adalah Cozarto Simon.
“He? Siapa mereka?” Cozarto bingung melihat keadiran Tsuna dan Enma yang kini sama-sama tertegun melihat para pendahulu mereka.
“Entahlah, tiba-tiba saja mereka jatuh dari langit dan membuat ikan-ikan yang akan ku pancing jadi kabur.” Giotto tertawa mengingat saat Tsuna terjatuh tepat dihadapannya.
Tsuna dan Enma saling bertukar pandang. Mereka kini bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi. Mereka tahu bahwa kini mereka sudah terlempar ke masa dimana Vongola Primo dan Cozarto Simon masih hidup.
Tsuna dan Enma masih membeku karena tak tahu apa yang harus di lakukan. Untuk tujuan apa mereka terlempar di masa ini ?
“Kau...Vongola Primo kan ?” tanya Tsuna ragu.
“Begitulah, tapi saat ini jangan panggil aku seperti itu. Aku sedang berlibur bersama temanku Cozarto. Jadi panggil aku Giotto saja,” jawab Giotto ramah, tentu saja ia tak menyadari bahwa Tsuna adalah penerusnya di masa depan. Namun begitu ia melihat Vongola Ring yang ada di tangan Tsuna, dengan segera ia menyadari bahwa Tsuna bukanlah anak biasa yang sedang tersesat di hutan.
“Kau...kenapa memiliki cincin ini ?” tanya Giotto sambil meraih tangan Tsuna dan menatap Vongola Ring yang bentuknya sudah agak berubah. Namun crest Vongola yang ada di cincin itu memperjelas, bahwa itu adalah milik Vongola Family.
“Ettoo...Anooo...ceritanya panjang hehe....” jawab Tsuna kebingungan.
“Anoo, apa anda bisa menceritakan pada kami tentang zaman ini ?” Enma yang semenjak tadi diam akhirnya angkat bicara. Cozarto yang melihat Simon Ring ada di tangan Enma pun juga menyadari bahwa Enma juga bukan anak biasa yang tersesat di hutan.
“Giotto, sebaiknya kita biarkan kedua anak ini beristirahat di tenda. Sepertinya mereka kelelahan,” ujar Cozarto sambil menatap Giotto seolah memberi tanda bahwa sesuatu yang aneh sedang terjadi dan dua anak yang tidak jelas asalnya ini memiliki Vongola ring dan Simon ring. Jelas, mereka memiliki hubungannya dengan keanehan yang terjadi.
“Bagaimana ? Kau tak keberatan mampir ke tempat kami kan ?” tanya Giotto sambil tersenyum ramah pada Tsuna dan Enma.
Tsuna dan Enmaa bertukar pandang untuk kedua kalinya. Akhirnya keduanya menganngguk bersamaan. Mereka tahu bahwa kedua leluhurya ini bukanlah orang yang jahat, jadi tak ada salahnya mengikuti saran mereka. Lagipula mereka juga tidak tahu apa-apa tentang tempat ini, jadi tak ada salahnya mencari informasi.
Sementara itu...
Brak ! Brak ! Brak !
“F-Flan... cepat menyingkir dari tubuhku,” Bel yang kesal karena tubuhnya tertindih Flan yang jatuh dari langit segera menusuk kepala Flan dengan pisau. Seperti biasa Flan hanya meresponnya dengan tatapan bodoh sambil mengamati Bel yang tersiksa di bawahnya.
“Ah, senpai~ apa yang sedang kau lakukan ?” respon Flan tanpa dosa.
“Cepat menyingkir, dasar idiot !” Lagi , Bel melemparkan 3 bilah pisau ke kepala Flan.
“Ouch, That hurt, Bel-senpai...” Masih berkata dengan nada datar, seolah ia tak merasakan sakit. Flan akhirnya menyingkir dari tubuh Bel dan melihat keadaan sekeliling dengan santai.
“Tempat aneh apa ini ?”
“Ah, tenang  Bel-senpai. Tempat ini bukan neraka atau surga, jadi aku pastikan Bel-senpai masih hidup. Tempat ini juga bukan ilusi... Jadi sebenarnya kita ada di mana ?” Flan menjawab pertanyaan Bel dengan penjelasan yang sama sekali tidak membantu.
“Dasar bocah tidak berguna, shishishi...”
“Oya..oya... Sepertinya aku berada terpisah dari rombongan Sawada Tsunayoshi dan terlempar dengan rombongan orang2 bodoh.” Mukuro muncul dari balik pohon menatap Flan dan Bel yang sedang berdebat satu sama lain.
“Ah Shisou, apa yang kau lakukan di sini ? Jangan-jangan kau juga mengikutiku dan-“
JLEB ! Mukuro yang kesal langsung menusuk Flan dengan trident andalannya tanpa pikir panjang.
“Varia...Aku serahkan bocah bodoh ini di tanganmu,” ujar Mukuro sambil pergi meninggalkan keduanya.
“Tch, lagi-lagi aku harus bersama bocah ini,” ucap Bel kesal sambil berjalan pergi meninggalkan Flan yang masih membeku dengan poker face andalannya.
“Are ? Kenapa shisou pergi ? Ah, Bel-senpai~ jangan tinggalkan aku !” Akhirnya Flan memilih mengikuti Bel dibandingkan Mukuro. Ya, meskipun keduanya sama-sama hobi menyiksa Flan yang manis ini, setidaknya Bel jauh lebih tidak berbahaya dibandingkan shisou nya yang satu itu.

xxxxXXXXXXXXXxxxxxx

“Hibari...hibari...Hibari ....”
Si mungil hybird, salah satu hewan piaraan hibari, seperti biasa terbang ke pundak masternya sambil terus menyebutkan namanya.
Hibari yang kesal karena gagal mengejar mangsanya pun semakin kesal karena dia terlempar di tempat entah berantah dan sialnya ia ada di tengah-tengah keramaian. Ia mencoba berjalan pergi menjauhi keramaian namun justru menabrak sekerumpulan orang-orang bertubuh besar. Dari penampilannya yang serba hitam dan bersenjata api memperjelas bahwa gerombolan itu adalah mafia di jaman itu.
“Oi bocah, apa kau tidak punya mata ?” seru si pria yang bertubuh paling besar.
“Hn ?” Hibari hanya memberikan death glare disertai killing intent yang menyebar luas. Hanya orang bodoh yang berani mendekati karnivore yang baru saja kehilangan mangsanya. Dengan cepat dan tanpa basa-basi Hibari menghabisi sekumpulan lalat yang baru saja menghalangi jalannya. Namun tiba-tiba langkahnya dihentikan oleh sesuatu yang familiar baginya...
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXxxxxx
“Gokudera!” Yamamoto memanggil Gokudera yang tersangkut di dahan pohon dengan masih setengah sadar.
“Mmm…” Gokudera hanya menggosok-gosok matanya. Perlahan dia membuka matanya.
“Gaaahh..”Gokudera terkejut menyadari dirinya tersangkut di sebuah dahan pohon yang tinggi. Tapi sebelum memikirkan bagaimana dia akan turun dia justru mencari keberadaan Tsunayoshi.
“Juudaime ! Di mana dia? Apa dia baik-baik saja?” Gokudera menggeliat ke kanan dan kekiri mencari Tsunayoshi.
“Maaf, aku tidak tahu dimana Tsuna dan yang lainnya. Tunggu sebentar, aku akan membantumu untuk turun.” Yamamoto berniat untuk membantu Gokudera turun, tapi terlambat sudah. Dahan pohon tiba-tiba patah karena tidak sangup menahan bobot Gokudera yang terus menggeliat. Gokudera jatuh menindih Yamamoto yang berada di bawahnya.
“Ouch…” Gokudera yang masih menindih Yamamoto mengerang kesakitan. Gokudera masih belum menyadari posisi mereka saat ini, hingga wajah merekapun saling bertemu. Wajah mereka sangat dekat, bahkan terlalu dekat hingga hidung keduanya saling bersentuhan. Seketika wajah Gokudera pun jadi memerah, sedang Yamamoto masih seperti biasa dengan wajah tenangnya. Gakudera berusaha bangkit dari dari atas Yamamoto, tapi bukannya membantu Yamamoto malah menarik kembali tangan Gokudera hingga dia terjatuh lagi.
“Hei Stupid Baseball nut, apa yang kau…” Belum sempat Gokudera menyelesaikan kalimatnya Yamamoto sudah memberikan serangan ciuman di bibir Gokudera.
“Yama...mnn…ah” Ciuman Yamamoto begitu dalam dan lembut. Gokudera bisa merasakan kelembutan bibir Yamamoto. Gokudera tidak mengerti, ada apa dengan baseball freak yang selalu berprilaku bodoh ini. Kenapa Yamamoto tiba-tiba mencium Gokudera? Tidak ada yang tahu. Tapi yang paling dibingungkan oleh Gokudera sendiri adalah, kenapa dia juga begitu menikmati Ciuman itu?.
“Ah…” Beberapa saat saling melepaskan untuk mengambil nafas. Wajah Gokudera merona merah seperti buah stroberry yang lezat. Membuat Yamamoto ingin memakannya di sini sekarang juga. Tapi dia tahu mungkin ini bukanlah waktu yang tepat. Mereka harus segera mencari Tsuna dan Enma yang tidak di ketahui dimana keberadaannya.
“Kita hentikan sampai di sini dulu. Akan kita lanjutkan lain kali.” Yamamoto berbisik di telinga Gokudera yang membuat Gokudera merasakan sensasi yang aneh.
“Ayo sekarang kita cari Tsuna dan Enma.” Yamamoto mengandeng tangan Gokudera dan mengajaknya pergi. Tidak tahu harus bagaimana bereaksi, gokudera hanya membisu sambil tertunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang merah merona.

xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxx

Hibari menatap sosok yang sedang tak ingin dilihatnya. Sosok yang selalu saja mengganggunya, mengklaim dirinya sendiri sebagai guru sang guardian of cloud.
Well, Another person who want to be bitten to death.
“Yo, Kyouya. You looks very well,” ucap seorang lelaki yang terlihat beberapa tahun lebih tua dari Hibari. Namun senyum menyilaukannya menjadikan si lelaki ini terlihat semakin mengesalkan di hadapan Hibari. Baiklah, bagi Hibari semua herbivore itu menyebalkan.
“What are you doing here, herbivore ? Want me to bite you to death ?” Senyum sang dewa kematian terkembang di bibir Hibari. Waktu yang tepat, ia benar-benar sedang bad mood hari ini. Gagal mengejar Rokudo  Mukuro dan sekarang muncul lagi satu orang yang selalu mengganggu hidupnya akhir-akhir ini. Orang yang meng klaim dirnya sendiri sebagai Hibari Kyoya’s home tutor. Dino Cavallone. Tanpa menunggu banyak komentar, Hibari menyerang  Dino dengan kecepatan super.
“Tunggu dulu Kyouya, kenapa kau selalu saja menyerangku setiap kita bertemu ?” Dengan segera Dino menahan serangan Hibari yang tak berniat untuk berhenti. Menyadari berada di tengah keramaian Dino memancing Hibari menuju hutan di dekatnya.
“Kau tak bisa kabur herbivore,” seru Hibari sambil meningkatkan kecepatan menyerangnya. Namun Dino tak hanya sekedar meng klaim dirinya sebagai guru Hibari. Dengan satu pergerakan sederhana, Dino berhasil menyingkirkan Tonfas dari tangan Hibari dan mengikat pergerakan Hibari.
“Saa.. Saatnya menjinakan sang karnivore,” ujar Dino sambil tersenyum menantang. Namun bukan Hibari namanya jika mudah ditaklukan. Dengan kekuatan yang luar biasa ia menarik ballik cambuk yang mengikat tangannya, membuat Dino tertarik tepat ke hadapan Hibari. Namun sepertinya Dino juga sudah sangat mengerti gaya bertarung Hibari, ia justru memanfaatkan keadaan itu untuk mendorong Hibari ke pohon di belakangnya.
Terkunci. Hibari tak bisa bergerak. Kedua tangan Dino mengunci tangan Hibari. Tubuh Dino yang jauh lebih besar pun berhasil menekan tubuh Hibari yang berukuran medium. Kedua mata keduanya bertemu. Dekat...Keduanya terlalu dekat.
“Kyouya...” Tak menunggu terlalu lama, Dino memberikan sebuah ciuman yang begitu dalam. Sebuah ciuman yang cukup untuk membuat sang Karnivore terkejut. Sekaligus ciuman yang membuat pikiran Hibari menjadi semakin kacau ? kesal ? tapi kenapa di saat seperti ini dia justru tak bisa berbuat banyak untuk menjauhkan sang Haneuma dari hadapannya.
“Stop it , you...Mmhh...” Lagi,  Dino tak memberi kesempatan Hibari memprotes. Ia kembali memberikan ciuman kedua yang jauh lebih memabukan daripada sebelumnya. Dan seperti yang diduga, bahkan seorang yang ganas seperti Hibari Kyouya pun tak bisa memungkiri bahwa ciuman itu membuat sekujur tubuhnya terasa panas dan membuat mukanya memerah seperti buah tomat.
“Kyouya...”
Hibari tak bisa memberi respon. Ciuman Dino terlalu memabukan, membuat otak Hibari terhenti untuk beberapa detik. Namun, menit-menit berharga yang didapat Dino dengan usaha keras (kapan lagi, dia bisa menaklukan Hibari seperti ini? ) harus terpaksa terganggu karena kehadiran seseorang. Bisa dikatakan orang yang selalu mengganggu Dino mendapatkan hati murid kesayangannya.
“Oya..oya... pemandangan yang sungguh unik, sepertinya sang karnivore sedang diserang oleh mangsanya. Fufufu...” Meski berkata dengan tenang dan santai,Mukuro harus mengakui bahwa ia tidak senang dengan pemandangan yang dilihatnya.
“Tch,” Dino berdecak kesal menyadari kehadiran Rokudo Mukuro yang selalu saja lebih menarik perhatian Hibari. Ya, meskipun Dino menyadari bahwa alasan Hibari selalu mengejar Mukuro adalah untuk membalas kekalahan Hibari di masa lalu. Namun, entah kenapa setiap melihat Mukuro dekat dengan Hibari selalu membuat sang Haneuma kesal dan cemburu.
Hibari yang menyadari kehadiran Mukuro  pun perlahan mendapatkan kembali pikiran sehatnya setelah dipermainkan oleh ciuman dasyat Dino.
“Tch, annoying... I’ll bite you all to death !” Dalam hitungan detik killing intent disertai flame of cloud langsung menyebar luas di sekitar Hibari.
“Ky..Kyouya ?” Dino yang merasakan bahaya dari killing intent Hibari segera mundur untuk menjaga jarak.
“Fufufu... So interesting,” respon Mukuro singkat.
Hibari merasa sangat bersemangat kali ini. Bukan karena dia baru saja mendapatkan ciuman dari Dino. Hibari bahkan tidak ingin mengingat lagi tentang hal itu. Dia sangat bersemangat karena kali ini dia bisa melumpuhkan dua mangsa sekaligus dalam satu waktu di tempat yang sama.
“Kau terlihat sangat bersemangat sekali. Tapi sayang aku kemari bukan untuk bertarung aku hanya dipaksa untuk menyampaikan sesuatu oleh Reborn.” Dino berusaha menjelaskan kepada Hibari yang terlanjur berapi-api.
“itu sama sekali bukan urusanku.” Hibari tidak mendengarkan penjelasan dan terus berusaha menyerang Dino maupun Mukuro. Dino berusaha menghindar secepat mungkin sedang Mukuro menggunakan jurus ilusinya untuk mengecoh Hibari. Dengan sigap Hibari menggunakan Cloud Flame Radar miliknya untuk mengalahkan jurus ilusi dari Mukuro. Dino sebenarnya tidak ingin terlibat dalam perkelahian anak-anak seperti ini tapi apa daya dia sudah terlanjur terseret. Tidak ada pilihan lain bagi Dino. Dia harus melumpuhkan Hibari atau pertengkaran ini tidak akan selesai.
Dino berusaha menyerang Hibari di saat mereka sedang saling menyerang. Tapi instinc Hibari lebih kuat dari pada seekor predator yang sedang dalam perburuannya. Dengan mudah Hibari dapat menghindari serangan Dino maupun Mukuro saat bersamaan.
Kali ini giliran Hibari untuk melancarkan serangannya. Saat dia bersiap untuk mengeluarkan flamenya tiba-tiba sesuatu terjadi. Flame of Cloud milik Hibari tidak mau keluar.
“Ck, kalau begitu aku akan menyerangmu dengan kemampuanku sendiri.” Hibari kembali menyerang Mukuro, dan saat itu dia juga sadar Flame of Mist milik Mukuro juga tidak bisa dia rasakan. Hibaripun menghentikan serangannya.
“Apa kalian sudah bisa tenang sekarang?”Dino menghela nafas panjang melihat dua bocah itu akhirnya bisa kembali ke realita.
“Aku rasa kalian sudah bisa merasakannya. Kalian tidak akan bisa mengeluarkan Flame kalian di masa ini.” Kata-kata Dino membuat Hibari dan Mukuro sedikit terkejut.
“Itu tidak masalah, aku hanya memerlukan kekuatanku sendiri untuk mengalahkan kalian.” Lagi-lagi Hibari berkata semaunya sendiri.
“Matte ! kita harus berhati-hati. Jangan sampai apa yang kita lakukan saat ini akan merubah masa depan.” Dino berusaha menenangkan Hibari.
“Apa maksudmu kami tidak bisa menggunakan kekuatan Flame kami di sini?”Mukuro bertanya pada Dino yang masih sibuk dengan Hibari.
“Mmm, entahlah tapi itulah yang dikatakan Reborn. Dan dia juga mengingatkan padaku untuk menjaga kalian agar tidak bertindak ceroboh. Karena kesalahan sekecil apapun bisa merubah masa depan dimana kalian berasal.” Dino sedikit kesal mengingat ketika Reborn menendangnya memasuki mesin milik Giannini. Dia bahkan sampai meninggalkan Enzo di sana.
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXxxxx
To be continue - Tsuzuku -Lanjut ===>> CHAPTER 2
Minna ~ kOMENTAR !!! >,<
Apa aja boleh lah, saran dan kritik se pedas2nya sampai level 10 juga ga pa2...

Dont be a silent reader please !!!! >,<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stop being silent reader and write your comments.......