Ciaosu
! Yo minna ! Kali ini saya kembali dengan fanfiction kombinasi bersama Nakahara
Atsuko ! Okeh, fanfic kali ini masih tergolong aneh, tapi jika anda sekalian
adalah penggemar KHR mungkin FF ini bisa jadi pelepas rindu buat anda sekalian.
Judul : One day in the Past
Genre :Comedy, Romance,
Adventure,Action,SHONEN AI
Pairing : D18, 0027,8059, 6926 (Hint : G27,6918,1827)
Rate : T (yang masih anak-anak
jangan baca)
CHAPTER
1
Tsuna
berlari dengan sekuat tenaga. Dari kejauhan terlihat pintu gerbang Namimori
Middle school yang masih setengah terbuka.
Tsuna menambah kecepatannya. Semakin dekat dengan gerbang dia melihat
sosok yang sangat tidak ingin dia lihat, yah setidaknya untuk hari ini saja.
Hibari
sedang berjalan menuju gerbang sambil melihat jam tangannya. Melihat kearah
Tsuna dan dengan tatapan dingin Hibari melangkah semakin dekat ke arah gerbang.
“Matte
Hibari-san !” Tsuna berteriak dan meloncat ke arah gerbang. Tapi tentu saja
Hibari selalu lebih cepat dibandingkan Tsuna jika sedang dalam keadaan normal
seperti ini. Tsuna membentur gerbang yang kini sudah tertutup.
“Dame dame
Tsuna. Seberapa kuat pun kau di pertarungan, kau tetaplah No
Good Tsuna yang dulu. Lihat saja dirimu, terlambat bahkan di hari terakhir kau
bersekolah di Namimori Middle School.” Reborn tiba-tiba melompat dari atas
pohon. Dia selalu saja muncul dari tempat yang tidak terduga.
“Reborn!
Ini semua salahmu. Kenapa kau tidak bangunkan aku pagi ini!” Protes Tsuna
sambil mengelus kepalanya yang sakit. Jika saja Reborn tidak memaksanya untuk
latihan tengah malam, Tsuna pasti tidak akan terlambat bangun untuk pergi ke
acara kelulusannya sendiri.
“Hibari-san
aku mohon buka gerbangnya untuk kali ini saja.” Tsuna memohon pada Hibari yang
hendak menuju aula. Dengan memberikan Death glare pada Tsuna sudah cukup
membuat anak itu membeku menjadi batu.
“Aku rasa
itu artinya tidak.” Tsuna menghela nafas panjang. Dia hanya bisa melihat Hibari
perlahan menghilang dari pandangannya diikuti dengan Reborn.
“Tidak,
tidak boleh begini. Ini hari terakhirku sebagai murid di sekolah ini, jadi
apapun yang terjadi aku harus bisa masuk melewati gerbang ini.” Dengan tekad
yang membara Tsuna mulai mencari celah kosong dimana dia dapat menyusup
melewati tembok pembatas antara dunia luar dengan Namimori.
Sesekali melihat
ke kanan kiri dan belakang Tsuna dengan mengendap-endap mendekati tembok bagian
barat Namimori. Dengan hyper Intuition yang dimilikinya, Tsuna merasa dia bisa
masuk dari lokasi ini. Tsuna memanjat tembok yang tingginya hampir dua meter
itu dengan susah payah. Saat dia sudah berada di atas tembok Tsuna berhenti
sejenak untuk mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Setelah nafasnya mulai
teratur Tsuna bersiap untuk turun ke sisi yang lainnya. Tsuna melompat dengan
mantap dan mendarat cukup sukses dengan kakinya. Tapi tunggu dulu. Ada sesuatu
yang dirasakannya janggal. Tsuna mulai sadar dimana dia mendarat. Di atas
sebuah pegas raksasa yang siap untuk melemparnya ke angkasa.
“Eh,
tunggu…tunggu…Gyaaa!” Tsuna terlempar ke atas tinggi sekali. Dengan sudut yang
pas dan perhitungan yang jeli, Tsuna meluncur ke atas gedung aula dimana sedang
ada upacara kelulusannya.
“Gyaaa!!!!”
Tsuna berteriak histeris. Memasuki sebuah lubang di atap gedung Tsuna mendarat
di jaring yang berada di atas panggung Aula.
Semua mata
mengarah padanya. Hening sesaat lalu semuanya tertawa.
“Juudaime,
apa kau baik-baik saja?” terdengar suara Gokudera di sampingnya yang juga
sedang berada di dalam jaring.
“Hii..bahkan
kau juga Gokudera kun.” Tsuna melihat keselilingnya dan ditangkapnya dalam
pandangan Enma, Yamamoto juga sedang ada dalam jaring.
“Yah,
bahkan saat kalian akan luluspun tetap saja terlambat.” Kepala sekolah yang
sedang berpidato mengelus kepalanya. Semua siswa tertawa melihat meraka yang
tergantung di atas panggung.
“yah setidaknya
kita bisa mengikuti upacara kelulusan.” Kata Tsuna lega. Mereka berempat saling
pandang dan akhirnya tertawa bersama.
“Bukankah
kau bilang akan memasang jebakan agar mereka tidak bisa masuk?” Hibari berkata
dingin pada Reborn.
“Aku rasa
aku juga bisa salah perhitungan.” Dengan wajah tanpa dosa Reborn tersenyum
penuh misteri pada Hibari.
Entah bagaimana Tsuna cs berhasil
keluar dari jaring yang menjebaknya. Hingga keempatnya terjatuh di tengah –
tengah aula.
Dengan kesal dan ekspresi dingin
seperti biasa Hibari berjalan mendekati Tsuna cs.
“Ne, kimi-tachi ! Kalian melanggar
dua peraturan, terlambat mengikuti upacara dan masuk ke sekolah secara paksa.
Sebagai hukumannya, Kamikorosu !” ucap Hibari sambil menempelkan Tonfa miliknya
pada leher Tsuna (sialnya dialah berada paling dekat dalam jangkauan Hibari).
“Hiiieee...Go-gomenasai. Please dont
bite us to death, Hibari-san,” jawab Tsuna gemetaran. Ya, siapa saja pasti akan
gemetaran dengan killing intent yang selalu bertebaran di sekitar Hibari.
“Maa maa,, tenang Hibari. Kau tak
mau upacara ini jadi kacau balau kan ?” Seperti biasa dengan santai Yamamoto
berusaha menenangkan Hibari yang mulai kesal.
“Oi Hibari ! bersikaplah sopan pada
Juudaime !” seru Gokudera yang langsung emosi melihat Juudaime kesayangannya di
ancam oleh sang guardian of cloud. Sementara Dame-Tsuna dan Enma masih membeku
karena sedang memikirkan ribuan cara untuk kabur dari Hibari.
“Tch, Jangan pikir kalian bisa
kabur...Setelah upacara ini selesai, Kamikorosu !” Hibari memberikan death
glare yang sekali lagi membuat Tsuna yang ketakutan setengah mati.
Dengan santai Hibari memilih
meninggalkan aula tempat upacara kelulusan. Tentu saja dengan alasan yang
jelas. Ia benci keramaian.
Sesampainya di tempat nongkrong
favoritnya, dengan santai Hibari merebahkan tubuhnya dia atas gedung sekolah
kesayangannya, Nanimori Middle School. Ia memejamkan matanya untuk menikmati
angin yang berhembus. Tenang dan tanpa gangguan. Namun sensasi aneh membuatnya
segera mengambil tomfa miliknya dan bersikap waspada.
“Kufufufu... You never let your
guard down, Hibari Kyouya...” sesosok cowok dengan mata dwi warna muncul di
hadapan Hibari. Rambut model nanas
miliknya memperjelas sosok yang tak dapat pergi dari ingatan Hibari. Rokudo Mukuro.
“Wao,” Hibari memberikan respon
singkat sambil tersenyum sadis. “At least, we meet again!”
Tanpa basa basi Hibari menyerang
Mukuro menggunakan tonfas miliknya. Namun dengan santai Mukuro menahannya
dengan trident kemudian memberikan senyuman aneh ketika mata Hibari dan
miliknya bertemu.
“Oya..oya.. Kau masih saja agresif
seperti biasa.” Sosok Mukuro yang ada di depan tiba-tiba menghilang menjadi
ilusi. Beberapa detik kemudian Mukuro sudah berada di belakang Hibari, mengunci
pergerakan Hibari dan membisikan sesuatu padanya.
“Aku datang hanya untuk bicara, tapi
sepertinya kau sedang kesal hari ini.Jika kau ingin bertarung, Aku akan
menunggumu di Kokuyo Land.” bisik Mukuro di telinga Hibari. Untuk sesaat,
bisikan Mukuro yang begitu dekat di telinga Hibari membuatnya semakin kesal
pada Mukuro.
Entah karena ilusi atau alasan lain,
Hibari tak bisa banyak bergerak jika Mukuro terlalu dekat dengannya. Itulah
kenapa Hibari tidak menyukai para Illusionist.
CRAK ! Perasaan kesal yang memuncak
membuat Hibari berhasil kembali bergerak dan memukul sosok Mukuro yang
lagi-lagi hanya sebuah ilusi. Cih, dasar
pria pengecut. Tak pernah berani menampakan dirinya sendiri.
“Oya ,,oya...So impressive, Hibari
Kyoya. I will wait you at Kokuyo Land...kufufufu..” Hanya suara Mukuro yang
bergema di tempat itu. Membuat sang Ketua disciplinary committee semakin kesal.
“That guy.... Kamikorosu !”
Tanpa
banyak berfikir, Hibari pergi menuju Kokuyo Land. Bukan karena dia ingin
menuruti kata-kata Mukuro, dia hanya ingin membuat perhitungan dengan orang
itu. Hibari sangat bingung dengan perasaannya saat ini. Setiap kali berada di
dekat Mukuro dia menjadi sangat kesal. Tapi ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang
tidak ingin diakuinya.
“Hibari-san
kenapa kau juga ada di sini?” tanya Tsuna yang ternyata sudah ada di Kokuyo
Land bersama dengan yang lainnya. Mmmb, Hibari menghela nafas panjang. Begitu
banyak manusia di bumi tapi kenapa dia harus bertemu dengan mereka lagi.
“Ciao suu.”
Lagi-lagi Reborn muncul di tempat yang tidak terduga.
“Aku mengumpulkan
kalian disini karena ada suatu hal yang perlu aku bicarakan.” Dengan wajah
serius reborn melihat kearah Giannini yang masuk membawa sesuatu yang besar dan
tertutup kain merah.
“Hii,
Reborn apalagi itu. Kali ini apa yang kau rencanakan?” Tsuna merasakan niat
buruk Reborn. Reborn hanya tersenyum kemudian membuka penutup merah itu.
Terlihat sebuah alat besar seperti corong sedang menyala dan beberapa lampunya
berkedip.
“Biar aku
jelaskan. Alat ini adalah…” Giannini berusaha untuk menjelaskan tapi di potong
begitu saja oleh Reborn.
“Tidak
perlu di jelaskan. Kalian juga akan tahu nantinya. Sekarang sudah waktunya
berangkat.” Reborn mengambil Leo yang kini sudah berubah menjadi pistol. Lalu
menembakan pistol tersebut ke arah Tsuna dan yang lainnya. Bukan peluru yang
keluar tapi lagi-lagi jaringlah yang harus mereka hadapi
“Matte
Reborn.” Jaring membalut Tsuna,
Gokudera, Yamamoto dan Enma. Dan seperti biasa Hibari dan Mukuro bisa dengan
mudah menghindari jebakan Reborn.
“Apa yang
kau lakukan? Bukankah kau mengumpulkan kami untuk bicara. Mukuro berkata dengan
tenang sementara Tsuna dan yang lainnya menggeliat berusaha meloloskan diri.
“Kalian
berisik sekali.” Reborn menendang mereka yang terjebak jaring ke arah lubang
mesin.
“Gyaa!!”
mereka berteriak kemudian lenyap.
“Senpai
berhentilah mengejarku.” Tiba-tiba Flan muncul dan melompat ke arah lubang dan
lenyap juga.
“Hei,
Reborn kemana anak itu pergi!” Mammon juga tiba-tiba muncul dengan wajah yang
kesal.
“Viper kau
berisik sekali.” Reborn menyerang Mammon yang langsung menghindar dengan
mudahnya. Reborn dapat menebaknya dengan mudah. Jika Mammon sampai kesal
seperti ini, itu artinya Flan sudah melakukan sesuatu terhadap uang milik
Mammon.
“Bell, kau
cepat kejar anak itu!” Mammon menyeret Belphegor yang ternyata juga berada di
ruangan itu. Sebenarnya Bel sangat malas jika harus menuruti perintah Mammon,
tapi untuk kali ini tidak masalah baginya, toh dia juga tertarik dengan benda
yang baru saja menelan Flan. Tanpa banyak berfikir Bel melompat memasuki lubang
di alat itu.
“Aku rasa
aku juga akan ikut, karena aku sedang bosan. Tidak ada hal yang menarik yang
bisa aku lakukan untuk saat ini.” Mukuro juga akhirnya mengikuti Bel dan
lenyap. Kini tinggal Hibari, Reborn dan Giannini. Reborn dan Giannini saling
bertukar pandang. Mereka tahu, Hibari juga pasti akan pergi untuk mengejar
Mukuro.
“Aku rasa
tugas kita sudah selesai untuk saat ini Giannini. Ayo kita keluar dari sini.”
Reborn dan Giannini keluar dari ruangan itu meninggalkan Hibari berdua dengan
alat besar yang masih menyala-nyala.
xxxxXXXXXXXXXXXXXxxxx
Tsuna
merasakan air yang dingin menyelimuti tubuhnya. Aliran air, dia mendengar
aliran air.
“Hey
bangunlah, apa kau baik-baik saja?” terdengar suara lembut berbisik di telinga
Tsuna. Samar-samar dia merasa mengenal suara itu. Perlahan Tsuna membuka
matanya dan dilihatnya sosok yang bersinar karena pantulan cahaya matahari.
Perlahan sosok itu semakin jelas dan dia kini benar-benar bisa mengenali sosok
itu.
“Vongola
Primo!” Tsuna terkejut melihat pendahulunya kini berdiri di hadapannya. Dia
memang sudah beberapa kali bertemu dengan Vongola Primo, tapi kali ini berbeda.
Ada sesuatu yang berbeda yang dirasakannya.
“Tsuna !
Daijoubu?” Enma yang basah kuyub berlari kearah Tsuna yang masih tertegun
melihat sosok Vongola Primo.
“Giotto,
apa yang sedang kau lakukan?” Seseorang muncul dari balik semak dan itu adalah
Cozarto Simon.
“He? Siapa
mereka?” Cozarto bingung melihat keadiran Tsuna dan Enma yang kini sama-sama
tertegun melihat para pendahulu mereka.
“Entahlah,
tiba-tiba saja mereka jatuh dari langit dan membuat ikan-ikan yang akan ku
pancing jadi kabur.” Giotto tertawa mengingat saat Tsuna terjatuh tepat
dihadapannya.
Tsuna dan
Enma saling bertukar pandang. Mereka kini bisa menebak apa yang sebenarnya
terjadi. Mereka tahu bahwa kini mereka sudah terlempar ke masa dimana Vongola
Primo dan Cozarto Simon masih hidup.
Tsuna dan Enma masih membeku
karena tak tahu apa yang harus di lakukan. Untuk tujuan apa mereka terlempar di
masa ini ?
“Kau...Vongola Primo kan ?” tanya
Tsuna ragu.
“Begitulah, tapi saat ini jangan
panggil aku seperti itu. Aku sedang berlibur bersama temanku Cozarto. Jadi
panggil aku Giotto saja,” jawab Giotto ramah, tentu saja ia tak menyadari bahwa
Tsuna adalah penerusnya di masa depan. Namun begitu ia melihat Vongola Ring
yang ada di tangan Tsuna, dengan segera ia menyadari bahwa Tsuna bukanlah anak
biasa yang sedang tersesat di hutan.
“Kau...kenapa memiliki cincin ini
?” tanya Giotto sambil meraih tangan Tsuna dan menatap Vongola Ring yang
bentuknya sudah agak berubah. Namun crest Vongola yang ada di cincin itu
memperjelas, bahwa itu adalah milik Vongola Family.
“Ettoo...Anooo...ceritanya panjang
hehe....” jawab Tsuna kebingungan.
“Anoo, apa anda bisa menceritakan
pada kami tentang zaman ini ?” Enma yang semenjak tadi diam akhirnya angkat
bicara. Cozarto yang melihat Simon Ring ada di tangan Enma pun juga menyadari
bahwa Enma juga bukan anak biasa yang tersesat di hutan.
“Giotto, sebaiknya kita biarkan
kedua anak ini beristirahat di tenda. Sepertinya mereka kelelahan,” ujar
Cozarto sambil menatap Giotto seolah memberi tanda bahwa sesuatu yang aneh
sedang terjadi dan dua anak yang tidak jelas asalnya ini memiliki Vongola ring
dan Simon ring. Jelas, mereka memiliki hubungannya dengan keanehan yang terjadi.
“Bagaimana ? Kau tak keberatan
mampir ke tempat kami kan ?” tanya Giotto sambil tersenyum ramah pada Tsuna dan
Enma.
Tsuna dan Enmaa bertukar pandang
untuk kedua kalinya. Akhirnya keduanya menganngguk bersamaan. Mereka tahu bahwa
kedua leluhurya ini bukanlah orang yang jahat, jadi tak ada salahnya mengikuti
saran mereka. Lagipula mereka juga tidak tahu apa-apa tentang tempat ini, jadi
tak ada salahnya mencari informasi.
Sementara itu...
Brak ! Brak ! Brak !
“F-Flan... cepat menyingkir dari
tubuhku,” Bel yang kesal karena tubuhnya tertindih Flan yang jatuh dari langit
segera menusuk kepala Flan dengan pisau. Seperti biasa Flan hanya meresponnya
dengan tatapan bodoh sambil mengamati Bel yang tersiksa di bawahnya.
“Ah, senpai~ apa yang sedang kau
lakukan ?” respon Flan tanpa dosa.
“Cepat menyingkir, dasar idiot !”
Lagi , Bel melemparkan 3 bilah pisau ke kepala Flan.
“Ouch, That hurt, Bel-senpai...”
Masih berkata dengan nada datar, seolah ia tak merasakan sakit. Flan akhirnya
menyingkir dari tubuh Bel dan melihat keadaan sekeliling dengan santai.
“Tempat aneh apa ini ?”
“Ah, tenang Bel-senpai. Tempat ini bukan neraka atau
surga, jadi aku pastikan Bel-senpai masih hidup. Tempat ini juga bukan ilusi...
Jadi sebenarnya kita ada di mana ?” Flan menjawab pertanyaan Bel dengan
penjelasan yang sama sekali tidak membantu.
“Dasar bocah tidak berguna,
shishishi...”
“Oya..oya... Sepertinya aku berada
terpisah dari rombongan Sawada Tsunayoshi dan terlempar dengan rombongan orang2
bodoh.” Mukuro muncul dari balik pohon menatap Flan dan Bel yang sedang
berdebat satu sama lain.
“Ah Shisou, apa yang kau lakukan
di sini ? Jangan-jangan kau juga mengikutiku dan-“
JLEB ! Mukuro yang kesal langsung
menusuk Flan dengan trident andalannya tanpa pikir panjang.
“Varia...Aku serahkan bocah bodoh
ini di tanganmu,” ujar Mukuro sambil pergi meninggalkan keduanya.
“Tch, lagi-lagi aku harus bersama
bocah ini,” ucap Bel kesal sambil berjalan pergi meninggalkan Flan yang masih
membeku dengan poker face andalannya.
“Are ? Kenapa shisou pergi ? Ah,
Bel-senpai~ jangan tinggalkan aku !” Akhirnya Flan memilih mengikuti Bel
dibandingkan Mukuro. Ya, meskipun keduanya sama-sama hobi menyiksa Flan yang
manis ini, setidaknya Bel jauh lebih tidak berbahaya dibandingkan shisou nya
yang satu itu.
xxxxXXXXXXXXXxxxxxx
“Hibari...hibari...Hibari ....”
Si mungil hybird, salah satu hewan
piaraan hibari, seperti biasa terbang ke pundak masternya sambil terus
menyebutkan namanya.
Hibari yang kesal karena gagal
mengejar mangsanya pun semakin kesal karena dia terlempar di tempat entah
berantah dan sialnya ia ada di tengah-tengah keramaian. Ia mencoba berjalan
pergi menjauhi keramaian namun justru menabrak sekerumpulan orang-orang
bertubuh besar. Dari penampilannya yang serba hitam dan bersenjata api
memperjelas bahwa gerombolan itu adalah mafia di jaman itu.
“Oi bocah, apa kau tidak punya
mata ?” seru si pria yang bertubuh paling besar.
“Hn ?” Hibari hanya memberikan
death glare disertai killing intent yang menyebar luas. Hanya orang bodoh yang
berani mendekati karnivore yang baru saja kehilangan mangsanya. Dengan cepat
dan tanpa basa-basi Hibari menghabisi sekumpulan lalat yang baru saja
menghalangi jalannya. Namun tiba-tiba langkahnya dihentikan oleh sesuatu yang
familiar baginya...
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXxxxxx
“Gokudera!”
Yamamoto memanggil Gokudera yang tersangkut di dahan pohon dengan masih
setengah sadar.
“Mmm…”
Gokudera hanya menggosok-gosok matanya. Perlahan dia membuka matanya.
“Gaaahh..”Gokudera
terkejut menyadari dirinya tersangkut di sebuah dahan pohon yang tinggi. Tapi
sebelum memikirkan bagaimana dia akan turun dia justru mencari keberadaan
Tsunayoshi.
“Juudaime !
Di mana dia? Apa dia baik-baik saja?” Gokudera menggeliat ke kanan dan kekiri
mencari Tsunayoshi.
“Maaf, aku
tidak tahu dimana Tsuna dan yang lainnya. Tunggu sebentar, aku akan membantumu
untuk turun.” Yamamoto berniat untuk membantu Gokudera turun, tapi terlambat
sudah. Dahan pohon tiba-tiba patah karena tidak sangup menahan bobot Gokudera
yang terus menggeliat. Gokudera jatuh menindih Yamamoto yang berada di
bawahnya.
“Ouch…”
Gokudera yang masih menindih Yamamoto mengerang kesakitan. Gokudera masih belum
menyadari posisi mereka saat ini, hingga wajah merekapun saling bertemu. Wajah
mereka sangat dekat, bahkan terlalu dekat hingga hidung keduanya saling
bersentuhan. Seketika wajah Gokudera pun jadi memerah, sedang Yamamoto masih
seperti biasa dengan wajah tenangnya. Gakudera berusaha bangkit dari dari atas
Yamamoto, tapi bukannya membantu Yamamoto malah menarik kembali tangan Gokudera
hingga dia terjatuh lagi.
“Hei Stupid
Baseball nut, apa yang kau…” Belum sempat Gokudera menyelesaikan kalimatnya
Yamamoto sudah memberikan serangan ciuman di bibir Gokudera.
“Yama...mnn…ah”
Ciuman Yamamoto begitu dalam dan lembut. Gokudera bisa merasakan kelembutan bibir
Yamamoto. Gokudera tidak mengerti, ada apa dengan baseball freak yang selalu
berprilaku bodoh ini. Kenapa Yamamoto tiba-tiba mencium Gokudera? Tidak ada
yang tahu. Tapi yang paling dibingungkan oleh Gokudera sendiri adalah, kenapa
dia juga begitu menikmati Ciuman itu?.
“Ah…”
Beberapa saat saling melepaskan untuk mengambil nafas. Wajah Gokudera merona
merah seperti buah stroberry yang lezat. Membuat Yamamoto ingin memakannya di
sini sekarang juga. Tapi dia tahu mungkin ini bukanlah waktu yang tepat. Mereka
harus segera mencari Tsuna dan Enma yang tidak di ketahui dimana keberadaannya.
“Kita
hentikan sampai di sini dulu. Akan kita lanjutkan lain kali.” Yamamoto berbisik
di telinga Gokudera yang membuat Gokudera merasakan sensasi yang aneh.
“Ayo
sekarang kita cari Tsuna dan Enma.” Yamamoto mengandeng tangan Gokudera dan
mengajaknya pergi. Tidak tahu harus bagaimana bereaksi, gokudera hanya membisu
sambil tertunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang
merah merona.
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXxxxx
Hibari menatap sosok yang sedang tak
ingin dilihatnya. Sosok yang selalu saja mengganggunya, mengklaim dirinya
sendiri sebagai guru sang guardian of cloud.
Well, Another person who want to be
bitten to death.
“Yo, Kyouya. You looks very well,”
ucap seorang lelaki yang terlihat beberapa tahun lebih tua dari Hibari. Namun
senyum menyilaukannya menjadikan si lelaki ini terlihat semakin mengesalkan di
hadapan Hibari. Baiklah, bagi Hibari semua herbivore itu menyebalkan.
“What are you doing here, herbivore
? Want me to bite you to death ?” Senyum sang dewa kematian terkembang di bibir
Hibari. Waktu yang tepat, ia benar-benar sedang bad mood hari ini. Gagal
mengejar Rokudo Mukuro dan sekarang
muncul lagi satu orang yang selalu mengganggu hidupnya akhir-akhir ini. Orang
yang meng klaim dirnya sendiri sebagai Hibari Kyoya’s home tutor. Dino
Cavallone. Tanpa menunggu banyak komentar, Hibari menyerang Dino dengan kecepatan super.
“Tunggu dulu Kyouya, kenapa kau
selalu saja menyerangku setiap kita bertemu ?” Dengan segera Dino menahan
serangan Hibari yang tak berniat untuk berhenti. Menyadari berada di tengah
keramaian Dino memancing Hibari menuju hutan di dekatnya.
“Kau tak bisa kabur herbivore,” seru
Hibari sambil meningkatkan kecepatan menyerangnya. Namun Dino tak hanya sekedar
meng klaim dirinya sebagai guru Hibari. Dengan satu pergerakan sederhana, Dino
berhasil menyingkirkan Tonfas dari tangan Hibari dan mengikat pergerakan
Hibari.
“Saa.. Saatnya menjinakan sang
karnivore,” ujar Dino sambil tersenyum menantang. Namun bukan Hibari namanya
jika mudah ditaklukan. Dengan kekuatan yang luar biasa ia menarik ballik cambuk
yang mengikat tangannya, membuat Dino tertarik tepat ke hadapan Hibari. Namun
sepertinya Dino juga sudah sangat mengerti gaya bertarung Hibari, ia justru
memanfaatkan keadaan itu untuk mendorong Hibari ke pohon di belakangnya.
Terkunci. Hibari tak bisa bergerak.
Kedua tangan Dino mengunci tangan Hibari. Tubuh Dino yang jauh lebih besar pun
berhasil menekan tubuh Hibari yang berukuran medium. Kedua mata keduanya
bertemu. Dekat...Keduanya terlalu dekat.
“Kyouya...” Tak menunggu terlalu
lama, Dino memberikan sebuah ciuman yang begitu dalam. Sebuah ciuman yang cukup
untuk membuat sang Karnivore terkejut. Sekaligus ciuman yang membuat pikiran
Hibari menjadi semakin kacau ? kesal ? tapi kenapa di saat seperti ini dia
justru tak bisa berbuat banyak untuk menjauhkan sang Haneuma dari hadapannya.
“Stop it , you...Mmhh...” Lagi, Dino tak memberi kesempatan Hibari memprotes.
Ia kembali memberikan ciuman kedua yang jauh lebih memabukan daripada
sebelumnya. Dan seperti yang diduga, bahkan seorang yang ganas seperti Hibari
Kyouya pun tak bisa memungkiri bahwa ciuman itu membuat sekujur tubuhnya terasa
panas dan membuat mukanya memerah seperti buah tomat.
“Kyouya...”
Hibari tak bisa memberi respon.
Ciuman Dino terlalu memabukan, membuat otak Hibari terhenti untuk beberapa
detik. Namun, menit-menit berharga yang didapat Dino dengan usaha keras (kapan
lagi, dia bisa menaklukan Hibari seperti ini? ) harus terpaksa terganggu karena
kehadiran seseorang. Bisa dikatakan orang yang selalu mengganggu Dino
mendapatkan hati murid kesayangannya.
“Oya..oya... pemandangan yang
sungguh unik, sepertinya sang karnivore sedang diserang oleh mangsanya.
Fufufu...” Meski berkata dengan tenang dan santai,Mukuro harus mengakui bahwa
ia tidak senang dengan pemandangan yang dilihatnya.
“Tch,” Dino berdecak kesal menyadari
kehadiran Rokudo Mukuro yang selalu saja lebih menarik perhatian Hibari. Ya,
meskipun Dino menyadari bahwa alasan Hibari selalu mengejar Mukuro adalah untuk
membalas kekalahan Hibari di masa lalu. Namun, entah kenapa setiap melihat
Mukuro dekat dengan Hibari selalu membuat sang Haneuma kesal dan cemburu.
Hibari yang menyadari kehadiran
Mukuro pun perlahan mendapatkan kembali
pikiran sehatnya setelah dipermainkan oleh ciuman dasyat Dino.
“Tch, annoying... I’ll bite you all
to death !” Dalam hitungan detik killing intent disertai flame of cloud
langsung menyebar luas di sekitar Hibari.
“Ky..Kyouya ?” Dino yang merasakan
bahaya dari killing intent Hibari segera mundur untuk menjaga jarak.
“Fufufu... So interesting,” respon
Mukuro singkat.
Hibari
merasa sangat bersemangat kali ini. Bukan karena dia baru saja mendapatkan
ciuman dari Dino. Hibari bahkan tidak ingin mengingat lagi tentang hal itu. Dia
sangat bersemangat karena kali ini dia bisa melumpuhkan dua mangsa sekaligus
dalam satu waktu di tempat yang sama.
“Kau
terlihat sangat bersemangat sekali. Tapi sayang aku
kemari bukan untuk bertarung aku hanya dipaksa untuk menyampaikan sesuatu oleh
Reborn.” Dino berusaha menjelaskan kepada Hibari yang terlanjur berapi-api.
“itu sama
sekali bukan urusanku.” Hibari tidak mendengarkan penjelasan dan terus berusaha
menyerang Dino maupun Mukuro. Dino berusaha menghindar secepat mungkin sedang
Mukuro menggunakan jurus ilusinya untuk mengecoh Hibari. Dengan sigap Hibari
menggunakan Cloud Flame Radar miliknya untuk mengalahkan jurus ilusi dari
Mukuro. Dino sebenarnya tidak ingin terlibat dalam perkelahian anak-anak
seperti ini tapi apa daya dia sudah terlanjur terseret. Tidak ada pilihan lain
bagi Dino. Dia harus melumpuhkan Hibari atau pertengkaran ini tidak akan
selesai.
Dino
berusaha menyerang Hibari di saat mereka sedang saling menyerang. Tapi instinc
Hibari lebih kuat dari pada seekor predator yang sedang dalam perburuannya.
Dengan mudah Hibari dapat menghindari serangan Dino maupun Mukuro saat
bersamaan.
Kali ini
giliran Hibari untuk melancarkan serangannya. Saat dia bersiap untuk
mengeluarkan flamenya tiba-tiba sesuatu terjadi. Flame of Cloud milik Hibari
tidak mau keluar.
“Ck, kalau
begitu aku akan menyerangmu dengan kemampuanku sendiri.” Hibari kembali
menyerang Mukuro, dan saat itu dia juga sadar Flame of Mist milik Mukuro juga
tidak bisa dia rasakan. Hibaripun menghentikan serangannya.
“Apa kalian
sudah bisa tenang sekarang?”Dino menghela nafas panjang melihat dua bocah itu
akhirnya bisa kembali ke realita.
“Aku rasa
kalian sudah bisa merasakannya. Kalian tidak akan bisa mengeluarkan Flame
kalian di masa ini.” Kata-kata Dino membuat Hibari dan Mukuro sedikit terkejut.
“Itu tidak
masalah, aku hanya memerlukan kekuatanku sendiri untuk mengalahkan kalian.”
Lagi-lagi Hibari berkata semaunya sendiri.
“Matte !
kita harus berhati-hati. Jangan sampai apa yang kita lakukan saat ini akan
merubah masa depan.” Dino berusaha menenangkan Hibari.
“Apa
maksudmu kami tidak bisa menggunakan kekuatan Flame kami di sini?”Mukuro
bertanya pada Dino yang masih sibuk dengan Hibari.
“Mmm,
entahlah tapi itulah yang dikatakan Reborn. Dan dia juga mengingatkan padaku
untuk menjaga kalian agar tidak bertindak ceroboh. Karena kesalahan sekecil
apapun bisa merubah masa depan dimana kalian berasal.” Dino sedikit kesal
mengingat ketika Reborn menendangnya memasuki mesin milik Giannini. Dia bahkan
sampai meninggalkan Enzo di sana.
xxxxXXXXXXXXXXXXXXXXxxxx
To be continue - Tsuzuku -Lanjut ===>> CHAPTER 2
Minna ~
kOMENTAR !!! >,<
Apa aja
boleh lah, saran dan kritik se pedas2nya sampai level 10 juga ga pa2...
Dont be a
silent reader please !!!! >,<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Stop being silent reader and write your comments.......